Stigma Miring Akibat COVID-19, Terhadap Para Imigran di Taiwan

in #indonesia4 years ago (edited)

FB_IMG_1612009229282.jpg


STIGMA miring pada pekerja migran Indonesia (PMI) di Taiwan sejak pandemic COVID-19 sebenarnya sudah lama terjadi. Dimulai saat pasien ke-32, yaitu seorang pekerja migran Indonesia berstatus ilegal. Ditambah lagi saat ini, meningkatnya kasus impor di Taiwan, juga di dominasi oleh PMI yang baru datang, Sehingga perspektif miring kian meruncing.

Sebenarnya keadaan ini tidak hanya menimpa, PMI, menurut Hui, warga negara Malaysia yang datang sebagai pelajar yang berprofesi sebagai jurnalis menceritakan: diskriminasi penduduk lokal terhadap para imigran juga ia rasakan.


FB_IMG_1612009290424.jpg


Bahkan, saya sendiri mengalami, saat di dalam bus atau MRT, dan sambil membaca buku, hanya sedikit orang yang mau duduk di samping saya. Meskipun tempat duduk itu kosong, mereka memilih tegak dan pegangan pada tali gantungan.

Apakah saya bersedih? Tidak. Saya acuh dan tetap melakukan apa yang saya kerjakan, karena mereka tidak mengenal kita. Sehingga berpikiran buruk, sebagai salah satu tindakan memproteksi diri.
Nyatanya tidak semua penduduk lokal bersikap demikian, keluarga boss tempat saya bekerja memercayai saya dan tidak terpengaruh pada berita miring di luar sana yang menyudutkan pekerja Indonesia.

Mereka masih memberikan izin kepada saya untuk libur setiap minggu, bahkan saya pun berada di sini, di tengah-tengah penduduk lokal, berbagi cerita masalah apa saja yang timbul dan di hadapi pekerja migran di masa pandemi ini.


FB_IMG_1612009306614.jpg

“Tak kenal makanya tak sayang, tak sayang makanya tak cinta,” begitulah pepatah lama mengatakan.

Mari kenalkan pada mereka, bahka pekerja Indonesia itu disipilin, ramah dan patuh terhadap peraturan pencegahan. Terutama saat berada di area public, karena di tempat tersebut tidak sedikit penduduk lokal, siap mengarahkan kamera dan menggungh di media sosial, kegiatan yang imigran lakukan. Terlebih di Taipei Main Stasion (TMS), tempat dimana para PMI berkumpul saat liburan.

Saat berada di bus atau MRT, berikan tempat duduk kita pada orang yang memerlukan, seperti anak-anak, waniuta hamil atau pun orang tua. Meskipun kita berada bukan di area “Priority seat”. Jadi, biarkan mereka menilai kita melalui apa yang kita lakukan. Karena sejauh ini mereka--yang telah mengenal kita--akan bersikap baik, ramah dan hangat pada pekerja Indonesia.

Sebab jarak akan selalu menimbulkan prasangka. Namun, ketika telah dekat dan mengenal, timbulah sayang dan menghargai.

Foto diantara pembicara dan penerjemah di acara “Migrants and COVID-19” yang diselenggarakan oleh Taiwan Literature Award for Migrants.

Taipei, 10 Desember 2020

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 62685.52
ETH 2436.42
USDT 1.00
SBD 2.51