Selamat Hari Kartini: PMI Adalah Kartini Masa Kini
“Ketidaksetaraan perempuan ini akibat dari dibatasinya akses perempuan untuk memperoleh pengetahuan, sehingga perempuan menjadi bodoh. Sehingga cara satu-satunya adalah perempuan harus sekolah.” ~R.A. Kartini
Kutipan tersebut menjadi salah satu lecutan bagi saya, mengapa masih meraih pendidikan hingga saat ini. Meskipun usia tak lagi muda. Meskipun banyak perempuan yang membatasi Kemampuan sendiri dan berkata “Saya mah hanya PMI, yang penting kerja dan medapat gaji. Kalau harus mikir terlalu berat sudah tidak mampu.”
Kalimat tersebut kerap saya dengar saat tengah kumpul dan mendengah celotehan mba-mba saat liburan. Memang tidak ada yang salah dengan pemikiran tersebut, karena setiap orang memiliki hak kemana arah hidup akan dilabuhkan. Namun, jika kita berusaha untuk mengubah hidup kita, lalu siapa lagi?
Pekerja migran adalah sosok Kartini masa kini yang berjuang tak kenal lelah dan henti untuk sebuah kemajuan dan nasib yang lebih baik. Jumlah jam kerja tanpa perhitungan, hak untuk mendapat libur yang seringkali tidak didapatkan.
Dengan semangat yang sama, mari terus berjuang untuk kemajuan perempuan, meskipun sebagai pekerja migran di negeri orang. Seperti falsafah yang selalu di cita-cita kan oleh Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang.
Terbitlah terang untuk nasib Pekerja Migran Indonesia! Etty Diallova