Ayah dan Ibu Mengajakku ke Surga steemCreated with Sketch.

in #indonesia6 years ago

sketch-1526732063695.png

Sejak ayah pulang dari suatu tempat yang jauh yang entah dimana, ayah jadi berubah. Waktu kutanya pada ibu, ibu bilang ayah sedang memesan tiket ke surga. Aku heran juga ke surga ada tiketnya? Orang dewasa suka aneh-aneh.

Ayahku pergi lama sekali, aku mengitungnya sejak aku masuk TK dan sekarang aku kelas 1 SD. Selama ditinggalkan ayah, aku dirumah bersama ibu dan adik kecilku yang berumur 2 tahun. Adikku lucu sekali, juga cantik. Ayah pulang di hari sabtu malam saat aku sudah tidur lelap, tapi aku bisa mendengar suara ayah sedang berbicara pada ibu. Pagi saat aku bangun, aku seperti tidak mengenali ayahku. Ayahku berubah tidak seperti dulu lagi, penampilan juga sikapnya. Ayah tak lembut seperti dulu dan Sepertinya ayahku telah tertukar.

Minggu setelah sarapan, aku biasa pergi bermain bersama Ahmad, Fatimah, Sani, Maria dan Theo. Mereka adalah teman sekolah juga bermainku di komplek perumahan tempatku tinggal. Maria dan Theo baru akan datang bermain selepas jam 10 pagi, mereka bilang mereka harus sekolah minggu dulu di gereja. Aku dulu pernah bertanya pada ayah gereja itu apa? Ayah bilang gereja itu seperti masjid tempatku mengaji dan berdo'a. Aku bertanya lagi pada ayah, boleh tidak aku mengaji di gereja? Dan ayah menjawab tidak boleh karena aku sudah punya masjid dan aku bisa berdo'a disana. Lalu aku bertanya lagi pada ayah, apa Maria dan Theo boleh mengaji di masjid? Ayah bilang tidak boleh, karena Maria dan Theo juga sudah punya tempat sendiri untuk berdo'a.

Aku memang cerewet bertanya dan bertanya sampai aku puas dan berhenti tapi ayah tak pernah memarahiku. Itu dulu. Aku masih ingat terakhir kali aku bertanya pada Ayah, kenapa aku harus berbeda dengan Maria dan Theo. Kenapa Maria dan Theo tak mengaji saja bersamaku, Ahmad, Sani dan Fatimah di Ustad Ali. Kan senang bisa banyak teman, tanyaku. Lalu ayah menjawab "seperti kamu memilih pisang, kemudian Maria dan Theo memilih apel maka kamu tak boleh memaksa Maria dan Theo memilih pisang juga. Tapi kamu tetap berteman kan sama mereka". Dan aku pun mengangguk. Kemudian ayah pergi lama hingga kembali sabtu tempo hari.

Minggu ini aku sudah tak boleh bermain bersama Theo, Maria dan teman yang lain, ibu yang bilang. Saat kutanya pada ibu, ibu bilang karena ayah melarangnya. Ayah, sudah tak pernah keluar-keluar lagi mengajakku jalan-jalan, lari pagi, bermain bersama, sejak pulang dari tempat yang jauh itu. Dia selalu saja diam di kamar. Waktu aku mau masuk kamar ayah, ibu melarangnya. Aku tak tahu kenapa. Ayah juga melarangku untuk mengaji di masjid dengan Ustad Ali. Sampai-sampai Ustad Ali datang kerumah bertanya pada ibu. Ibu menjawab tidak apa-apa, ibu bilang pada Ustad Ali bahwa aku sudah diajarkan mengaji oleh ayah. Padahal tidak, aku jadi bertanya "kenapa ibu berbohong?" padahal ibu sendiri pernah bilang padaku bahwa berbohong itu dosa, dan Allah tidak suka. Aku jadi berfikir "mungkin orang dewasa boleh berbohong dan anak kecil tidak boleh".
Hari ini hari senin, harusnya aku sekolah tapi ibu melarangku. Ibu bilang ayah masih rindu kamu dan untuk sementara tidak usah bersekolah. Padahal dulu waktu aku malas-malasan pergi sekolah, ayah dan ibu selalu mempunyai banyak cara agar aku mau pergi sekolah. Tapi kenapa sekarang dilarang, orang dewasa itu suka aneh kemarin begini sekarang begitu. Kata ibu tadi ayah rindu, padahal sejak pulang dari tempat yang jauh ayah tak sekalipun mau menemaniku bermain atau apapun. Bahkan makan pun ibu yang mengantar ke kamarnya. Ayahku berubah, aku tak tahu kenapa. Mungkin karena aku dan adikku nakal, tapi seingatku tidak, waktu sholat aku sholat, waktu mengaji aku mengaji, waktu sekolah aku sekolah, waktu ibu menyuruhku tidur aku pergi tidur. Aku tidak nakal. Dan sekarang ayah juga tidak suka teman-temanku, ayah benci aku sekolah dan ayah benci aku mengaji, dan juga menonton TV pun aku dilarang. Ayah seperti monster jahat bagiku. Tapi aku tak berani melawan, karena aku ingat Ustad Ali pernah bilang bahwa kita tidak boleh melawan pada orang tua. Allah tidak suka.

Sudah hampir 2 minggu aku tidak mengaji, hampir 2 minggu juga aku tidak sekolah, dan hari minggu kemarin aku tidak pergi bermain bersama Maria dan Theo. Aku setiap hari menangis agar aku dibolehkan mengaji, bersekolah dan bermain-main bersama teman-teman lagi. Tapi ibu malah membentakku. Bu guruku pernah datang ke rumah tapi sama ibu tidak dibuka pintu, dan ibu memintaku bersembunyi di kamar belakang. Aku bertanya pada diriku sendiri "kok ibu jadi aneh".

Hari ini hari jum'at, dulu biasanya ayah akan membawaku pergi kemasjid untuk sholat jum'at tapi hari ini dilarang. "Ayah juga jadi aneh". Kata ibu, ayah memanggilku masuk kamarnya, saat aku masuk kamar ayah, aku sedikit takut melihat wajah ayah juga tatapan matanya. Aku merasa dia bukan ayahku. Dan saat aku masuk pun ayah bilang "selamat datang wahai pejuang", dan aku hanya tersenyum sengir. Ayah benar-benar aneh.

Ayah menarik tanganku, dipangkunya aku, kemudian ayah mulai menyalakan laptopnya. Mencari-cari entah apa. Kemudian ayah berhenti pada gambar-gambar anak kecil, orang dewasa, orang tua yang luka dan berdarah, gedung-gedung runtuh. Ayah bilang ini semua karena perbuatan teman-teman Maria dan Theo. Aku bilang ke ayah bahwa Maria dan Theo tidak punya teman-teman jahat seperti itu. Tapi ayahku langsung melototkan matanya padaku, dan aku hanya bisa tertunduk. Ayah melanjutkan pada gambar laki-laki yang matanya tertutup dan banyak darah di mukanya, ayah bilang ini adalah tentara Allah dan dia sudah pergi ke surga, dan masih banyak foto orang-orang berpakaian hitam-hitam dan ada foto ayah juga disitu yang ayah bilang bahwa orang-orang dalam foto itu sedang antri menuju surga. Ibu datang bersama Zahra adikku. Zahra dibiarkan bermain-main sendiri, Ibu kemudian mendekat kepadaku dan ayah. Ibu memelukku erat sekali, kemudian ayah dan ibu mulai berkata padaku "besok malam kita semua akan pergi ke surga". Kemudian ibu menyuruhku pergi tidur, dan ibu sendiri pergi menidurkan Zahra. Dan ayah aku tak tahu karena saat aku beranjak pergi tidur ayah masih di depan laptopnya. Dan aku semakin berfikir bahwa ayah dan ibu semakin aneh.

Hari ini sabtu, aku menangis lagi minta bersekolah. Tapi ibu tetap melarangnya. Hari itu kulihat Bu Nila guru agamaku di sekolah datang kerumah, sama seperti tempo hari, ibu memintaku bersembunyi di belakang. Dan tak berapa lama Bu Nila pun pergi. Ayah memanggilku bersama ibu masuk kamarnya juga Zahra. Aku dan ibu duduk didepan ayah, ayah memegang erat tangan kami semua dan memeluk kami sambil menangis sesenggukan, ibu juga demikian tapi Zahra tidak, dan aku hanya merasa sesak sulit bernafas saat mereka memelukku. Ayah melepaskan pelukan sambil masih berurai airmata. Ayah bilang sebentar lagi kita akan ke surga.

Hari sabtu malam setelah magrib, ayah, ibu, aku dan Zahra. Ayah memakai sebuah alat yang dilingkar pada perutnya, ibu juga demikian, tapi Zahra tidak. Kemudian ayah gentian melingkarkan alat itu pada perut kecilku. Ayah bilang alat ini yang nanti akan membawa kita ke surga, seingatku Ustad Ali pernah bilang kalau ke surga tidak perlu alat, yang penting rajin mengaji, sholat tepat waktu, berbakti pada orang tua, berbuat baik kepada semua orang. Aku jadi berfikir mungkin ini yang ibu bilang bahwa ayah pergi jauh membeli tiket surga itu.

Kami berangkat selepas sholat magrib, berpelukan erat sekali dan ayah ibu menangis sesenggukan, aku merasa mereka akan pergi jauh. Kami berempat naik mobil ayah. Ayah yang menyopir, ibu duduk dibelakang bersamaku dan Zahra. Ibu tak hentinya menangis sambil menciumi Zahra dan aku. Ayah terus menyopir dan bilang ke ibu untuk tidak khawatir, dan meminta ibu percaya bahwa sebentar lagi kita akan bersama di surga. Aku semakin bingung.
Mobil ayah masuk di sebuah pelataran, aku tahu ini yang namanya gereja. Ini tempat Maria dan Theo biasa pergi di hari minggu. Aku langsung bertanya pada Ayah, apakah ayah akan mengajak Maria dan Theo bersama kita ke surga. Ayah berbalik menatapku dan langsung memelototiku, aku seolah melihat api berkobar di bola matanya. Dan akupun menunduk. Ayah berhenti tepat di pelataran parkir gereja. Ayah turun dari mobilnya dan mendekatiku, ibu dan Zahra. Kemudian ayah mengajarkan padaku bagaimana membuat alat ini bisa membawaku ke surga. Ayah mencontohkan untuk memencet tombol yang berwarna hijau. Kemudian ayah bilang untuk aku dan Zahra menunggu disini, nanti setelah aku melihat ayah dan ibu masuk ke dalam gereja baru aku diijinkan pencet tombol hijau itu. Kemudian ayah dan ibu menciumku dan Zahra, meninggalkanku dalam mobil bersama Zahra. Aku ingat kata-kata ayah terakhir sebelum pergi katanya kita sebentar lagi akan bertemu di surga.

Kulihat ayah bersama ibu masuk kedalam gereja tempat dimana Maria dan Theo biasa pergi berdo'a. Aku tak tahu kenapa ayah dan ibu pergi ke gereja itu, padahal dulu aku pernah tanya pada ayah apakah aku boleh pergi ke gereja?. Dan ayah menjawab tidak boleh karena aku sudah punya masjid. Tapi sekarang ayah? Sudah kubilang orang dewasa memang aneh kemarin begitu sekarang begini. Zahra terus menangis mencari ibu, aku mencoba menenangkannya sampai aku terlupa pesan ayah tadi untuk memencet tombol hijau yang akan mengantarku ke surga. Masih sibuknya aku menenangkan Zahra agar tidak menangis, tiba-tiba dari arah gereja suara bedebum yang begitu keras buaaammm... Bangunan gereja itu runtuh. Aku bergegas keluar dari mobil menuntun Zahra, aku sudah tak ingat lagi tentang tombol hijau itu. Yang aku khawatirkan ayah dan ibuku ada dalam bangunan itu. Aku berteriak memanggil ayah dan ibu sambil terus menuntun Zahra. Mobil-mobil bersirine meraung-raung dari segala arah. Mobil Polisi dan ambulan segera berdatangan. Aku menangis, Zahra juga menangis, tapi aku tak tahu harus kemana. Kami berdua terus menangis memanggil ayah juga ibu. Aku berlari membawa Zahra menuju arah gereja untuk mencari ayah dan ibu. Tiba-tiba pak Polisi menghadangku lalu membawaku dan Zahra menjauh pergi. Pak Polisi itu tersadar saat melihat alat yang melingkar di perutku dan segera mungkin menarik Zahra dari genggamanku. Pak Polisi itu bilang padaku untuk diam disitu tidak boleh bergerak sedikitpun. Aku tak mengerti apapun, aku masih terus menangis dan kulihat Zahra juga meronta di gendongan pak Polisi itu. Tiba-tiba seorang polisi yang lain datang mendekatiku dan perlahan mengambil alat yang melingkar diperutku. Aku berkata, "Pak, ambil saja alat menuju surga ini dan ijinkan aku mencari ayah dan ibu didalam gereja itu". Polisi itu memelukku, dan aku masih terus menangis, memanggil ayah-ibuku.

Cerpen ini saya tulis atas keprihatinan musibah rentetan teror bom di Surabaya yang menjadikan anak-anak sebagai pelaku, anak-anak yang didoktrin dengan kepolosannya, ketidaktahuannya. Do'a bagi seluruh korban tragedi ini, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Dan keadaan Indonesia bisa kondusif kembali. Bagaimanapun bentuknya, apapun alasannya "Terorisme tetap tidak punya label agama apapun". Saya yakin agama ada untuk menjadikan penganutnya menjadi manusia beradab bukan biadab.

Terimakasih sudah membaca,
Salam bahagia selalu,
@dwiitavita
DQmNYVk6VCjZXBdGVTHyJsrNf2KG9yJvB88P5ogTQcJhm9x.gif

Sort:  

Betul 😊😊😊😊

Dewasanya dia kalah saya 😁

Aamiin. Semoga kita mampu menjadi manusia yang bisa melihat setiap perkara/kejadian dengan baik, kemudian belajar dari semuanya itu.

Belajar dari sebuah pengalaman akan membuat cara pandang kita berubah. Tp syangnya pemahaman yang salah dan merasa paling benar sendiri itu sulit untuk dirubah. Itu yang kebanyakan terjadi pada pelaku terorisme

Berat bahasan ini teh. Apalagi go publik seakan akan posisi seperti kita tidak berhak ngomongin ini selalu salah artinya.

Gak bisa koment Mba,,
sudah sesak di dada. bagaimana orang tua tega mendoktrin anaknya dan mengajak mereka meledakan diri😢

Krisis moral yg dikaitkan dengan agama.

cerpen ini harus kita jadikan pembelajaran, supaya tidak terulang lagi kejadian² serupa dimasa depan.

Haduhh kaya baca majalah ,panjang buener sampe mumet mau koment apa ?!! Hehe 😀😀,
Sukses trs mba @dwiitavita

Hadduhhh mas ini g ada 2000 kata kok panjang banget sihhh... Nangis aku baca komenmu
Haha

"Nangis".. Simpan saja air matamu mba @dwiitavita buat org tercinta
Gkgkgkgk 😀😀😀

Congratulations @dwiitavita! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of comments

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.

To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Upvote this notification to help all Steemit users. Learn why here!

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 57941.45
ETH 2579.63
USDT 1.00
SBD 2.39