Marijuana is part of The Acehnese Culture Almost Abandoned

in #indonesia7 years ago (edited)

Hi my stemians, I want to invite you to discuss about Aceh Marijuana which is often referred to as green gold in our country. I would like to get your opinion on the plants of God creation that grow very fertile in our country.
Formerly marijuana has become part of everyday life of the people of Aceh even has become part of the culture, maybe stemian friends surprised to hear it.

I will explain a little how marijuana becomes part of the culture of Aceh before the plants that are also efficacious for this drug are prohibited by the government based on the law.

Marijuana was brought to Aceh from India in the late 19th century when the Dutch opened a coffee plantation in the Gayo Highlands. At that time the Dutch used marijuana as a natural pest plant to dispel caterpillars in tobacco plants and coffee trees, then marijuana grows spread throughout Aceh along walking time.

POLRES LHOKSEUMAWE MUSNAHKAN 4 HEKTAR LADANG GANJA.wmv_snapshot_00.25_[2018.01.25_22.58.17].jpg
Aceh marijuana one of the best quality in the world

My friends at that time marijuana or Cannabis began to be consumed and has become a tradition in Aceh, especially in the field of culinary Cannabis is used as an additional seasoning that serves to soften the meat, as well as mixtures for Cake “Dodol” and coffee . Even then the cuisine in Aceh is considered not perfect if the marinade is not mixed with cannabis seeds.

From our grandfather's narrative, once in almost every house yard in Aceh overgrown with marijuana trees, every guest who comes will be treated to tea which is given leaves of marijuana to add fresh taste to the tea.

Not only that for medicines and also the way healers have used marijuana, the evidence of marijuana manuscripts and medicinal uses is still contained in the book of Tajul Muluk brought by merchants and traders from Persia and Rum Country (Turkey) around the 16th century. The original manuscripts of the ancient manuscripts were originally handwriting using Arabic letters and letters. It is not known exactly when the book was written, only mentioned in the book that has been translated into Arabic - Malay script, that who collects the original handwriting script is Haji Ismail Aceh. Then he translated it in Malay and still uses the Arabic letter in writing.

tajul-muluk.jpg
source

One of the cultural historians and observers of history and collector of ancient manuscripts aceh TA. Sakti said "If the government wants to destroy the cannabis plant in Aceh, they must erase all the history, culture, ancient manuscripts and memories of the Acehnese people that have existed before"

ta-sakti.jpg
source
The stemians all turn out in the Book of Tajul Muluk Cannabis can be used to treat diabetes, and also to be a drug to slow aging or degenerative. Some other mentioned medicinal materials such as black pepper, cumin, sugar stone, Kanja (marijuana) flowers, Ofifum (Opium), and so on. In the recipe page also mentioned dosage as well as how to process it into a "majun" (round pill) and the dosage rules it usage.
Based on the above facts it is irrefutable again that marijuana has become part of the culture and traditions of hereditary in Aceh.
MVI_7821.MOV_snapshot_00.02_[2018.01.25_22.51.57].jpg
police personnel burning marijuana in one of the locations of cannabis fields in North Aceh

Now this is certainly different after the government forbids it by the release of psychotropic laws with the threat of maximum sentence of death penalty. Police as a means of state security also unremittingly eradicate the marijuana and its circulation. Of course the government ban also has a strong reason because Cannabis mostly been misused so as to damage the health of its users.
Friends of stemian, whether marijuana that has become part of the Aceh community will be extinct because continues to be eradicated, in fact the cannabis field of Aceh continues to grow in line with the increasing demand for green gold by the market both domestic and foreign.
ganja2.wmv_snapshot_00.21_[2018.01.25_22.43.38].jpg
suspected marijuana dealer arrested in Lhokseumawe, Aceh
Friends also must have been informed that in the Dutch state of marijuana has been legal for consumption in some places, even now following some countries in the United States also began to legalize marijuana. While Indonesia in this case Aceh has no signs of legalizing marijuana, albeit on medical grounds.
JURNALIS LAGI MAKAN.jpg
I and @azirgraff was with other journalists in northern Aceh after doing coverage in marijuana fields

Conclusion

The irrefutable fact that Acehnese ancestors once made marijuana an ingredient for the treatment and as a spice of cooking and dodol cake, and into the coffee powder as a flavor enhancer so that marijuana was already entrenched at that time, even to glorify the guests served tea containing a few sheets of marijuana leaves as a tea-tasting ingredient.

The fact is that until now marijuana still thrives even though the police force incessantly eradicate marijuana fields and prosecute dealers and users of marijuana, this is due to the change in the pattern of cannabis use, previously only a drug and seasoning seasoning, is now a type one drug due to misuse .

The fact is that cannabis trees have the potential to be used as a source of raw materials for various illnesses.
If only the planting of marijuana done in a planned and under the watchful eye of the authorities then marijuana as a raw material for various kinds of drugs can be taken for treatment benefits.

Link active reference.
[1]. www.lgn.or.id/budaya-ganja-di-aceh/
[2]. https://www.merdeka.com/peristiwa/jejak-ganja-di-zaman-kerajaan-aceh.html
[3]. acehdalamsejarah.blogspot.com/2011/07/sejarah-ganja-di-aceh.html

Ganja bahagian dari Budaya Aceh yang nyaris ditinggalkan

Hai para stemian saya ingin mengajak anda berdiskusi tentang Ganja Aceh yang sering disebut sebagai emas hijau di negeri Kami. Saya ingin mendapatkan pendapat anda tentang tumbuhan ciptaan Tuhan tersebut yang tumbuh sangat subur dinegeri kami.

Dahulu ganja sudah menjadi bahagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh bahkan sudah menjadi bahagian dari budaya, mungkin teman- teman stemian terkejut mendengarnya.

Saya akan jelaskan sedikit bagaimana ganja menjadi bahagian dari budaya di aceh dahulu sebelum tanaman yang juga berkhasiat untuk obat ini dilarang oleh pemerintah berdasarkan undang-undang.

Ganja dibawa ke Aceh dari India pada akhir abad ke 19 ketika Belanda membuka perkebunan kopi di Dataran Tinggi Gayo. Saat itu Belanda memakai ganja sebagai tanaman anti hama alami untuk menghalau ulat pada tanaman tembakau dan pohon kopi, kemudian Ganja tumbuh menyebar hampir di seluruh Aceh siring waktu berjalan.

Oh ya teman-teman saat itu Ganja mulai dikonsumsi dan sudah menjadi tradisi di Aceh terutama dalam bidang kuliner Ganja digunakan sebagai tambahan bumbu masakan yang berfungsi untuk melembutkan daging, begitu juga campuran untuk kue dodol dan kopi. Bahkan saat itu masakan di Aceh dianggap belum sempurna kalau bumbunya tidak dicampur dengan biji ganja.

Dari penuturan kakek kami , dahulu hampir disetiap pekarangan rumah di Aceh ditumbuhi pohon ganja, setiap tamu yang datang akan disuguhi teh yang di berikan daun ganja untuk menambah rasa segar pada teh tersebut.
Bukan itu saja untuk obat obatan dan cara pengobatan juga ganja pernah menggunakan ganja, buktinya manuskrip tentang ganja dan kegunaan untuk pengobatan masih terdapat dalam kitab Tajul Muluk yang dibawa oleh saudagar dan pedagang dari Persia serta Negeri Rum (Turki) sekitar abad ke-16. Naskah asli dari manuskrip kuno tersebut awalnya adalah tulisan tangan dengan menggunakan huruf dan bahasa Arab. Tidak diketahui pasti kapan kitab tersebut ditulis, hanya saja disebutkan di dalam kitab yang sudah diterjemahkan ke tulisan Arab – Melayu, bahwa yang mengumpulkan naskah asli tulisan tangan ini adalah Haji Ismail Aceh. Kemudian dia menterjemahkannya dalam bahasa Melayu dan tetap menggunakan huruf Arab dalam penulisannya.

Salah seorang budayawan dan pemerhati sejarah serta kolektor manuskrip kuno aceh TA. Sakti mengatakan “ Jika pemerintah ingin memusnahkan tanaman ganja di Aceh, mereka harus menghapus semua sejarah, budaya, naskah kuno dan memori Bangsa Aceh yang sudah ada sebelumnya”

Para stemian semua ternyata di dalam Kitab Tajul Muluk Ganja bisa digunakan untuk mengobati penyakit diabetes , dan juga untuk menjadi obat memperlambat penuaan dini atau degeneratif. Beberapa bahan obat yang disebutkan lainnya seperti lada hitam, jinten, gula batu, bunga Kanja (Ganja), Ofifum (Opium), dan sebagainya. Di halaman resep tersebut juga disebutkan takaran serta cara mengolahnya menjadi sebuah “majun” (pil bulat) serta aturan dosis pemakainnya.

Berdasarkan fakta diatas maka tidak terbantahkan lagi bahwa Ganja sudah menjadi bahagian dari budaya dan tradisi yang turun temurun di Aceh. Sekarang ini tentu berbeda setelah pemerintah melarangnya dengan keluarnya undang undang psikotropika dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati. Polisi sebagai alat keamanan negara juga tak henti-hentinya memberantas penaman ganja dan peredarannya. Tentunya larangan pemerintah juga punya alasan kuat karena Ganja kebanyakan sudah disalah gunakan hingga dapat merusak kesehatan penggunanya.

Sahabat stemian , apakah ganja yang sudah jadi bahagian dari masyakat Aceh akan punah karena terus diberantas, pada fakta dilapangan ganja Aceh tetap tumbuh seiring meningkatnya permintaan atas emas hijau ini oleh pasar baik dalam maupun luar negeri.

Teman –teman juga pastinya sudah mendapat informasi bahwa di negara Belanda Ganja sudah di legalkan untuk di konsumsi di beberapa tempat, bahkan kini menyusul beberapa negara bahagian di Amerika serikat juga mulai melegalkan ganja. Sementara indonesia dalam hal ini Aceh belum ada tanda-tanda akan dilegalkannya ganja, meskipun dengan alasan untuk medis.

Kesimpulan

Fakta yang tidak terbantahkan bahwa nenek moyang masyarakat Aceh pernah menjadikan ganja sebagai bahan untuk pengobatan dan sebagai bumbu masakann serta kue dodol, serta kedalam bubuk kopi sebagai penambah rasa nikmat sehingga ganja sudah membudaya saat itu, bahkan untuk memuliakan tamu disuguhkan teh berisi beberapa lembar daun ganja sebagai bahan penyegar rasa teh.
Fakta juga bahwa hingga kini ganja tetap tumbuh subur meskipun personil kepolisian gencar membasmi ladang ganja dan mempidanakan pengedar dan pemakai ganja, hal ini disebabkan telah berubahnya pola penggunaan ganja, yang sebelumnya hanya menjadi obat dan bumbu penyedap masakan, kini menjadi narkotika golongan satu akibat salah penggunaan.
Fakta juga bahwa pohon ganja punya potensi untuk digunakan sebagai sumber bahan baku obat bagi berbagai macam penyakit.
Jika saja penanaman ganja dilakukan secara terencana dan dibawah pengawasan ketat pihak berwenang maka ganja sebagai bahan baku untuk berbagai macam obat-obatan dapat diambil manfaatnya untuk pengobatan.
Link aktif refrensi
[1]. www.lgn.or.id/budaya-ganja-di-aceh/
[2]. https://www.merdeka.com/peristiwa/jejak-ganja-di-zaman-kerajaan-aceh.html
[3]. acehdalamsejarah.blogspot.com/2011/07/sejarah-ganja-di-aceh.html

Sort:  

hi @deniandepa,

I am from the Culture Vulture for CNers team, a cross-culture translation project in collaboration with @ eroche and carried out by @ deanliu and me. We'll pick at least one article every week and translate it to Chinese, aiming to bring cultural diversity to the #CN community.

I am here to ask for your permission, to let us translate this article into Chinese. Part of the reward from the translated post will be used for supporting the Culture Vulture Challenge project, and returning to the original author(s). Please feel free to ask us anything regarding this project. And please inform us if you do not wish your work to be translated.

Thanks.

sorry, I am late to reply to this message because I do not know any new messages in my account, and the problem of bandwidth for three days is problematic also. so happy if my writing can be taken to be translated into china, I allow if necessary. thanks

Thank you. :)

good luck 👍.

Saya noted ini :
Fakta yang tidak terbantahkan bahwa nenek moyang masyarakat Aceh pernah menjadikan ganja sebagai bahan untuk pengobatan dan sebagai bumbu masakann serta kue dodol, serta kedalam bubuk kopi sebagai penambah rasa nikmat sehingga ganja sudah membudaya saat itu, bahkan untuk memuliakan tamu disuguhkan teh berisi beberapa lembar daun ganja sebagai bahan penyegar rasa teh.

Tentunya pendapat para pakar sejarah yg menjadi titik tolak dari hal tersebut, dan literatur yg ada. Bisa dilihat di link refrensi.

Yang menjadi pertanyaan, Bila ganja menjadi bagian dari "Budaya" orang Aceh, maka benarkah ganja masuk ke Aceh pada akhir abad ke 19?

Pertanyaannya, Bila ganja sudah menjadi bagian dari kehidupan orang Aceh, Benarkah ganja masuk ke Aceh di akhir abad ke 19?

Berdasarkan buku dan pendapat para sejarawan demikian, itu juga harus trs kita souding agar ganja bisa dimanfaatkan utk tujuan medis dan positif lainnya.

amazing news..

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 58239.61
ETH 2287.71
USDT 1.00
SBD 2.50