Mengunjungi Orang Baduy Dalam di Kampung Cibeo

Dulunya saya pikir Urang Baduy atau Orang Baduy itu berada di Jawa Barat. Ternyata saya keliru. Orang Baduy berada di Provinsi Banten. Yang ternyata adalah provinsi pemekaran dari Jawa Barat yang dibentuk pada tahun 2000 lalu. Banten sendiri terletak di paling Barat Pulau Jawa.

Orang Baduy Dalam sendiri hidup di dataran tinggi nun jauh di kedalaman hutan Kabupaten Lebak. Mereka mengisolasi diri dari dunia luar dengan hidup di tengah hutan menjaga alam, adat, dan kebudayaan mereka. Tapi mereka masih terbuka untuk menerima tamu dari luar pada waktu-waktu yang diperbolehkan secara adat mereka.

Perjalanan menuju Lebak dapat ditempuh dengan beberapa moda transportasi umum seperti KRL, mobil, bis, dan motor. Jika menaiki KRL, pilihlah tujuan akhir KRL Rangkasbitung. Lalu disambung dengan menaiki mini bis ke Ciboleger. Dari Cibologer inilah perjalanan menuju pemukiman-pemukiman Baduy diawali. Kamu bisa memilih ingin berkunjung ke Baduy Dalam atau Baduy Luar.

Baduy Luar sendiri berada tak begitu jauh dari Cibologer. Perjalanan menuju ke Baduy Luar tak lebih dari 30 menit berjalan kaki. Namun butuh waktu lebih lama lagi jika kamu ingin ke Baduy Dalam. Pemukiman Baduy Dalam terdekat adalah Cibeo yang memakan waktu tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan mendaki naik dan turun perbukitan. Bagi yang tak biasa melakukan perjalanan lintas alam, perjalanan ini akan sangat menguras tenaga.

Namun pemandangan alam yang indah akan menghibur selama perjalanan. Ditambah pula dengan musik alami berupa seruling bambu raksasa yang diikat pada sebatang pohon. Angin yang berhembus melewatinya akan menjadi suara yang khas dan unik. Jika kamu datang pada musim panen durian, kamu bisa menikmati buahnya langsung di kebun yang dapat dijumpai di jalan menuju Cibeo.

Orang Baduy terkenal dengan adat istiadatnya yang masih bertahan hingga sekarang. Yang paling penting harus diingat jika berkunjung ke Baduy Dalam adalah tidak boleh menggunakan alat-alat elektronik seperti gawai dan kamera. Pengunjung juga tidak boleh menggunakan sabun dan odol selama berada di Baduy Dalam. Mereka sadar betul jika deterjen pada sabun dan odol akan merusak air dan tanah mereka.

Rumah-rumah Baduy Dalam semuanya berbentuk serupa. Rumah panggung dari kayu dengan dinding anyaman dan beratapkan daun. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain hanya berkisar antara 1-2 meter saja. Rumah-rumah panggung ini didirikan di atas pondasi susunan bebatuan sungai. Bagian bawahnya dijadikan tempat menyimpan kayu bakar dan kandang ayam. Di bagian dalam rumah, satu-satunya sekat diperuntukkan untuk dapur. Kamar tidur dan ruang tamu digabung menjadi satu. Tikar-tikar anyaman digelar di lantai bambu dan bantal-bantal terbuat dari karung berisikan kapas ditumpuk di pinggir dinding.

Karena berada di tengah pegunungan, udara di Cibeo menjadi sangat sejuk setelah matahari terbenam. Desa ini menjadi gelap gulita karena penerangan yang mereka gunakan berupa lampu minyak kelapa, lilin, dan senter. Meski pun gelap gulita, tapi anak-anak bisa berjalan dan berlari-lari di gang-gang tanpa tersandung.

Pengunjung hanya dibolehkan menginap satu malam saja di Baduy Dalam. Itu artinya, besok pagi atau siang, kita sudah harus keluar dari desa. Meski hanya satu malam saja, rasanya melewatkan malam di sana sudah sangat menantang. Kamu bisa bayangkan ketika kebelet pipis dan BAB, kita harus buru-buru ke sungai? Sedangkan jalan yang harus dilalui berbatu-batu dan suasananya sangat gelap. Bayangkan pula sungai yang gelap itu ditumbuhi rumpun-rumpun bambu tebal yang berderik jika ditiup angin. Tapi di situ pula lah serunya.

Terakhir kali saya ke Cibeo, saya bersama 4 orang teman yang lain tiba pada malam hari. Kami nekat mandi di sungai karena badan sudah sangat bau setelah berjalan berjam-jam. Di udara dan air yang dingin itu, kami berempat mandi bertelanjang bulat di tengah gelap. Hanya temaram bulan yang memperlihatkan siluet dan uap yang keluar dari permukaan kulit kami. Kunang-kunang beterbangan di antara bebatuan, semak-semak, dan rumpun bambu. Suara serangga dan keresek daun bambu dan rantingnya memperkuat sensasi langka yang tak terucapkan. Satu-satunya penghilang rasa takut di tengah gelap begitu hanya suara gelak tawa dan canda kami.

Selama berkunjung di Cibeo, tuan rumah yang biasanya adalah guide kita, akan menjamu dengan makanan yang tadi kita barter sebagai upah. Nasi yang sudah matang diisi di dalam anyaman kerucut, mi instan, dan dendeng ikan disajikan di dalam mangkuk-mangkuk putih. Air minumnya sendiri adalah air sungai yang sejuk dituang ke dalam cangkir-cangkir bambu. Saya merasa seperti berada di dalam film pendekar silat.

Orang Baduy pada umumnya adalah petani. Mereka menjaga kebun-kebun dan sawah kering di lereng-lereng bukit. Hasil panen akan mereka barter ke pasar untuk ditukarkan dengan bahan makanan lain yang mereka butuhkan. Mereka adalah pejalan kaki yang tangguh karena mereka tak boleh memakai sarana transportasi apa pun. Jika mereka harus ke luar daerah, mereka akan berjalan kaki, tentunya tanpa alas kaki. Jika kamu ke Jakarta, tak usah heran jika melihat Orang Baduy Dalam berjalan tanpa alas kaki membawa madu dan kerajinan tangan. Guide lokal saya, Safri, pernah berjalan kaki sampai ke Bandung selama 6 hari perjalanan. Meski tak bisa menulis dan membaca, mereka akan selalu tiba di tujuan.

Orang Baduy Dalam menempati 3 kampung: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Masing-masing kampung dipimpin oleh seorang Pu'un yang tak boleh meninggalkan desa. Wakilnya disebut Jaro yang biasanya sering diundang ke berbagai acara-acara di beberapa daerah.

Agar bisa ke Cibeo, kita harus menemukan guide lokal terlebih dulu di Ciboleger. Orang Baduy Dalam dapat kita tandai dari pakaian mereka yang memakai pakaian serba putih atau serba hitam atau kombinasi keduanya. Baju yang mereka kenakan berupa baju berlengan panjang atau pendek berwarna hitam atau putih. Untuk bawahan, mereka memakai sejenis rok sebatas lutut. Mereka juga mengenakan ikat kepala berwarna hitam atau putih dan tidak memakai alas kaki. Sedangkan Orang Baduy Luar biasanya dapat ditandai dengan memakai ikat kepala batik hijau dan berpakaian bebas dan seringnya mengenakan alas kaki.

Jika kamu ingin ke Cibeo, mintalah Orang Baduy Dalam untuk menjadi guide. Mereka bisa menerima upah berupa bahan makanan pokok seperti beras, mi instan, telur, dan ikan asin favorit mereka. Atau bisa juga dengan memberikan upah berupa uang yang nantinya akan mereka belanjakan untuk bahan makanan rombonganmu. Atau juga bisa meminta bantuan ke Orang Baduy Luar. Biasanya Orang Baduy Luar akan meminta bayaran dengan uang tunai.

Bila kamu ke Jakarta atau memang tinggal di Jakarta atau Jabodetabek, mengunjungi Cibeo bisa menjadi liburan yang menyenangkan dan tak terlupakan. Sensasi tinggal di tengah kampung di dalam hutan adalah pengalaman yang tak mungkin bisa kita alami setiap hari. Dari Orang Baduy Dalam pula kita bisa belajar bagaimana merawat dan menghargai alam yang sudah menyokong kehidupan kita selama ini.

Yuk, ke Baduy Dalam!