bilingual english and indonesia( day heroes story of chik ditiro stove)hari pahlawan kisah tungku chik ditiro

in #indonesia6 years ago (edited)

#english:
hallo steemian, a cheerful day today.
terjemahan :

hallo steemian, semogga hari yang ceria hari ini.


#english :
tomorrow November 10th, is the day of history in indonesia, i will tell the figure of the heritage of aceh "Chik Di Tiro [scurce website](https://www.kanalaceh.com/2017/11/05/teuku-cik-di-tiro-pahlawan-aceh-yang-buat-belanda-kewalahan/)

#english :
[picture scurce]
When Aceh Besar fell in the hands of the Dutch, Teuku Cik Di Tiro was present to lead the war. In 1881, he managed to capture the Dutch stronghold of Lam Baro, Aneuk Galong and make the Netherlands overwhelmed.

Teuku Cik Di Tiro is a national hero and a prominent figure who plays against the Dutch colonial. Teuku Cik Di Tiro is the original name of Muhammad Saman. He was born in Dayah Jrueng kenegerian Cumbok Lam Lo, Tiro, Pidie area, Aceh in 1836 to coincide with 1251 Hijriyah. His childhood was raised in a devout religious environment.

Cik Di Tiro is a descendant of the couple Teuku Sheikh Ubaidillah and Siti Aisyah. One of his grandchildren is Hasan Di Tiro, the founder and leader of the Free Aceh Movement. He is highly respected for his knowledge and courage against imperialism and colonialism.

terjemahan :

Ketika Aceh Besar jatuh di tangan Belanda, Teuku Cik Di Tiro hadir untuk memimpin perang. Pada tahun 1881, ia berhasil merebut benteng Belanda Lam Baro, Aneuk Galong dan membuat Belanda kewalahan.

Teuku Cik Di Tiro adalah pahlawan nasional dan tokoh penting yang berjasa melawan kolonial Belanda. Teuku Cik Di Tiro bernama asli Muhammad Saman. Ia lahir di Dayah Jrueng kenegerian Cumbok Lam Lo, Tiro, daerah Pidie, Aceh pada tahun 1836 bertepatan dengan 1251 Hijriyah. Masa kecilnya dibesarkan dalam lingkungan agama yang taat.

#english:

Cik Di Tiro is a descendant of the couple Teuku Sheikh Ubaidillah and Siti Aisyah. One of his grandchildren is Hasan Di Tiro, the founder and leader of the Free Aceh Movement. He is highly respected for his knowledge and courage against imperialism and colonialism.

In affirming his religious knowledge, Cik Di Tiro learned a lot from famous scholars in the Tiro region. That is why he is called Teuku (Teungku) Cik Di Tiro. He is known as a child who loves to study religion and explore new sciences.

Breuh Island was attacked, from there Cik Di Tiro troops intend to seize Banda Aceh. The Dutch Company became overwhelmed and the area of ​​Aceh they still controlled did not l.

The opposition of Teuku Cik Di Tiro and his army is like a lion. They chose to collapse in a flame that burned the fort instead of surrender.

Feeling overwhelmed by Cik Di Tiro's attack and his troops, the Dutch also brought in reinforcements with large quantities of war equipment. In 1873 the Dutch launched an act of revenge to reclaim their territory.

At the first attack, Dutch troops perform the action but can be thwarted. The war took its toll on the Dutch with the death of their leader Major General Kohler.

This failure made the Dutch increasingly angry, eventually they strengthen his troops with gunfire from a warship anchored on the beach. As a result of these conditions make troops Cik Di Tiro began to retreat.

Death of Cik Di Tiro
The Dutch realized that the source of the spirit of Aceh's struggle at that time was Teuku Cik Di Tiro. To stop him, the Dutch were looking for a strategy to kill the Sabil Commander. They do not want to run out of reason. Feeling threatened, the Dutch finally resorted to a "wicked tactic" by sending food stuffed with poison.

The cunning way was used by the Dutch to kill the heroes of Acehnese pride. They poison Teuku Cik Di Tiro with food through the help of royal workers. At that time the Dutch persuaded someone who would cooperate to be appointed Head Sagi.

Ulee sagoe acheh speack

They pay a man who wants to take a high position to kill Cik Di Tiro. Then, the man sent a woman to put poison into the food and gave it to Cik Di Tiro.

When Teuku Cik Di Tiro visited Tui Seilimeung Fortress and prayed at the mosque. After that, the woman came to offer food. This woman is the order of men who have paid the Dutch. Without the slightest suspicion, Cik Di Tiro eats food that has been spiked with poison.

Although Teuku Cik Di Tiro has died, the struggle of the Acehnese people against the Dutch continues to flourish. The battle against invaders continued for many years. And finally the new Dutch could master Aceh in 1904 with a short plaque.

During Cik Di Tiro led the battle in Aceh, there were four times the turn of the Dutch governor, namely Abraham Pruijs van der Hoeven (1881-1883), Philip Franz Laging Tobias (1883-1884), Henry Demmeni (1884-1886), Henri Karel Frederik van Teijn (1886-1891).

To appreciate his dedication as a hero who has contributed to defending the Fatherland from the threat of invaders, he received special honors from the government.

Perseverance conducted by Teuku Cik Di Tiro in the defense of the Indonesian nation made the Government of Indonesia appointed him as a Hero of Independence Struggle on November 6, 1973. Granting the title of the hero in accordance with the Decree of the President of the Republic of Indonesia no. 087 / TK / Year 1973.

In the capital city of Jakarta, its name is immortalized as a street name in the Menteng area, Central Jakarta replaces the name of Jalan Mampangweg. [Sindonews]



# terjemahan

Cik Di Tiro merupakan keturunan dari pasangan Teuku Syekh Ubaidillah dan Siti Aisyah. Salah satu cucunya adalah Hasan Di Tiro, pendiri dan pemimpin Gerakan Aceh Merdeka. Ia sangat dihormati karena ilmu dan keberaniannya melawan imperialisme dan kolonialisme.

Ketika berada di Mekkah dalam rangka menunaikan haji, Cik Di Tiro juga belajar tentang cara-cara melawan kolonialisme dan imperialisme. Saat kembali ke Aceh, ia menjadi pemimpin pergerakan yang berujung pecahnya pertempuran melawan Belanda. Karena semangat juangnya, ia dijuluki sebagai Panglima Sabil atau pemimpin perang Sabil. Kesultanan Aceh mempercayainya sebagai pemimpin perang, dan perjuangan dilakukan atas dasar agama dan kebangsaan.
Ia dan pasukannya berhasil mengambil alih wilayah jajahan yang sebelumnya dikuasai Belanda. Pada tahun 1881, benteng Belanda di Indrapura berhasil direbutnya. Kemudian benteng Lambaro, Aneuk Galong, dan tempat lainnya.

Pulau Breuh pun mendapat serangan, dari situ pasukan Cik Di Tiro bermaksud merebut Banda Aceh. Kompeni Belanda jadi kewalahan dan daerah Aceh yang masih mereka kuasai tidak l

Perlawanan yang dilancarkan Teuku Cik Di Tiro dan pasukannya tak obahnya seperti singa. Mereka memilih roboh dalam nyala api yang membakar benteng daripada menyerah.

Merasa kewalahan dengan serangan Cik Di Tiro dan pasukannya, Belanda pun mendatangkan bala bantuan dengan perlengkapan perang dalam jumlah besar-besaran. Pada tahun 1873 Belanda melancarkan aksi balas dendam untuk merebut kembali daerah kekuasaannya.

Pada penyerangan pertama, pasukan Belanda melakukan aksinya namun dapat digagalkan. Perang tersebut memakan korban bagi pihak Belanda dengan tewasnya pimpinan mereka yaitu Mayor Jenderal Kohler.

Kegagalan ini membuat Belanda kian geram, akhirnya mereka memperkuat barisan pasukannya dengan tembakan meriam dari kapal perang yang berlabuh di pantai. Alhasil keadaan tersebut membuat pasukan Cik Di Tiro mulai mundur.

Kematian Cik Di Tiro
Belanda menyadari bahwa sumber semangat perjuangan Aceh kala itu ialah Teuku Cik Di Tiro. Untuk menghentikannya, Belanda pun mencari siasat untuk membunuh Panglima Sabil itu. Mereka tidak mau kehabisan akal. Karena merasa terancam, Belanda akhirnya memakai “siasat liuk” dengan mengirim makanan yang dibubuhi racun.

Cara licik itu dipergunakan Belanda untuk membunuh pahlawan kebanggaan rakyat Aceh itu. Mereka meracuni Teuku Cik Di Tiro dengan makanan lewat bantuan pekerja kerajaan. Ketika itu Belanda membujuk seseorang yang bersedia bekerja sama diangkat menjadi Kepala Sagi.

Mereka membayar seorang laki-laki yang ingin mendapat jabatan tinggi untuk membunuh Cik Di Tiro. Kemudian,laki-laki itu menyuruh seorang wanita memasukkan racun ke dalam makanan dan memberikannya kepada Cik Di Tiro.

Saat Teuku Cik Di Tiro mengunjungi Benteng Tui Seilimeung lalu salat di masjid. Setelah itu, perempuan tersebut datang menawarkan makanan. Perempuan ini merupakan suruhan laki-laki yang telah dibayar Belanda. Tanpa curiga sedikit pun, Cik Di Tiro menyantap makanan yang telah dibubuhi racun.

Walaupun Teuku Cik Di Tiro telah meninggal dunia, perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda terus bergelora. Peperangan melawan penjajah terus dilakukan sampai bertahun-tahun lamanya. Dan akhirnya Belanda baru bisa menguasai Aceh pada tahun 1904 dengan plakat pendeknya.

Selama Cik Di Tiro memimpin peperangan di Aceh, terjadi 4 kali pergantian gubernur Belanda yaitu, Abraham Pruijs van der Hoeven (1881-1883), Philip Franz Laging Tobias (1883-1884), Henry Demmeni (1884-1886), Henri Karel Frederik van Teijn (1886-1891).

Untuk menghargai dedikasinya sebagai seorang pahlawan yang telah berjasa mempertahankan Tanah Air dari ancaman penjajah, ia mendapatkan penghargaan khusus dari pemerintah.

Kegigihan yang dilakukan oleh Teuku Cik Di Tiro dalam membela bangsa Indonesia membuat Pemerintah RI mengangkatnya sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan pada tanggal 6 November 1973. Pemberian gelar pahlawan tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973.

Di ibukota Jakarta, namanya diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat menggantikan nama Jalan Mampangweg. [Sindonews]



**conclusion**
  • pahlawan adalah sejarah, jangan sempat anak cucu lupa akan sejarah
  • perjuangan GAM kemaren, mereka yang gugur termasuk pahlawan, dengan sedikit harapan. yang hidup dan selamat, jangan lupakan anak yatim yang ayahnya berjuang.

selamat hari pahlawan besok

@bukuelah

Sort:  

Mantap pak. Bagus baget

trimong gaseh bang @taleb

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 57824.15
ETH 2965.89
USDT 1.00
SBD 3.70