Surat Untuk @mirahhu: Pledoi Tentang Spoteker

in #indonesia7 years ago (edited)

IMG_20180124_161739-01.jpeg

Tadi siang, baca-baca dan lihat-lihat karya para steemian, aku kedapatan satu tulisan berjudul, Taik yang Diminati Para Penikmat Kopi. Kubuka, kulihat nama akun penulisnya (ternyata Nyak Ti atawa @mirahhu), kubaca, dan kudapati nama akunku disebut-sebut.

Tulisan itu sebenarnya bukan perkara hajat seluruh umat manusia segalaksi. Melainkan tulisan kulinari yang mengulas satu jenis kudapan yang banyak dijajakan di kedai kopi-kedai kopi di Aceh. Orang Aceh, sebagian menyebutnya Meulisan Bada, sebagian yang lain--aku tidak tahu, sementara ada kelompok kecil orang di Banda Aceh memanggilnya dengan nama Spoteker. Sementara dalam bahasa Indonesia (aku baru tahu dari tulisan Nyak Ti) menyebutnya Pisang Karamel.

Maka yang menjadikanku harus menulis tulisan pembelaan ini menyangkut dengan apa yang telah ditulis oleh Nyak Ti adalah dikarenakan adanya separagraf pernyataan seperti di bawah ini:

IMG_20180124_161846-01.jpeg

Nah, itu. Penamaan Meulisan Bada dengan Sepotong Taik Kering (baca: Spoteker) itulah sumber masalahnya. Dan perlu kuceritakan duduk masalahnya, mungkin semacam pledoi atau apalah, tapi kukira ini cukup penting untuk kuutarakan ke hadapan publik sekalian, sehingga pemutarbalikan sejarah tidak terjadi di kemudian hari.

Jadi begini: Bahwa aku pernah menyebutkan kudapan lezat itu dengan nama Spoteker pada Nyakti adalah benar adanya. Tak dapat disangkal fakta itu, meski aku tak ingat kapan tahunnya, apakah 2013, atau 2015, tapi mungkin saja tahun 2014.

Bahwa kemungkinan besar, Nyak Ti terhenyak dengan nama itu dan baru pertama mendengar dari mulutku boleh jadi benar adanya meski tetap butuh konfirmasi ulang, tentu saja. Kemudian mengira bahwa penamaannya dilakukan olehku seorang, adalah hal yang terjadi gara-gara (apakah ini salahku?) aku tidak menjelaskan ihwal muasal; dari mana kudapatkan panggilan sekeren meunan untuk mengganti nama Bada Meulisan. Waktu itu, aku pun tidak terpikirkan untuk menjelaskan duduk soalnya secara panjang lebar karena lakap Spoteker terlontar begitu saja dalam pembicaraan yang bahasannya sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan urusan kulinari. Apalagi menggosip tentang keberadaan kudapan murah meriah nan mengenyangkan ini.

Maka inilah saatnya kuceritakan yang sebenarnya, apa adanya. Jika berkenan, mari simak saja.

Spoteker. Ya, spoteker. Sepotong taik kering, ya, kepanjangannya, ya, itu. Sepotong taik kering. Begitulah, aku mendengar nama ini pada satu sore jelang ashar di Ulee Kareng. Aku lupa tepatnya tahun berapa. Yang jelas saat itu, aku dihubungi oleh seorang teman lama--biar gampang sebut saja Nyak Gam, dan mengundangku ngopi bersamanya di kedai kopi Cut Nun, yang teras belakangnya menjorok ke halaman masjid besar Ulee Kareng, dekat Simpang Tujuh, berseberangan dengan kedai kopi Jasa Ayah atau Solong.

Sesampai di sana, Nyak Gam telah duluan tiba dan memilih duduk di sudut teras belakang. Dua gelas kopi telah tersaji di meja, asapnya mengepul indah, aromanya sungguh menggugah. Nyak Gam rupanya telah duluan memesan kopi, dua gelas sekalian, yang tentu saja segelas untuk dirinya, sisanya untukku sang undangan. "Perlu dilayani dengan sepenuh hati untuk teman baik berhati aulia seperti kau ini," katanya menjelaskan, ketika aku menanyakan kenapa pesanan untukku sudah duluan ada.

Mendengar jawabannya itu aku tersanjung sekaligus curiga. Karena aku tahu betul watak ini orang, biasanya pelit sanjung-sanjung dan rada susah mengakui kehebatan orang. Kalau sudah menyanjung begini, pasti ada maunya, dan memang itulah kenyataannya kenapa Nyak Gam tiba-tiba ngundang aku ngopi bersama. Tanpa ulur waktu dia langsung utarakan maksud sanjungannya barusan.

"Jadi begini, Za. Kemarin aku jumpa cewek. Namanya Intan. Aku kenalan sama dia di Gampong Baro, belakang Masjid Raya. Aku kesana buat cari baju monja (secondhand-red), dia lagi milih-milih kemeja atau beha atau apalah, aku lupa. Pertama aku senyum, dia balas senyum. Karena kelewat manis, aku tak ingin kelewatan tanpa kenalan."

"Kutanya namanya, dijawab Intan. Dia tanya nama aku, kujawab Nyak Gam. Dia tertawa, menampakkan behelnya yang tak rata karena ada dua gingsul di deret gigi atasnya, satu di kiri satu di kanan. Terus kutanya nama lengkapnya, dia jawab dengan suara syahdu, Intan Payong. Giliran aku tertawa, hingga liurku sedikit muncrat, dan tempiasnya terbang pelan hingga sampai ke pipinya yang tembem. Alamak. Kuingat adegan itu, aku berasa jadi aktor film barat yang ketemu dengan cewek India pedalaman. Manis sekali."

Panjang betul Nyak Gam punya gambaran. Itu sebabnya aku reka-reka sedikit seperti yang terbaca barusan. Lalu Nyak Gam sampai pada inti yang dimauinya sama aku. "Karena kemarin itu aku sudah dapat pin BBM-nya (masih zaman Blackberry-red), itulah aku butuh bantuanmu sekarang. Kau tulislah di hapeku ini beberapa puisi cinta, puisi rindu, puisi cinta dan rindu, dan puisi ingin ketemu melepas rindu. Kau kan sering nulis puisi. Jadi kuminta bantuanmu sekali ini."

Aku tertegun. Nyak Gam ini memang teman celaka satu. Aku merasa ditipu, dan tepat ketika sedang merasa ditipu itulah spontan kujawab, "Satu puisi, satu bungkus rokok mild besar. Karena kau teman baikku yang celakanya na'udzubillah, lima puisi siap dalam dua jam asal ada dua bungkus rokok mild besar di meja, plus mie goreng basah, plus kue-kue enak."

Nyak Gam yang sejak kuliah telah bekerja di kantor kontraktor milik pamannya, langsung kibas tangan. Setuju. Dia panggil pelayan. "Adoe, kau bawa mild besar tiga bungkus, pesan mie goreng basah dua piring. Oya, kau bawa itu Spoteker ke sini barang lima enam potong."

Spoteker. Itulah kali pertama aku mendengarnya. Aku mengulangnya ketika kue Meulisan Bada tersaji di atas meja, "Spoteker?" "Ya. Sepotong taik kering," jawab Nyak Gam ringkas sambil nyengir penuh keriaan.

Lalu, aku menulis puisi picisan secara serampangan, hingga terbaca, "Kau bintang, wahai Intan Payong, tak mungkin jadi bulan, tapi tak mustahil seperti purnama. Bilakah kau sambut rindu penuh cinta, abangmu ini, Nyak Gam-sang pejantan." Awalnya Nyak Gam menggugat penggunaan kata 'sang penjantan' yang di akhir itu. Tapi setelah kujelaskan maknanya sebagai perlambang betapa hebatnya dia sebagai laki-laki, betapa cakapnya dia sebagai pria sejati, Nyak Gam pun manggut-manggut.

Jadi, mari lanjut ke inti pledoiku tentang Spoteker. Lupakan Nyak Gam, yang pernah cengengesan dengan puisi yang diksi-diksinya itu bisa bikin muntah.

Yang pasti, kata Spoteker itu kudengar pertama dari Nyak Gam. Bahwa si pelayan kedai kopi yang langsung mengerti dengan kata Spoteker adalah fakta yang menjelaskan (sangat-sangat mungkin) kalau Nyak Gam bukanlah pencetus pertama. Ditambah Nyak Gam yang rada-rada dungu dalam berbahasa semakin menguatkan kalau penamaan Meulisan Bada tidak mungkin terpikirkan olehnya.

Tapi kalau mau ditebak-paksa, boleh jadi, adalah orang-orang kedai kopi itu yang menamakannya pertama sekali. Dugaanku ini agak sedikit kuat karena di hari yang lain, pernah kutanyakan kepada tiga pelayan di tiga kedai kopi berbeda yang lokasinya juga berjauhan; di bilangan Lamteumen, Peunayong, dan Lampeunurut. Ketiga pelayan itu bingung ketika kutanya, "Ada spoteker, Bang?"

Dugaan lanjutanku, oleh karena panggilannya sebatas di kedai kopi Cut Nun Ulee Kareng itu saja, Nyak Gam salah satu pelanggan tetapnya turut tahu, turut melakapnya di depanku pada sore agak jahanam itu.

Hanya karena yang kusebut di atas masih dugaan, mungkin, perlu kiranya ada penelitian lebih lanjut. Kalau boleh saran, teman-teman yang baru selesai kuliah dari luar negeri, bolehlah meneliti tentang ini. Sebab persoalan kulinari bisa diteliti berdasar aspek keilmuan apa pun, khususnya ilmu-ilmu sosial, seperti antropologi, sosiologi, dan lain sebagainya. Ditambah lagi, bahwa; salah satu ciri suatu tempat berperadaban tinggi adalah berdasarkan pada keberadaan dan catatan kulinari masyarakatnya, memungkinkanlah penelitian ini untuk dipikirkan dengan seksama. Semoga ICAIOS membaca pledoiku ini. Amiin, ya rabbal 'alamiin.

Lalu siapa yang mengganti nama Meulisan Bada dengan Spoteker pertama sekali? Selama lulusan magister luar negeri atau peneliti di ICAIOS belum mulai meneliti tentang hal ini, jawabannya cuma satu. Wallahu'alam.

Lantas apa urusanku membawa pulang lakap Spoteker untuk menyebut kue Meulisan Bada di depan Nyak Ti? Nah, ini agak subjektif alasannya. Urutannya seperti berikut.

Pertama, ini nama yang agak revolusioner, anti-mainstreamnya ketulungan. Meulisan Bada nama kue. Diubah jadi nama singkat, Spoteker, yang kepanjangannya tersemat secara langsung lakap hajat manusia segalaksi seperti kusebut di atas tadi. Jadi bayangkan sendirilah, di mana letak revolusionernya.

Kedua. Aku tidak akan menggambarkannya dalam tinjauan kasat mata, karena secara penampakan Meulisan Bada jelas seperti kebanyakan potongan taik kering di dunia.

Tapi yang ingin kujelaskan di poin ini adalah dari segi penamaannya. Menamakannya dengan Spoteker kupikir sesuatu yang tepat guna. Guna di ucapan, tepat di telinga.

Kedengarannya enak, tak lenyeh-lenyeh, soft di telinga, karena kata-katanya cuma sekali ucap saja. Untuk percaya apa yang kusebut ini, kenapa tak langsung coba sekarang. Mari ucapkan kata-kata ini, lalu pilih mana yang lebih mengena di telinga. Coba ya.

Meulisan Bada. Pisang Karamel. Spoteker. Meulisan Bada. Spoteker. Pisang Karamel. Pisang Karamel. Spoteker. Meulisan Bada. Spoteker, Meulisan Bada, Pisang Karamel. Meulisan Bada, Pisang Karamel. Spoteker.

Mari mencoba!

Sort:  

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by bookrak from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Hahahaha, ngences2 girang aku bacanya bang😂
Spoteker lebih padu bang.

Ada tisu kan? Hahaha

banana shit dry with caramel souce :D

Boleh juga terjemahan namanya itu dlm inggris. Haha

Sakit perut bacanya hahaha... Gara2 spoteker pleidoi pun harus sampai lengkap... Tapi saya suka banget spoteker ini apalagi karamelnya kalau dibikin bagus... Paling tidak seperti spoteker yang nampak limpah isinya... Hahaha...

Harus lengkap, mbak. Ini menyangkut sejarah di kemudian hari. Kalau sebutan spoteker akan membumi, dan orang mengira aku yg menamakannya pertama sekali, aku tidak mau itu. Mengaku-ngaku terlibat dalam satu laku sejarah padahal tidak terlibat, kupikir, ini namanya keculasan intelektual yang harus ditepis sejak dini. Makanya harus bikin pledoi. Haha

Ini permasalahan yg berat tentang taik kering, patut diluruskan😂😂

Butuh penelitian.

Hahaha. Pertama baca dikit, trus gak bisa berhenti sampai habis. Hahaha. Asbabun nuzul spoteker masih arbritari :D
Cuma itu filosofinya gimana bang? Kok bisa disamakan dengan rupa "sepotong taik kering" :D apa karena panjang dan krenyes ya?

Karena rupa pisang karamel itu mirip atau kali yang lain boleh dikata kembar dengan spoteker. kalau jatuh di jalan orang mengira itu bukan kue tapi langsung ngumpat, "Nyoe pane akai ureueng toh ek bak jalan? Hana utak biet!"

Pelintir tertawa syahdu mendayu, terbawa arus bergelora cincang bermakna, dari atas terus kebawah tak kusangka itu yang terpana, "spoteker", kue tak bernyawa tapi membahana, ga tahan kubaca sampe keluar air mata.. hahahahahahahahahahaha

GEULEUPAK !

Geuleupak ganti piring jadi tempat menyajikan spoteker boleh juga tu, An. hahaha

Di polem ada spoteker, ga Kems? Kalau ga ada suruh @orcheva bikin pengadaannya. Hahaha..

Hahahahahaha, lagi di olah sama @orcheva

Ini puisi ya? hahahaaa

Hahahahahah, pantun sedayu menggebu-gebu wkwkwkwk

Nama spoteker memang ga masalah, cuma masalahnya muncul kalau diurai kepanjangannya... Hahaha

Itu sebabnya, nama spoteker tadinya hanya beredar dari mulut ke mulut bawah tanah saja. Cuma apa boleh buat, karena udah tersiar duluan di akun steemit kawan, ya coba kuluruskan lah. 😀😀

Seip bereh kira ju... Haha

Di Aceh ada beberapa kue yang namanya unik, misalnya, kue euk mie, ruti pukoe keubeu, dll

nyan keuh nyan aduen. ureueng tanyoe bak geuboh nan kueh memang geuthat revolusioner... hana urosan ngon luwat nyoe luwat jeh. asai na takat saja. haha

Hahahaha, spoteker oh spoteker,.gak naik ketawa lagi aku bang

hehehehe... jangan kapok ketawa bang.

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 68773.73
ETH 2716.62
USDT 1.00
SBD 2.72