Selamat Senewen Saudara Tua!

in #indonesia6 years ago (edited)

IMG20141113110001.jpg

Sekali waktu yang tak menentu, ide bersembunyi di kedalaman pikiran. Imajinasi mati. Tekad untuk menulis rutin mandeg.


BINGUNG. Yang tinggal di pikiran cuma kebingungan. Setelah lama berandai-andai, mengajak imajinasi hidup lagi, ide itu tak jua timbul ke permukaan. Masih saja ia bersembunyi di palung terdalam pikiran. Sementara batin berkata, "Selamat senewen, saudara tua!"

Olok-olok batin tak bisa kau terima begitu saja. Ini adalah penyakit yang patut kau tumpas agar tak mewabah ke sekujur tubuh. Tapi demi menumpas khianat batin, tubuhmu sudah terlebih dahulu gigil. Serupa gigil seorang pengecut berhadapan lawan tangguh. Dan, iya: tubuhmu dikepung peluh.

Ide tak berjejak. Imajinasi mati. Pikiran tetap jalan, tapi dengan langkah linglung. Batin mencibir. Tubuh masih gigil. Ada semacam penyakit yang kau rasa malam ini. Penyakit tanpa rasa sakit. Ini jenis penyakit yang sama pernah diidap si tua malang Jendral Buta Siblah (baca: van Heijden) sepulangan menjemput aib di Batee Iliek, Samalanga, abad silam.

Kesumat. Barangkali itulah nama yang cocok untuk penyakit yang kau idap. Sementara batin kembali berkata, "Tak merasa sakit dari penyakit yang ada adalah penderitaan tak terkira. Selamat senewen, saudara tua!" Apa boleh buat, kecuali mencak-mencak tak keruan. Lalu ide kau serapahi sedemikian rupa dengan jenis-jenis sumpah serapah yang tersebar di lima peradaban berbeda.

Pikiran mati kutu. Tak lagi berjalan sebagaimana adanya, dan iya: ide tak menampakkan batang hidungnya. Batin terbahak-bahak. Khianatnya makin menjadi-jadi. Imajinasi benar-benar mati. Mungkin mati suri? Sepertinya tidak. Sebab kau masih tak mampu menulis barang sederet kalimat yang layak.

Bagaimana ini? Bagaimana kau pertanggungjawabkan tentang tekad rutin menulis, setidaknya sehari sekali, kepada dirimu sendiri? Barangkali ada kilah. "Berkilah dengan diri sendiri adalah sebenar-benar khianat. Sebagaimana khianatnya seseorang yang tak pernah bisa jujur dengan dirinya sendiri. Senewenlah, orang tua. Jangan sungkan-sungkan mengakui perihal ini," timpal batin.

Hilang ide sementara batin berkhianat, imajinasi mati dan pikiran jalan di tempat adalah tragedi. Kesumat mengerubungi sekujur tubuh. Tak ada yang bisa kau lakukan kecuali mengutuk diri sendiri, mungkin akan berlangsung semalaman suntuk ini. Tapi di kedalaman palung pikiran manakah ide bersembunyi? Tak ada yang tahu pasti. Otak gelap-buta. Penglihatan hanya sekasat mata saja.

IMG20141113110102.jpg

"Sebenarnyalah ide tak pernah bersembunyi. Ia tak pernah kemana-mana. Imajinasi pun tak mati. Pikiran segar bugar, dan kesumat yang menggerogoti tak perlu ada sekiranya kau bisa mendewasakan emosi."

Kelak batin mengutarakan juga apa yang diketahuinya. Tentu setelah ia puas mengolok-olok, dan kau hanya bisa terpelongo tanpa mengeluarkan sepatah kata. "Emosi penting untuk kewarasan, tapi yang lebih penting lagi adalah cara kau mengelolanya dengan kedewasaan yang kau punya," lanjut batin. Apa yang dikata batin cukup membuat kau makin marah sekaligus terkesima. Kau makin percaya khianat batin tak pernah menimbulkan rasa sakit. Tapi itulah penderitaan paling menyakitkan yang pernah kau rasa.

Batin kata, emosi senantiasa bersenyawa dengan ego. Percampuran keduanya punya daya ledak hebat, yang bisa menghilangkan banyak nyawa. Tapi kesumat adalah zat kimia pelengkap yang ketika tiga unsur itu dicampur ia bisa dipakai sebagai senjata untuk meruntuhkan peradaban umat manusia. Maka waraslah. Ide tak pernah hilang. Sekali waktu kau ajak imajinasi ikut dalam tamasya kecil pikiran, dan ide-ide bermunculan sendirinya.

Yang tadinya bingung, buyar seketika. Ide benar-benar ada dan tak pernah kemana-mana. Imajinasi tak ubahnya angin baik. Apa yang hendak kau tulis, yang mau kau cicil, tunai sudah. Kau menulis kembali riang gembira. Tapi emosi dan ego malah mulai menggerogoti tokoh fiksimu dalam sebuah cerita, lalu batin kembali terbahak sambil berkata, "Selamat senewen, saudara tua!"

Sort:  

saya sudah upvote postingan anda,tolong upvote juga postingan saya,semoga kita bisa saling membantu. trimakasih

Ayo pak @bookrak, hadapi tantangan ini. 😆

Provokasi lagi. hahaha

sama-sama sukses di sana.

Hahahaha...bereh that saudara tua ini👍👍

Bereh keuh aduen. Hahaha..

Aku nggak upvote.. VP Nggak pun 80, debu
Sedang berpikir membeli SP, buntu. Diuangkan pun nggak perlu. Tambah kopi... Senewen dimakan cairan, jadi tuah tubuh semu. Buntu saja kau Senewen, tulisan pun jadi satu. Salut aku!

Ada banyak buntu sekarang, Kak. hahaha

Tanggung. Terlalu cepat berhenti mencuri buku.

Ini jenis provokasi yang lain lagi. hhaha

Ide senewen yang disenewenkan dengan kata-kata senewen, pembaca yang malas membaca akan merasa senewen, jangan menyenewenkan yang sudah senewen jika tidak mau list orang-orang senewen bertambah. He

Bertambah banyak orang senewen itu alamat bagus untuk bahan cerita. haha

Ha ha. Benar jg.

Aku sering mengajak imajinasi ku untuk piknik, walaupun "logika" selalu melarang ku. Bahkan terkadang "realita" cemburu dengan imajinasi ku.

Biar tak cemburu kombinasikan realita yang ada dengan imajinasi itu, saudara. haha

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.14
JST 0.028
BTC 58551.09
ETH 2617.32
USDT 1.00
SBD 2.44