Belajar Menulis Dadakan, Ikut Lomba, dan Ternyata Menang

in #indonesia7 years ago

image


Ini cerita dua atau tiga hari lalu. Selagi nyantai ngopi di sebuah kedai seputaran Emperom, Banda Aceh. Setelah kopi pesanan datang, kuseruput seteguk dua teguk, lalu kurogoh kantong celana mengambil smartphone.

Sejak pertama berkenalan dengan steemit, esteem adalah aplikasi pertama yang selalu kubuka ketika memegang smartphone. Begitu juga hari itu.

Kubuka esteem setelah kusulut sebatang rokok. Baca beberapa artikel bahasa Inggris (hitung-hitung belajar) milik para senior steemit. Lalu kubuka tag indonesia, sekadar mencari artikel-artikel menarik karya para steemian Indonesia. Setelah loading beberapa saat, artikel teratas yang muncul adalah miliknya @happyphoenix.

Ia memosting ajakan lomba bagi para steemian Indonesia menulis puisi ungkapan cinta dalam artikelnya. Ini lomba non formil karena bagi yang mau ikut cukup menulis puisi di kotak komentar artikel utamanya. Tidak mesti menulis di blog steemit masing-masing peserta. Dan yang namanya lomba tetap diberikan ganjaran bagi pemenang, di mana puisi-puisi dalam kotak komentar itu diberi nilai oleh empat dewan juri: @ayijufridar, @amuchtar, @ekavieka dan @syarrf. Hadiah lomba tak seberapa banyak. Cuma 1 SBD untuk pemenang pertama, selebihnya berupa 0.001 SBD untuk para peserta lain. Tidak ada juara II, III dan seterusnya dalam lomba ini.

Aku tertarik dengan lomba begini rupa. Bukan tertarik dalam artian ingin mendapatkan nominal SBD belaka. Tapi lebih kepada bagaimana bisa memancingku untuk menulis spontan, tanpa terlebih dahulu harus bersemedi, bakar kemenyan, dan mengurung diri dalam kamar.

Tapi mau kutulis apa ya?

Lama aku bermenung mencari jawaban pertanyaan itu, hingga habis dua-tiga batang rokok. Hingga aku ingat sebuah jurus menulis yang pernah disampaikan seorang sastrawan kawakan, Azhari Aiyub.

Cara gampang menulis adalah menuliskan apa yang ada di sekitarmu, katanya suatu kali.

Maka bermodal jurus itu, kutulislah sebuah puisi di kotak komentar artikel lomba. *Balada Cinta Seorang Pramusaji * judulnya. Puisi ini tak lain adalah narasi yang sedang berlangsung di depan mata ketika aku ngopi hari itu.

Tentang seorang perempuan yang dari gaya berpakaian dan raut wajahnya kutaksir sudah berumur kepala tiga dan boleh jadi beranak satu atau dua. Ia datang ke kedai kopi itu seorang diri. Memakai gaun hijau lumut. Gaun yang cukup ketat. Lekuk tubuhnya tercetak jelas, yang pada titik-titik tertentu bagian tubuhnya terbungkus dengan sangat kentara. Cukup memancing hampir semua laki-laki di kedai kopi itu memusatkan pandangan mereka ke arahnya, dari pertama ia masuk hingga memilih tempat duduk.

Satu pelayan mengamatinya dengan perhatian lebih. Ia mematung tak jauh dari si perempuan bergaun hijau lumut. Alih-alih bertanya mau pesan apa, ia malah menatap si perempuan itu dengan khidmatnya. Sampai dua-tiga menit pandangannya tetap bertumpu pada objek hidup yang sekarang kulihat sedang sibuk dengan gadgetnya.

Dua tokoh di kedai kopi itu, kujadikan tokoh dalam puisiku. Melihat tingkah keduanya, imajinasiku main. Bagaimana kalau si pelayan jatuh cinta pada pandang pertama, dan si perempuan tidak tahu apa-apa. Maka kutulis saja apa yang ada di kepala, hingga jadilah sebuah puisi. Tak dinyana, menang juga.


image

Sort:  

Keberuntungan itu bisa memihak kepada siapa saja, nasib nasib nasib
.good post @bookrak
Salam tuyet @moersal

Hehehe... Makasih banyak, bang @moersal. Saleu

Seulamat bang @bookrak,

bereh dan bertus

Terimakasih banyak @ismail.arafah.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 64614.75
ETH 3444.80
USDT 1.00
SBD 2.55