[Fiksi] Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 Dibuka
“Saya nyatakan Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 dengan resmi dibuka. Salam Pramuka!,” Presiden Bambang Marko mengakhiri sambutannya yang disambut tepuk meriah sekitar 50.000 peserta Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 yang diadakan di Bumi Perkemahan “Indonesia Jaya”, Batam, Kepulauan Riau, pada Kamis, 14 Agustus 2031.
Bumi perkemahan itu memang merupakan bumi perkemahan yang paling lengkap fasilitasnya di Indonesia. Dapat menampung sampai 60.000 orang berkemah bersama, dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, peturasan, air bersih, ruang cuci pakaian serta ruang cuci peralatan masak, makan, dan minum otomatis, sampai jaringan listrik tanpa kabel, dan berbagai sarana infrastruktur lainnya yang modern. Termasuk dua area khusus untuk menyalakan api unggun dengan balok-balok hasil daur ulang sampah yang dibentuk seperti balok kayu bakar, satu di lapangan terbuka, satu lagi di dalam ruangan yang dapat dipakai bila hari hujan.
Presiden Bambang Marko sendiri memuji keberadaan Bumi Perkemahan “Indonesia Jaya” seluas 300 hektare yang dibangun setelah Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau membebaskan sejumlah lahan di sana. Adanya bumi perkemahan itu sekaligus menghijaukan kembali kawasan yang tadinya sudah padat dengan bangunan, ditambah dengan sebagian lahan yang didirikan pada dataran proyek reklamasi Pulau Batam.
Di bumi perkemahan itu, Presiden Bambang Marko menyalami Perdana Menteri Singapura, Stephen Chiang, dan Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Hamsad Rangkayo. Ketiganya kemudian berpelukan sesaat, merayakan keberhasilan ketiga negara tersebut menyelenggarakan perkemahan besar tingkat dunia yang diadakan setiap empat tahun sekali itu.
Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 memang merupakan proyek bersama tiga organisasi nasional kepanduan, Gerakan Pramuka dari Indonesia, Persekutuan Pengakap Malaysia, dan Singapore Scout Association. Selain di Batam, para peserta jambore akan mengadakan perjalanan ke Singapura dan Malaysia juga. Mereka nantinya secara bergiliran akan menyeberang dengan ferry cepat yang hanya 10 menit dari Batam ke Singapura, dan setelah berkeliling di “Negeri Singa”, akan melanjutkan perjalanan ke Malaysia, menggunakan kereta api cepat selama satu jam dari Singapura ke ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur.
Acara pembukaan Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 ini juga dimeriahkan defile kontingen-kontingen peserta melewati panggung utama. Di bagian akhir defile, tampil pula sejumlah tokoh senior berusia lanjut yang masih dengan gagah ikut berbaris dan melambai-lambaikan tangannya ke arah tamu-tamu undangan di panggung utama.
“Opa Benny!,” teriak Annisa, Pemimpin Regu Teratai Putih, salah satu anggota kontingen Gerakan Pramuka di jambore tersebut.
Yang dipanggil Opa Benny menoleh dan melambaikan tangannya penuh rasa bangga pada sang cucu Annisa. Menggunakan seragam Pramuka lama dan jaket yang penuh dengan tempelan badge-badge jambore kepanduan sedunia sejak Jambore Kepanduan Sedunia ke-20 di Thailand sampai Jambore Kepanduan Sedunia ke-26 di Polandia, Benny Panduwarta melangkah gagah bersama teman-temannya sesama tokoh senior yang rata-rata berusia di atas 70 tahun. Selain dari Indonesia, para tokoh senior yang ikut berdefile ada yang berasal dari Singapura, Malaysia, bahkan juga dari Filipina, Brunei Darussalam, Thailand, dan dua orang mewakili Scout Association dari Inggris.
Annisa menoleh kepada Maria, sahabatnya yang juga ikut jambore, “Itu lho opaku, Opa Benny, yang pernah aku ceritakan dulu”.
“Oh, Opa Benny yang pernah cerita sejarah berhasilnya Indonesia, Singapura, dan Malaysia, jadi tuan rumah Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 ini ya?” balas Maria.
“Iya, kalau nggak salah kamu juga pernah cerita, Opa Benny bilang sebelumnya Indonesia sudah pernah mencalonkan diri jadi tuan rumah jambore kepanduan sedunia tapi belum berhasil,” Butet ikut menimpali.
“Iya, nanti kalau sempat, aku ajak kalian ketemu Opa Benny ya,” ujar Annisa lagi.
“Saya juga ikut ya, dik,” Kak Fanny, pembina pendamping mereka, ikut berkomentar.
“Boleh, kak”.
Dari Bangkok
Begitulah, lima hari kemudian Annisa berhasil mengundang Opa Benny. Awalnya Annisa mengajak Opa Benny ke tenda regunya, tetapi karena Opa Benny yang saat itu menjadi konsultan ahli media Panitia Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 baru saja selesai menemani Presiden Bambang Marko menerima salah satu tamu kehormatan, Raja Thailand di tenda VIP pada arena jambore itu, maka Annisa dan teman-temannya yang menuju ke arah sana. Lagi pula mereka ingin melihat langsung dan memotret Presiden Republik Indonesia dan Raja Thailand tersebut.
Beruntung Annisa dan teman-temannya tiba tepat waktu, ketika Presiden Bambang Marko dan Raja Thailand baru selesai bertemu. Keduanya ke luar dari dalam tenda, disambut meriah sebagian peserta dan panitia jambore. Annisa dan teman-temannya bahkan sempat bersalaman dengan kedua kepala negara itu.
Meski tak sempat memotret kedua pemimpin itu, Opa Benny berhasil meminta bantuan salah satu fotografer istana yang memotret sewaktu Annisa dan teman-temannya bersalaman dengan Presiden Bambang Marko dan Raja Thailand. Betapa senangnya mereka, berhasil mendapatkan foto sedang bersalaman dengan tokoh-tokoh penting dunia.
Disebut tokoh penting dunia memang tak berlebihan, Indonesia dan Thailand masuk di deretan 10 besar negara paling maju di seluruh dunia. Bahkan Indonesia berada di urutan ketiga, di bawah Tiongkok dan Amerika Serikat. Sementara Thailand berada di urutan kesepuluh. Sedangkan dua negara sesama penyelenggara Jambore Kepanduan Sedunia ke-27, Singapura di urutan ke-8 dan Malaysia di urutan ke-15.
Selain Thailand, kemajuan ketiga negara, Indonesia, Singapura, dan Malaysia, memang sudah diprediksi sejak sepuluh tahun lalu. Itulah juga yang menyebabkan ketika berlangsungnya Konferensi Kepanduan Sedunia ke-44 pada 2026, secara aklamasi seluruh delegasi yang hadir menyetujui pelaksanaan Jambore Kepanduan Sedunia ke-27 diadakan secara bersama oleh tiga organisasi nasional kepanduan dari Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Ini bukan yang pertama kali. Duabelas tahun sebelumnya, tiga organisasi nasional kepanduan dari Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, juga telah sukses menyelenggarakan Jambore Kepanduan Sedunia ke-24. Selanjutnya, Jambore Kepanduan Sedunia ke-25 diadakan di Korea Selatan pada 2023, dan merupakan pertama kalinya kontingen dari negara tetangganya, Korea Utara, ikut serta.
Korea Utara diterima secara aklamasi sebagai anggota penuh World Organization of the Scout Movement (WOSM), yang merupakan organisasi kepanduan sedunia, dalam Konferensi Kepanduan Sedunia ke-43 pada 2023 di Malaysia. Bersama dengan Korea Utara, Tiongkok juga diterima sebagai anggota penuh WOSM setelah negara itu berhasil membentuk organisasi nasional kepanduan.
Akibatnya, kini Tiongkok memiliki organisasi nasional kepanduan terbesar jumlah anggotanya, sekitar 100 juta, disusul Gerakan Pramuka dari Indonesia dengan 30 juta, baru yang lainnya.
“Jadi kalau jumlah peserta jambore dunia kali ini hanya limapuluh ribu peserta, sebenarnya itu hanya sebagian kecil dari jumlah anggota WOSM keseluruhan yang mencapai 150 juta orang. Berbahagialah kalian bisa menjadi peserta jambore dunia ini,” ujar Opa Benny yang di depan Annisa dan teman-temannya menolak dipanggil opa, tetapi cukup dengan sebutan kakak atau kak saja.
Opa alias Kak Benny mengajak Annisa dan teman-temannya, temasuk Kak Fanny dan Kak Ida Ayu, dua pembina pendamping putri kontingen Gerakan Pramuka, berkumpul di tenda wartawan. Saat itu, tenda wartawan sepi karena semua yang bertugas di situ sedang ke luar. Jam istirahat, tidak ada kegiatan, masing-masing bebas melaksanakan acara pribadinya.
Setelah saling memperkenalkan diri, Opa Benny menceritakan sejarah jambore kepanduan sedunia. Mulai dari 1937 di Vogelenzang, Belanda, ketika untuk pertama kalinya pandu-pandu bumiputera ikut, ketika Indonesia masih bernama Hindia-Belanda. Ketika itu, kontingen Hindia-Belanda merupakan gabungan anak-anak Belanda dan Eropa lainnya, keturunan Arab, keturunan Tionghoa, pandu-pandu dari Keraton Mangkunegara di Solo, dan sejumlah pandu bumiputera lainnya.
Setelah itu, Indonesia selalu ikut jambore kepanduan sedunia. Kecuali pada 1979, yang sedianya akan diadakan di Iran. Adanya gejolak politik di negara itu, menyebabkan jambore kepanduan sedunia tahun itu dibatalkan, dan tiap-tiap organisasi nasional kepanduan diminta melaksanakan jambore masing-masing saja. Indonesia ikut lagi pada Jambore Kepanduan Sedunia ke-15 di Kanada pada 1983, dan terus ikut sampai saat ini bersama Singapura dan Malaysia, berhasil menjadi tuan rumah Jambore Kepanduan Sedunia ke-27.
“Indonesia selalu ikut jadi peserta jambore kepanduan sedunia, tapi jadi tuan rumah baru kali ini,” jelas Opa Benny sambil menambahkan, “Walaupun sebelumnya Indonesia pernah pula mencalonkan jadi tuan rumah jambore kepanduan sedunia. Itu berawal dari Bangkok”.
“Bangkok ibu kota Thailand, Opa?” Annisa bertanya.
“Eiitt di sini panggil kak ya, sayang,” Opa Benny menjawab sambil tersenyum.
“Iya deh, Opa Kak Benny,” balas Annisa yang disambut derai tawa teman-temannya dan kedua kakak pembina pendamping kontingen.
“Hahahaha,” Opa Benny ikut tertawa,”Tapi memang benar, usaha Indonesia menjadi tuan rumah jambore kepanduan sedunia berawal dari Bangkok, ibu kota Thailand”.
“Lalu?’.
“Kapan itu?”.
“Kenapa di Bangkok?”.
“Bagaimana kelanjutannya?”.
Bergantian Annisa dan teman-temannya bertanya.
“Lalu, ...... ya ayo kita minum dulu,” ujar Opa Benny sambil menyuguhkan jus jeruk, sumbangan dari perkebunan jeruk Fresh Lemon di Sumatera Utara, yang sahamnya dimiliki oleh pengusaha Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
(Bersambung)
Pak. Usahakan jangan pakai tag yang tidak disarankan. Malaysia dan singapura, juga scout dan jambore adalah tag keliru kecuali indonesia. Kapan-kapan ada waktu kita nongkrong di TIM pak biar kita jelaskan ya.