Martabak bersama malam Minggu

Bakda magrib si bungsu menagih jalan-jalan (saya lupa apa pernah berjanji ato tidak, tapi it's ok). Beberapa pekan ini memang kesempatan untuk ritual jalan-jalan malam minggu gak pernah terlaksana.

Ini adalah bentuk family time ala kami.

Yang jomblo sabar ya ini ujian.

Kami pun on the way. Karena si sulung kepingin martabak maka sepeda motor saya arahkan ke warung kopi Aneuk Ulee Kareng samping spbu.

Setelah menunggu beberapa jenak martabak (katanya Mesir) dan sepiring kuah acar bawang datang juga. Kuah acar ini berisi irisan bawang potongan rawit serta kecap dan cuka.

Jadi untuk menikmatinya potongan martabak dicocol sama kuah acar di piring satunya, atau bila tak suka bisa juga dinikmati dengan saos yang tersedia

Segelas kopi dingin ikut memeriahkan liukan lidah saya menikmati aroma gurihnya aroma telur

Oya ada yang membuat saya heran kali ini adalah bentuk martabaknya. Biasanya martabak yang katanya Mesir ini tepungnya di luar dan telur serta kentangnya di dalam, nah malam ini terbalik.

Gak tahan penasaran sayapun bertanya dan penjelasannya adalah sang penjual khawatir kami nunggu lama karena menurutnya bila di balik gini masaknya lebih cepat. Sebenarnya gakpapa sih nunggu asal gak sampe berbeda ekspektasi begini hehehe.

Ok kembali ke laptop eh ke meja, gak sulit membayangkan empat orang melaksanakan tugas mulia memutilasi martabak. Hingga dirasa bahwa belum nendang dan korban berikutnya adalah seporsi roti cabai Atawa cane.

Sesuai rencana canai juga akan di cabik-cabik dan di cocol sama kuah acar sisa martabak tadi. Saya heran ternyata si sulung dan si bungsu suka.

Bahagia tak terkira melihat wajah sumringahnya puas ketiganya, lho kok tiga ya iyalah saya lupa bilang istri saya juga ikut .

Itu cerita sederhana malam Minggu kami. Mana cerita malam Minggu kalian ??

"Family time is sacred time and should be protected and respected.” Boyd K. Packer"