Jangan Berbuka Dengan Yang Manis

Salam steemian semua di seluruh jagat raya. Senang sekali saya bisa kembali bercengkrama dengan kalian semua melalui tulisan sederhana ini.

www.makassar.tribunnews.com

Segitu aja ya basa-basinya, kita masuk ke topik diskusi kita kali ini. Kalo kalian baca judul diatas mungkin ada dari kalian yang agak bingung, tadinya saya juga. Karena bertahun anjuran berbukalah dengan yang manis telah tertanam ke alam bawah sadar kita semua.

Dari beberapa refrensi, saya menyusuri darimana datangnya anjuran tersebut. Apakah secara medis ataupun barangkali ada hadist atau riwayat yang kuat. Namun pencarian saya akhirnya sia-sia tak menemukan hasil.

Namun akhirnya saya mencoba menghubung-hubungkan apa yang saya dapat dengan nalar. Salah satu hadist yang saya dapati saya kutip sebagai berikut :

(Imam Abu Dawud berkata) 'Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Hanbal, (Dia Ahmad bin Hanbal berkata) 'Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, (Dia Abdurrazaq berkata), 'Telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Sulaiman, (Dia Ja'far bin Sulaiman berkata), 'Telah mengabarkan kepada kami Tsabit al-Bunaniy, bahwa dia telah mendengar dari Anas bin Malik (radhiallahu'anhum) berkata, "Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam berbuka dengan beberapa ruthob (Kurma matang namun masih basah) sebelum melakukan sholat, jika tidak ada Ruthob maka dengan beberapa Tamr (kurma matang kering), jika itu tidak ada maka beliau meminum air beberapa kali tegukan. (HR. Abu Dawud no. 2356, At-Tirmidzi no. 696, Ad-Daruquthni no. 2278, Al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/597 no. 1576, Al-Baihaqy 4/239. Lafazh diatas dari Imam Abu Dawud. Dihasankan oleh Syaikh Albani di Irwaul Gholil no. 922)

Kawan, dalam hadist ini menganjurkan kita berbuka dengan kurma basah atau kurma matang atau basah bila tak ada boleh dengan kurma kering atau tamar. Satu hal lagi kita juga disarankan memulakan buka puasa dengan makanan yang belum disentuh api.

www.jahadgroup.com

Nalar saya pun bekerja sepertinya beberapa orang menafsirkan kurma dengan rasa manis yang terkandung didalamnya. Sehingga anjuran berbukalah dengan kurma berubah menjadi berbukalah dengan yang manis.

Kandungan gula yang terkandung pada kurma berbeda, ia termasuk karbohidrat komplek yang setelah dikonsumsi tidak serta merta membuat reaksi insulin bekerja keras. Jadi bila kurma menjadi pilihan untuk berbuka tubuh secara perlahan di akan merespon gula dari kurma dan ini sangat sehat.

Ketika lama dalam keadaan kosong makanan insulin menjadi agak reaktif. Maka ketika yang masuk ke tubuh ketika adalah gula sederhana bayangkan gula darah akan melonjak luar biasa.

Pada suatu kisah dalam sebuah artikel, saya pernah baca orang yang pingsan setelah berbuka diduga ia punya penyakit darah manis dan mengkonsumsi makanan manis yang berlebih ketika berbuka.

Mungkin sebagai penutup mari kita simak hadist dibawah ini :

Tidak ada satu wadah pun yang diisi oleh Bani Adam, lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap untuk memperkokoh tulang belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari, cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang bersumber dari Miqdam bin Ma’di Kasib)

Kawan ternyata hampir sebagian besar penyakit bersumber dari perut. Dari kesalahan kita mengelolanya. Kita mengenal penyakit kelesterol, jantung, hipertensi, asam urat dan sebagainya semua bermula dari makanan.

Maka bijaksana lah memeliharanya. Andai saya analogikan perut ini adalah amanah Allah maka kita pelihara amanah ini karena a semuanya akan kita pertanggungjawaban jawabkan.

Demikian kawan, dari jambo bineh neuheun saya saya haturkan terima kasih telah singgah dan membaca