Tanya Itu, Apa yang Engkau Dapat dari Menulis Begitu Banyak, Kawan?

in #indonesia6 years ago

Apa yang engkau dapatkan dari menulis? Saat tanya itu membekas di relung hati, aku terseok dalam kubangan berlumpur dan berduri. Seolah, butiran senja yang berlalu dan hempasan angin di pagi hari tak ada arti sama sekali; karena aku tak mampu menjabarkan arti menulis melalui materi yang tampak di mata!

Mungkin, aku memulai sesuatu yang tak indah sama sekali. Saat mereka menyebut bahwa menulis bukan sesuatu yang menarik, bukanlah pekerjaan tetap, ia hanya berbentuk senyawa tersendat-sendat dalam kata freelance, saat itu pula aku tercambuk untuk mengejar hari, membelah purnama, menjemur kulit kecokelatan di bawah sinar matahari, sampai aku terpanggang, melayang, lalu jatuh kembali ke dataran penuh debu. Meski, aku mandi dengan busa bermeter tebalnya, rasanya penjabaran itu tak bisa melukiskan apa yang ingin sekali kusampaikan.

Bai ASUS.jpg
Hadiah dalam bentuk smartphone mudah sekali dilihat oleh orang lain - dokumen @bairuindra

Engkau menulis, apa menariknya? Penggalan kata soal Dia Presiden, Dia Menteri, Dia Guru, Dia Polisi, Dia Dokter, Dia oh Dia dan Dia lagi Dia, seolah telah menghipnotis persimpangan pola pikir sebagian dari mereka yang ku temui, dan menemuiku secara tidak sengaja. Hukum alam yang menjabarkan itu sekonyong-konyong menyebut semua milik orang lain, sehingga aku tak layak untuk kerjakan lagi.

Permulaan yang panjang sampai aku lelah untuk mengabadikan dalam kenangan. Lantas, aku berfoya-foya semana suka setiap waktu. Aku tak lagi bisa berkompromi dengan waktu, aku terlena terlalu lalu, aku pun sekian kali jatuh dan harus bangkit kembali. Saat orang telah mengendarai mobil putih susu dengan gagahnya di jalan raya, aku masih tersendak es campur yang terasa pahit di pinggir jalan. Saat orang lain telah membangun rumah gedongan, aku malah menikmati langit-langit dari atap rumah yang bocor.

Tetapi itu, aku teramat lara jika tidak menulis. Aku teramat galau sewaktu ide menghilang sepanjang waktu. Aku terlalu kaku untuk tersenyum bahkan kepadamu yang dengan ikhlas membaca tulisan ini. Begitulah ingin jubarkan rasa sakit dari menulis semana waktu kusukai. Dan nanti, jika engkau kembali bertanya soal *apa yang kudapat dari menulis? Mungkin saja aku tak lagi mengiba untuk menjawabnya.

Di antara pematang sawah dengan padi menguning, aku memburu napas terengah-engah menanti jemputan ke Bandar Udara. Dalam mimpi yang ingin dan tak ingin kurasa, aku mendapatkan notifikasi dari telah memenangkan hadiah berupa smartphone kelas atas. Ketika manja ingin kuselimuti dalam kenangan manis, saat itu segelas kopi di warung pengap dibayarkan entah dari siapa.

Dan ini, keadaannya, kawan. Engkau tidak mungkin bisa memintaku memamerkan slip gaji jutaan rupiah. Tetapi, saat engkau memintaku membayar secangkir kopi, maka itu akan aku sanggupi adanya.

Meskipun jenuh masih memburu, aku tak bisa menunggu waktu memenggal kepalaku sampai berkalang duka. Meski tanya tak lagi ada ketika aku teramat sering memiliki penerbangan dari menulis, tetapi cibiran lain mendadak menjadi godaan yang tak bisa diabaikan. Ini salah dan itu juga salah. Aku meminum seteguk madu, dilihatnya sedang meneguk racun. Aku memakan sebuah batu, disebutnya buah manis yang mengarat di kerongkongan.

Saat ingin kupamerkan sesuatu yang baru dari hasil menulis, cibiran itu datang dengan tawa, “Enaklah ya apa-apa dapat gratis!”

Tetapi, kawan. Pandangan engkau mungkin berbeda dengan pandanganku. Tiba engkau menyebut enak memakai sesuatu yang gratis, padahal itu sama dengan engkau bekerja seharian bahkan sebulanan. Saat engkau terlelap di malam hari, aku masih memaksa mata untuk terbuka sampai pagi. Saat engkau bangun dengan segar di pagi hari, aku bahkan belum tertidur sama sekali.

Aku terjerumus dalam perang yang lebih besar dari Game of Thrones. Aku terlempar begitu jauh dari Menara Burj Khalifa. Aku seolah tak mampu bernapas dengan indah di tengah Gurun Sahara. Tetapi aku harus, aku memaksa diri, aku memenggal kepingan waktu menjadi candu paling mematikan. Begitu seterusnya sampai engkau lelah bertanya, “Apa yang kau dapatkan dari menulis?”

Aku dapat bahagia, kawan! Dan juga ‘materi’ dalam jumlah tak sebanyak yang engkau dapatkan.


Terima kasih telah membaca #inspirasi dari saya @bairuindra, mari #follow untuk membaca cerita lainnya di lain waktu.

Sort:  

I like the writing of your article is very interesting people to comment on your article ,,,
I want tips and tricks from you ,, please help

I like your words that are highly motivated ,, I want to ask for tips and tricks
from you how to write interesting ,, please help.
https://steemit.com/indonesia/@boyhaqi97/facts-of-value-of-blockhain-media-today

Mantap ketua...

Doa berkah hari Jumat buat semangat menulisnya Ubai banyak-banyak...

Aku terhempas oleh badai gurun sahara, dan terlempar hingga ke lembah gunung seulawah. Pingsan sebentar, tau-tau pas bangun udah di Lambaro Angan

Tahu-tahu telah diculik oleh siluman dengan secangkir kopi pahit, bangunnya sudah di atas awan!

hahahhahahah tolong antar aku pulang....

Jangan, aku tak bisa kembali!

Hahha cukop parah. Ubai dah begitu sastrawi datang ente bu eqi perlu x bawa bawa lambaro angan hahha

Angan-angan kan itu 😀

Tulisannya selalu memotivasi pak ketua. 😊

Tetap semangat ya, Bu Putri!

Diriku seakan terbawa permainan kata-kata bang ubai. Seakan tidak menulis sehari bak ada yang kurang hari ini, dan aku baru ingat bahwa tanganku belum menyentuh keyboard laptop.

Ayo tambah semangat, Bal!

Ubai kenapa hiperbola kaliiii...hahahahaha... butir-butir senja ulala. Bernapas indah di gurun saharaaaa... kocaaaaak...

Biarkan satu abad purnama yang menjawabnya, Cit 😀

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 66619.84
ETH 3497.62
USDT 1.00
SBD 2.71