Siapa yang Baca Jika Tulisan Ini Usai Pada Titik Terakhir?

in #indonesia7 years ago (edited)
Galaunya seorang calon penulis adalah ketika muncul pertanyaan, “Siapa yang baca tulisan ini?”

Kata-kata yang terburai begitu saja seolah menjadi mubazir. Tak tersentuh. Tak bermuara. Tak ada suka. Tak ada pula duka. Dan tak bernyawa. Larut begitu saja. Lantas, tenggelam dalam kesendirian bagai burung pipit yang tak laku sampai usia senja. Namun, ‘tugas’ seorang penulis adalah menulis. Jika tidak dimulai, tiada pula peperangan yang semestinya diakhiri.

Tulis.jpg
Terus menulis dalam segala kondisi - dokumen @bairuindra

Satu titik saja jika benar bersenyawa dengan napas yang terputus-putus, maka ia akan memberi manfaat. Tulisan ini siapa yang baca? Tulisan ini siapa yang nilai? Tulisan ini siapa yang butuh? Tulisan ini untuk apa? Tulisan ini bagus tidaknya? Tulisan ini begini? Tulisan ini begitu?

Maka, sampai lelah hari berganti seolah terhenti, tak ada pula satu kata terukir di halaman putih berseri. Kesenjangan ini sebenarnya selalu menghampiri siapa saja yang ingin menulis – selain kemauan menulis itu sendiri. Calon penulis terlalu berambisi – barangkali – mendapatkan ribuan sampai jutaan pembaca dalam waktu sekejap. Mungkin juga, calon penulis ingin langsung dimuat karyanya di media massa (koran maupun majalah yang masih cetak) untuk mendapatkan tenar nama dan honorarium menggiurkan.

Lalu, mereka lupa belajar dari ‘sesepuh’ di dunia literasi bahwa menulis itu tidak seperti mata berkedip, tidak pula semudah membalik telapak tangan. Puluhan sampai ratusan naskah dihasilkan siang malam, termakan usia sampai rambut beruban, baru kemudian namanya terpampang nyata di koran ternama. Joni Ariadinata adalah sosok yang benar-benar kokoh dalam literasi tanah air. Sastrawan ini ratusan kali menerima tamparan dari redaksi koran dan majalah sebelum akhirnya merasa napasnya lega. Masa itu, Kompas menjadi media yang ‘beruntung’ memuat Cerita Pendek sosok ini. Dari situ pula, Joni Ariadinata diakui sebagai sastrawan berbakat dan diperhitungkan sampai kini.

Tiadakah tulisan Joni Ariadinata dibaca oleh redaktur Kompas dan koran serta majalah lain yang pernah ia kirim naskahnya? Tentu saja dibaca. Saya berpikir demikian. Saya berpikir positif saja. Namun, kriteria pemuatan yang rumit sehingga naskahnya baru lolos ‘verifikasi’ pada babak hampir akhir. Ending itu yang perlu digarisbawahi oleh calon penulis. Bahwa, bagian akhir yang akan mengantarkan sisa kenangan teramat panjang.

Tulisan yang tulis, ada yang baca. Tulisan yang ditulis, ada yang minati. Perjuangan kita kini lebih berbunga karena tanpa media massa yang memuat sekalipun, kita masih bisa bersemedi dengan blog; apakah itu blog pribadi atau blog komunitas seperti #Steemit. Satu saja view bisa menjadi bekas tak terdefinisi. Dua tiga view akan melambungkan sesak di dada. Ratusan view melambungkan bahagia setingkat. Ribuan view hampir pingsan menarik napas karena bahagia. Tetapi, untuk sampai ke sini, pada babak ini, tidaklah mudah dan tidak semua orang beruntung.

Satu tulisan nol pembaca, lantas menutup notebook. Dua tulisan tak ada pembaca, mata beralih ke film Korea. Tiga tulisan masih tanpa pembaca, nyaris menyerah dan tersedu di sudut kamar. Sepuluh tulisan masih sama, dan entah itu adalah bagian terakhir maka memilih tidak menulis lagi. Jika demikian adanya, kita belumlah termasuk ke dalam golongan yang beruntung dalam menulis. Kita hanya butiran debu jika dibandingkan dengan sastrawan atau penulis lain di Indonesia bahkan dunia sekalipun.

J.K. Rowling menerima pukulan pahit sebelum serial Harry Potter menggemparkan dunia. Dianggap aneh dan tidak ada pembaca, banyak penerbit menolak naskah sihir itu. Tetapi kemudian, naskah ini menjadi buku terlaris, difilmkan laris manis, sampai penikmat buku maupun film terbayang akan tongkat sihir. Sekolah sihir, Hogwarts, yang dahulu menjadi imajinasi J.K Rowling semata kemudian menjadi tujuan ‘wisata’ yang mahal. Tiga sekawan, Emma Watson, Daniel Radcliffe dan Rupert Grint adalah aktor yang kini sangat besar berkat buku dongeng pengantar tidur tersebut.

Tulisan yang ‘tidak ada’ pembaca yang sebenarnya laku keras di hati banyak orang. Raditya Dika pernah menyebut dalam salah satu bukunya bahwa naskah buku pertamanya ditolak oleh penerbit karena aneh. Namun, lihatlah Raditya Dika saat ini; adalah sosok yang mempopulerkan kelucuan dan keluguan. Raditya Dika menjadi penulis komedi yang sangat dikagumi setelah era Boim Lebon dan Hilman ‘Lupus’ Hariwijaya.

Sahabat saya, @ferhatmuchtar, berujar tiap kali kami ngopi, “Tiap tulisan itu ada pembacanya, Bai!”

Saya percaya dan yakin akan hal itu. Meski tertatih, saya bertahan. Meski terlampau lelah, saya berjuang. Perkataan sahabat saya yang lain, @fardelynhacky, “Kamu akan jadi sesuatu suatu saat nanti jika terus menulis, Bai!”

Benar saya telah jadi ‘sesuatu’ walaupun seorang blogger yang semata dipandang begini dan begitu. Namun, pencapain dari menulis tidak bisa saya dapatkan dari duduk manis dengan secangkir kopi, melototi tiap yang lewat di depan mata atau tersedu di kaki langit berharap segoni emas jatuh karena pengaruh gaya gravitasi.

Saya terus menulis walau tidak ada yang baca. Karena nanti, suatu saat nanti, pembaca akan mampir sejenak, mungkin terlena atau hanya kasihan, mungkin juga penasaran. Di sini saya ikut berperang dalam kata, demikian juga di www.bairuindra.com yang tak bisa saya lepas begitu saja. Jika nanti, kamu kembali bertanya, tulisan ini siapa yang baca? Jawabnya adalah, tulisan ini sedang mencari tuannya yang hilang dalam rimba maharaya Sang Kuasa!


Manakala kamu seorang #Steemian atau pengunjung saja di sini, mari berbagi bersama saya @bairuindra dengan #follow dan saling sapa di kolom komentar di bawah ini.

Sort:  

Begitu lah kira-kira, menulis ya menulis saja lah. Kalau memang itu adalah kecintaan, mau sebagaimana pun respons orang-orang, mau seberapa banyak 'tamparan' itu datang, penulis sejati tidak akan pernah mati. Ia akan terus berkarya.

Nice post at the morning. Great! :)

Benar penulis sejati selalu menerbang badai ini.

Kalimat terakhir memberikan satu kunci jawaban dari apa,kenapa,siapa,buat apa dan lain sebagainya. Mungkin saya y
Orang pertama yang mungkin terlena seperti yang dikatakan di atas. Hehehe.

Semoga memberi semangat lebih dalam menulis ya.

Postingannya keren 😊 bg @bairuindra

Terima kasih, semoga mencerahkan ya.

Terima kasih semoga mencerahkan ya.

Dan tulisan ini, baru saja aku tamatkan hingga tanda titik terakhir, lo, Bai! Beneran. Aku pembaca tulisanmu, kok! :)

Terima kasih bang Risman 😀

Terima kasih kak Alaika 😀

terus berkarya.. tulisan yg bagus...salam kenal bang
sudah di follow bg.. foll balek yaa..sesekali main juga di postingan saya bang

Salam kenal kembali, tetap semangat ya 😀

Setidaknya kalau nggak ada yang baca, ya pastilah kita sendiri pembacanya kan hahaha

Itu yang paling penting ya hehehe

Kerja keras ga akan pernah mengecewakan hasil.

Amin, selalu begitu Citra 😀

Bang Ubai, ayi gagal fokus ama foto Bang Ubai. Itu ga berjam-jam di atas paha, kan?

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 61963.30
ETH 2416.68
USDT 1.00
SBD 2.67