The Silent Way of the Artists | Jalan Sunyi Para Seniman |

in #indonesia7 years ago (edited)

The Silent Way of the Artists

By @ayijufridar

What drives someone into the art world? Spirit of the soul, or accidentally splash?

Every artist has his own reasons. When choosing the way of art as a place to work-even then filial-an artist has a different history journey. Everyone is free to choose in different ways. If you want a total, half total, and some even make a place of escape. Whatever it is, art is not a fad job even when a love of a sack of poetry is created.

Artwork was born through a series of creative processes from artists. When starting a work, they may never think to get any rewards, unless they work to participate in a particular race. Art is a way of devotion, if it can then become a source of income, it is remarkable. Not many people are paid when distributing hobbies. But in this instant state of affairs, only pop artists can rely on life from art. Beyond that, many art work with other professions or precisely art as a side job.

If then, there are parties who follow the devotion of the artist, it is a priceless award even though it is not for that all their devotion. That's what the five artists in Lhokseumawe felt when they got the Award of Anugerah some time ago.

This is for the third time Lhokseumawe City Government through the Department of Transportation, Tourism and Culture provides art gifts for its citizens. The selection of recipients was made by a jury of artists and journalists.

One of the five juries, Sirajul Munir, said there is almost no difference in the determination of Lhokseumawe City Art Award 2015. They are fenced in a number of requirements from the committee such as the recipients of grace must be residents of Lhokseumawe, both living and dead. "But we agree, every grant recipient must be talented, have a clear and recognition work, both in regional, national, and even international," Sirajul Munir said.

He acknowledged, the choice they set will be responded to diverse, pros and cons. However, with clear criteria and the recipient choosing works that have been recognized at the local, national, and international levels, gift giving can be accounted for. "Concerning the pros and cons, Nobel-level awards are taking place," Munir added.

So five artists were selected in Lhokseumawe for five categories. Arafat Nur (literature), Faisal Ridha (dance), Andi Kurniawan (traditional music), Abdul Hadi or Bang Joni (theater), and the special category of loyalty (lifetime achievement) given to Anwar Nyak.

50 artists

The five selected artists have already recognized his work even has been performed at national and international level. Arafat Nur, for example, is a novelist who has been awarded the Equator Literary Award (KLA) in 2011. His novel is now published by many prominent publishers. In 2011, Arafat was invited to the Ubud Writer and Reader Festival (UWRF) in Bali.

Similarly, Faisal Ridha has performed in Malaysia, Australia, and a number of other countries. Since the teenager, Faisal who works as a civil servant is already wrestling the world of traditional dance of Aceh. The same thing is also cultivated Andi Kuriawan who in addition to wrestle traditional dance also mastered the local musical instruments. His expertise in blowing kalee took him to perform several times overseas. Abdul Hadi better known as Bang Joni was formerly a folk theater before his name was widely known. Anwar Nyak or Bang Wan Keubai is a debus player.

The five recipients of the award were selected from 50 candidates. Chairman of the Committee, Ade Armansyah, the selection process has been done since July 14 before then submitted to the jury. "Though small, we want this art award to be taken seriously. Yet, there are many artists in Lhokseumawe that have scent the name of the region, even the name of Indonesia," said Ade who served as Head of Culture at the Department of Transportation, Tourism and Culture of Lhokseumawe City.

A writer in Lhokseumawe, Masriadi Sambo, supports the Lhokseumawe City Government's policy of still paying attention to the work of artists. Compared to other areas that have no concern at all. "The government's attention should still be more than this. The books of local authors, should have crowded the local library. Not even a book from the outside of the purchased, which is not necessarily compatible with our culture," Masriadi said who had received the award of art of the literary category of the previous period.

Chairman of the Aceh Arts Council (DKA) Lhokseumawe, Nurdin, has similar opinion. Instead, he proposed Lhokseumawe City Government to build a multifunctional art building. "Art can also bring the name of the region. But the government's attention to almost nothing. Different with the sports. In fact, when officials come to the area, greeted with art, not sports," Nurdin said who is familiarly called Petua Din.[]

Debus_05@ayijufridar.jpg

Debus_04@ayijufridar.jpg

Jalan Sunyi Para Seniman

Oleh @ayijufridar

Apa yang mendorong seseorang terjun ke dunia seni? Panggilan jiwa, atau tercebur tanpa sengaja?

Setiap seniman memiliki alasan tersendiri. Ketika memilih jalan seni sebagai tempat untuk berkarya—bahkan kemudian berbakti—seorang seniman memiliki perjalanan sejarah berbeda. Setiap orang bebas memilih dengan cara berbeda. Mau total, setengah total, bahkan ada yang menjadikan sebagai tempat pelarian. Apa pun yang melatarinya, seni bukan pekerjaan iseng-iseng kendati ketika jatuh cinta sekarung puisi tercipta.

Karya seni lahir melalui serangkaian proses kreatif dari para seniman. Tatkala memulai karya, mereka mungkin tidak pernah berpikir untuk mendapatkan penghargaan apa pun, kecuali berkarya memang untuk mengikuti lomba tertentu. Seni merupakan jalan pengabdian, kalau kemudian bisa menjadi sumber penghasilan, itu luar biasa. Tak banyak orang yang dibayar ketika menyalurkan hobi. Namun di negara yang serba instan ini, hanya seniman pop saja yang bisa mengandalkan hidup dari seni. Di luar itu, banyak pekerja seni nyambi kerja dengan profesi lain. Atau, justru seni sebagai pekerjaan sampingan.

Jika kemudian, ada pihak yang mengikuti pengabdian seniman tersebut, sungguh sebuah penghargaan tak ternilai kendati bukan untuk itu semua pengabdian mereka. Itulah yang dirasakan lima seniman di Kota Lhokseumawe ketika mendapatkan Penghargaan Anugerah, beberapa waktu lalu.

Ini untuk ketiga kalinya Pemkot Lhokseumawe melalui Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Budaya memberikan anugerah seni bagi warganya. Pemilihan para penerima dilakukan para dewan juri dari kalangan seniman dan jurnalis.

Seorang dari lima dewan juri, Sirajul Munir, mengatakan hampir tidak ada perbedaan pendapat dalam penentuan penerima Anugerah Seni Kota Lhokseumawe 2015. Mereka memang dipagari sejumlah persyaratan dari panitia seperti penerima anugerah harus warga Lhokseumawe, baik yang masih hidup maupun sudah meninggal. “Tapi kami sepakat, setiap penerima anugerah harus bertalenta, mempunyai karya yang jelas dan mendapat pengakuan, baik di daerah, nasional, bahkan internasional,” ungkap Sirajul Munir.

Ia mengakui, pilihan yang mereka tetapkan akan ditanggapi beragam, pro dan kontra. Namun, dengan kriteria jelas dan penerima memilih karya yang sudah diakui di tingkat daerah, nasional, dan internasional, pemberian hadiah bisa dipertanggungjawabkan. “Soal pro kontra, penghargaan setingkat Nobel pun terjadi,” tambah Munir.

Maka terpilihlah lima seniman di Lhokseumawe untuk lima kategori. Arafat Nur (sastra), Faisal Ridha (tari), Andi Kurniawan (musik tradisional), Abdul Hadi alias Bang Joni (teater), dan kategori khusus kesetiaan berkarya (lifetime achievment) yang diberikan kepada Anwar Nyak.

50 seniman

Lima seniman yang dipilih tersebut memang sudah diakui karyanya bahkan sudah pernah tampil di tingkat nasional dan internasional. Arafat Nur, misalnya, seorang novelis yang yang sudah pernah mendapatkan penghargaan Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada 2011. Novelnya pun kini banyak diterbitkan penerbit terkemuka. Pada 2011 pula, Arafat diundang ke Ubud Writer and Reader Festival (UWRF) di Bali.

Demikian juga dengan Faisal Ridha yang pernah tampil di Malaysia, Australia, dan sejumlah negara lainnya. Sejak remaja, Faisal yang berprofesi sebagai pegawai negeri ini sudah menggeluti dunia tari tradisional Aceh. Hal sama juga digeluti Andi Kuriawan yang selain menggeluti tari tradisional juga menguasai alat musik daerah. Kepiawaiannya dalam meniup seurune kalee membawanya tampil beberapa kali di luar negeri. Abdul Hadi yang lebih dikenal sebagai Bang Joni dulunya pemain teater rakyat sebelum namanya dikenal luas. Anwar Nyak atau Bang Wan Keubai adalah pemain debus.

Lima penerima anugerah tersebut merupakan hasil seleksi dari 50 kandidat. Ketua Panitia, Ade Armansyah, proses seleksi sudah dilakukan sejak 14 Juli sebelum kemudian diserahkan kepada dewan juri. “Meski kecil, kami ingin anugerah seni ini dipilih secara serius. Toh, banyak seniman di Lhokseumawe yang sudah mengharumkan nama daerah, bahkan nama Indonesia,” ungkap Ade yang menjabat sebagai Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Budaya Kota Lhokseumawe.

Seorang penulis di Lhokseumawe, Masriadi Sambo, mendukung kebijakan Pemkot Lhokseumawe yang masih memerhatikan kiprah para seniman. Dibandingkan dengan daerah lain yang tidak punya kepedulian sama sekali. “Mestinya, perhatian pemerintah masih bisa lebih dari ini. Buku-buku penulis lokal, seharusnya menyesaki perpustakaan daerah. Bukan malah buku dari luar yang dibeli, yang belum tentu cocok dengan budaya kita,” kata Masriadi yang pernah menerima anugerah seni kategori sastra periode sebelumnya.

Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) Kota Lhokseumawe, Nurdin, punya pendapat senada. Dia malah mengusulkan Pemkot Lhokseumawe membangun gedung kesenian yang multifungsi. “Seni juga bisa mengharumkan nama daerah. Tapi perhatian pemerintah ke hampir tak ada. Beda dengan olahraga. Padahal, ketika pejabat datang ke daerah, disambut dengan kesenian, bukan olahraga,” tandas Nurdin yang akrab disapa Petua Din.[]


gallery-2932005_960_720.jpg
Source

gallery-2932005_960_720.jpg
Source

Badge_@ayi.png

Design by @jodipamungkas

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Sort:  

Keseniaan yang luar biasa,, khas aceh bangeet..

Semoga bisa terus dilestarikan @silvia. Terima kasih.

wow I like your post

Thanks so much @aasik...

Wc you follow me plzz and vote and commetns plzzz

mantap bg.. :)

Terima kasih @mime. Saleum BSC...!

.. Kruu seumangat para seniman Aceh, postingan bagus, budaya yg harus tetap dirawat dan ditonjolkan hehe.. mgkin bsa dipertimbangkan taq #culture

Terima kasih masukannya @harferri. Segera ditindaklanjuti. Saleum.

Saya suka seni pertunjukan bg:) likeee

Saya juga suka @kakilasak, meski ngeri-ngeri sodaaaap menontonnya.

Karya seni lahir melalui serangkaian proses kreatif dari para seniman. Tatkala memulai karya, mereka mungkin tidak pernah berpikir untuk mendapatkan penghargaan apa pun, kecuali berkarya memang untuk mengikuti lomba tertentu. Seni merupakan jalan pengabdian, kalau kemudian bisa menjadi sumber penghasilan, itu luar biasa. Tak banyak orang yang dibayar ketika menyalurkan hobi. Namun di negara yang serba instan ini, hanya seniman pop saja yang bisa mengandalkan hidup dari seni. Di luar itu, banyak pekerja seni nyambi kerja dengan profesi lain. Atau, justru seni sebagai pekerjaan sampingan.

Semoga terus melahirkan regenerasi penerus seni budaya Aceh

Ciri khas aceh memang sangat indah apalagi dengan karya karya seni yang lain sudah menjadi seni yang internasional hingga ke manca negara

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63098.94
ETH 2621.87
USDT 1.00
SBD 2.74