One Seated, One Short Story: Writing Workshop for Students | Sekali Duduk, Satu Cerpen |

in #indonesia7 years ago (edited)

Short story Writing Workshop for Students

Learning to write now is much easier. In addition to technological developments, books on writing guides have become more accessible on the market. Previously, while still in school at STM Negeri Bireuen (1988 - 1991), in the library there is a book Mengarang Gampang author by Arswendo Atmowiloto. The book then I make a copy and I read over and over when stuck in writing. So often read it, even able to memorize it-then.

Workshop_01.jpg

Then I learned that there was a book by Mohammad Diponegoro, but had never read the book until now. Bookstores in the area seldom sell writing guides. Practically only those two books I know about the guidelines for making fiction.

More difficult, writing training is almost non-existent. Creating lessons at school is unreliable. Finally, just learn self-taught. Direct practice at that time by sending writing (especially short stories) to various media in Aceh (especially Serambi Indonesia) and magazine published Jakarta. If it is rejected, send it again, again, and again.

Currently writing short story writing is very frequent, even free. Recently, Senior High School (SMA) Referral Negeri 1 Bireuen, held a short story writing course for dozens of students representing each class. The training was done the day before they participated in the short story writing competition. "Competition writing short stories directly in place. So, the children must be able to streamline the time and his work is more original, "said Khairani Fitri, SMA Negeri 1 Bireuen.

Workshop_03.jpg

A very poetic teacher when speaking is indeed very concerned about the ability to write fiction protégés. "All I learned," he said modestly. It's not just plain fun, because Mrs. Khairani Fitri did come from start to finish and ask a lot of questions. As a self-taught and self-taught writer compared to theoretical learning, I got new knowledge when Mrs. Khairani discussed the technique of short story writing, short story structure, and method of analysis which is a new science for the course. Thank you, Madam!

The students of SMA Negeri 1 Bireuen are also very enthusiastic to learn to write short stories. The theme of writing a short story in one sitting I deliberately conveyed because all participants will follow the short story writing contest directly, not given time limit for days as other competitions. Questions asked include how to get an idea and write it into a short story.

The students of SMA Negeri 1 Bireuen are very fortunate because in addition to having Mrs. Khairani Fitri who is very concerned about the literacy of the students. Apparently, the head of SMA Negeri 1 Bireuen, Mr Hamdani, including the author and has published several textbooks and literacy. No wonder!

Workshop_05.jpg

Learning to write should be done since childhood. The author is a profession gained through loyalty of writing and reading over the years. Fortunately, students whose schools held writing workshops to build and strengthen the culture of writing and reading.

Being a speaker in SMA Negeri 1 Bireuen reminds me of the school because the school is adjacent to STM Negeri Bireuen. I saw traces of my teenage years at school. Delightful past!


Badge_@ayi.png


Sekali Duduk, Satu Cerpen

Workshop Penulisan cerpen Bagi Pelajar

Belajar menulis sekarang sudah jauh lebih mudah. Selain perkembangan teknologi, buku-buku tentang panduan menulis sudah semakin mudah diperoleh di pasaran. Dulu, ketika masih sekolah di STM Negeri Bireuen (1988 – 1991), di pustaka ada buku Mengarang itu Gampang karya penulis Arswendo Atmowiloto. Buku itu kemudian saya buat salinannya dan saya baca berulang-ulang ketika mentok dalam menulis. Sebegitu sering membacanya, bahkan sampai bisa menghafal—ketika itu.

Workshop_02.jpg

Kemudian saya tahu ada buku Yuk, Mengarang Yuk karya Mohammad Diponegoro, tetapi tidak pernah membaca buku itu sampai sekarang. Toko buku di daerah jarang menjual panduan menulis. Praktis hanya dua buku itu saja yang saya ketahui tentang pedoman mengarang fiksi.

Lebih sulit lagi, pelatihan menulis hampir tidak ada. Pelajaran mengarang di sekolah tidak bisa diandalkan. Akhirnya, hanya belajar secara otodidak. Langsung praktek saat itu dengan mengirim tulisan (terutama cerpen) ke berbagai media di Aceh (terutama Serambi Indonesia) dan majalah terbitan Jakarta. Kalau ditolak, kirim lagi, lagi, dan lagi.

Saat ini pelatihan menulis cerpen sudah sangat sering, bahkan gratis. Baru-baru ini, Sekolah Menengah Atas (SMA) Rujukan Negeri 1 Bireuen, menggelar pelatihan menulis cerpen bagi puluhan siswa yang merupakan perwakilan dari setiap kelas. Pelatihan dilakukan sehari sebelum mereka mengikuti lomba menulis cerpen. “Lomba menulis cerpen langsung di tempat. Jadi, anak-anak harus mampu mengefektifkan waktu dan karyanya pun lebih orisinil,” ungkap Khairani Fitri, guru SMA Negeri 1 Bireuen.

Workshop_04.jpg

Guru yang sangat puitis ketika berbicara itu memang sangat peduli terhadap kemampuan menulis fiksi anak didiknya. “Sekalian saya belajar,” katanya merendah. Bukan sekadar basa-basi, sebab Ibu Khairani Fitri memang ikut sejak awal sampai akhir dan mengajukan banyak pertanyaan. Sebagai penulis yang belajar otodidak dan langsung menulis dibandingkan dengan belajar secara teoritis, saya justru mendapat ilmu baru ketika Ibu Khairani membahas teknik penulisan cerpen, struktur cerpen, dan metode analisisnya yang merupakan ilmu baru buat saja. Terima kasih, Bu Guru…!

Para pelajar SMA Negeri 1 Bireuen juga sangat antusias belajar menulis cerpen. Tema menulis cerpen dalam sekali duduk sengaja saya sampaikan karena semua peserta akan mengikuti lomba menulis cerpen secara langsung, tidak diberi batasan waktu berhari-hari sebagaimana lomba lainnya. Pertanyaan yang ditanyakan antara lain bagaimana mendapatkan ide dan menulisnya menjadi sebuah cerpen.

Workshop_06.jpg

Para siswa SMA Negeri 1 Bireuen sangat beruntung karena selain memiliki Ibu Khairani Fitri yang sangat peduli terhadap literasi para pelajar. Ternyata, kepala SMA Negeri 1 Bireuen, Pak Hamdani, termasuk penulis dan sudah menerbitkan beberapa buku ajar dan literasi. Pantas saja!

Belajar menulis memang sebaiknya dilakukan sejak kecil. Penulis adalah profesi yang diperoleh melalui kesetiaan menulis dan membaca selama bertahun-tahun. Beruntunglah para pelajar yang sekolahnya menggelar workshop penulisan untuk membangun dan memperkuat budaya menulis dan membaca.

Menjadi pemateri di SMA Negeri 1 Bireuen mengingatkan saya pada masa sekolah karena letak sekolah itu bersebelahan dengan STM Negeri Bireuen. Saya melihat jejak-jejak masa remaja saya di sekolah. Ah, masa lalu yang menyenangkan!

STEEMIT_PUTAR.gif

telor.gif

Sort:  

Mantap bg @ayijufridar. Kalau bisa pengajaran literatur bahasa tidak hanya di SMA biruen, tetapi juga semua sekolah yang ada di kota lhokseumawe dan aceh utara, sehingga kita akan dapatkan siswa-siswa yang handal dalam menulis.

Kami siap kapan saja Cek @safran. Hari Minggu ini, ada Forum Aceh Menulis (FAMe) yang menggelar workshop kepenulisan. Kalau ada lembaga yang mengelola pelatihan kepenulisan seperti ini, tentu saja bagus. Saleum.

Belajar menulis memang sebaiknya dilakukan sejak kecil. Penulis adalah profesi yang diperoleh melalui kesetiaan menulis dan membaca selama bertahun-tahun. Beruntunglah para pelajar yang sekolahnya menggelar workshop penulisan untuk membangun dan memperkuat budaya menulis dan membaca.

Hana trok si gam nyan....

Hebat bg @ayijufridar. Sukses selalu.
Salam hangat keudroen neuh sabe...

Thanks so much @said-nuruzzaman. Saleum.

Pelatihan spt itu akan dpt mengarahkan dan memberi semangat kpd mereka2 yg suka dan mempuyai jiwa menulis. Kegiatan yg bermanfaat.

Pelatihan yang sangat luar biasa semoga menjadi amal ibadah bagi @ayijufridar

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 67202.29
ETH 2597.64
USDT 1.00
SBD 2.66