Meet The Great People in Reading Room | Bilingual |

in #indonesia7 years ago (edited)

THE SMALL accident left behind handphone bag in taxi and traffic jam @mariska.lubis from Bandung (West Java) to Jakarta, giving blessing in another form to me. We have an agreement to meet up small as the same Steemians in Jakarta. "Come to Reading Room in Kemang (Jakarta). There Bang Ayi will meet Richard Oh, sometimes Joko Anwar (director) and Dee Lestari (singer and novelist)," @mariska.lubis send message in WhatsApp (WA).

I knows everyone who mentioned @mariska.lubis. Richards Oh is a novelist who together with Takeshi Ichiki pioneered the Kusala Sastra Khatulistiwa (formerly Khatulistiwa Literary Award which is considered a literary Nobel in Indonesia). Joko Anwar and Dee Lestari or Dewi Lestari, already very famous names. I love the song-again Dee with the trio Rida Sita Dewi, especially the song Datanglah which burns the spirit. While Joko Anwar is being a lot of talks in Indonesia for his achievements in the world of cinema. "Even if they do not exist, Bang Ayi can read great books there!"

I reply to the message @mariska.lubis with a joking: "I waiting for you there. May be invited to play in movie silat (traditional self-defence arts). "


Reading Room_03.jpg


I also arrived late at Reading Book due to traffic jam. As I go to the second floor of Reading Book, I saw the man there. With a laken hat that became his trademark, sitting by the window with a lit laptop, just like his never-ending cigarette. His face is very familiar to me even though we never met. However, let me make no mistake because so many similar people in this world, I ask the waiter; "Is that Richard Richard?"

He justified. I approached and greeted him kindly. Apologize for bothering him, and introducing himself. The welcome of Richard Oh is very friendly and welcome. I ordered a drink, we engaged an unbroken conversation. We started with a discussion about the book. About the development of information technology that can not be denied, but not necessarily millennial generation of books.

Richard Oh is a man who is always restless. The man born in Bukittinggi (West Sumatera) on October 30, had to wage a lot of things to follow his heart step in art activities. His establishment in the advertising business does not make him satisfied. Economic establishment is not the goal. He took the path of art through books and movies.

"Every time I hear a friend write a book, I feel happy and sad because I have not written a long time. It's a bit hard to get back to the creative path of writing a book, "says the author of the literary book _The Pathfinders of Love and The Rainmaker's Daughter's. He also told about the creative process of some Indonesian writers, including Eka Kurniawan whose books have been translated into various languages in the world. A very inspiring story for me who is still learning to write well.

I came to Reading Room to waiting for @ mariska.lubis and the wait I will use to read the book. I see many good books on literature, philosophy, and so on by the great writers of the world. However, after seeing Richard Oh, I forgot about @ mariska.lubis and forgot about so many books in Reading Room. This place is actually a cafe with a concept like a library. Lots of creative people hanging out there.

Then Paul Agusta came, wearing a laken hat like Richard. I met Paul who was the son of the great Indonesian poet Leon Agusta. I once heard the story of Nurdin Supi, a roommate of mine at Lhokseumawe State Polytechnic Dormitory. While following the 21st Century Poet Twins at Taman Ismail Marzuki, Nurdin Supi was impressed with Leon Agusta's role in the theatrical performances. "When Leon plays the character as a dog, his movements are jumping so naturally as a real dog," Nurdin Supi's expression is a form of admiration for the professionalism of a Leon.


Reading Room_01.jpg


Paul was uncomfortably bathed with his father. Hence, he never published a poem he wrote, and chose the film world where he works, both as an actor and a director. In 2012, he became the best director of choice magazine Tempo through the film Parts of the Heart. In the 2014 Rotterdam International Film Festival (IFFR) in The Netherlands, Paul's short film Chaotic Memories also gained wide acclaim. Now Paul is involved in commercial film directing.

Our unplanned meeting was so impressive for Richard. "Paul himself never heard stories about his father like that on stage. An unexpected encounter opens a page of the past," Richard said, who is currently involved in filming.

When @mariska.lubis arrives, the conversation becomes warmer. As Steemians, surely we do not forget to promote Steemit to the two great artists. Richard and Paul were interested but had never heard of Steemit before.

I must be grateful to @mariska.lubis who have brought me together and introduced me to Richard and Paul. And I must thank Steemit for bringing me to @mariska.lubis. []


Reading Room_02.jpg


Bertemu orang Hebat di Reading Room

KECELAKAAN kecil tertinggal tas handphone di taksi dan macetnya perjalanan @mariska.lubis dari Bandung (Jawa Barat) menuju Jakarta, memberikan berkah dalam bentuk lain kepada saya. Kami ada perjanjian untuk meet up kecil sesame Steemians di Jakarta. “Datanglah ke Reading Room di Kemang (Jakarta). Di sana Bang Ayi akan berjumpa dengan Richard Oh, kadang ada Joko Anwar (sutradara) juga Dee Lestari (penyanyi dan penulis novel),” begitu juga pesan @mariska.lubis di WhatsApp (WA) saya.

Tentu saya yang mengenal semua orang yang disebutkan @mariska.lubis. Richards Oh adalah seorang penulis novel yang bersama Takeshi Ichiki merintis perhelatan Kusala Sastra Khatulistiwa (dulu bernama Khatulistiwa Literary Award yang dianggap sebagai Nobel sastra di Indonesia). Joko Anwar dan Dee Lestari atau Dewi Lestari, sudah nama sangat terkenal. Saya menyukai lagu-lagi Dee bersama trio Rida Sita Dewi, terutama lagu Datanglah yang membakar semangat. Sementara Joko Anwar sedang menjadi banyak pembicaraan di Indonesia atas prestasinya di dunia perfilman. “Kalaupun mereka tidak ada, Bang Ayi bisa membaca buku-buku hebat di sana!”

Sambil bercanda, saya membalas pesan @mariska.lubis: “Saya tunggu di sana. Semoga diajak main film silat.”

Saya juga terlambat tiba di Reading Book karena macet. Saat naik ke lantai dua Reading Book, saya melihat lelaki itu sana. Dengan topi laken yang menjadi ciri khasnya, duduk di dekat jendela dengan laptop yang menyala, sebagaimana rokoknya yang tak pernah padam. Wajahnya sangat familiar bagi saya meski kami tidak pernah berjumpa. Namun, biar tidak membuat kesalahan karena begitu banyak orang yang mirip di dunia ini, saya bertanya kepada pelayan; “Itu Mas Richard?”

Dia membenarkan. Saya mendekat dan menyapanya dengan ramah. Meminta maaf karena sudah menganggunya, dan memperkenalkan diri. Sambutan Richard Oh sangat ramah dan welcome. Saya memesan minum, kami pun terlibat percakapan yang tak pernah putus. Kami memulai dengan diskusi tentang buku. Tentang perkembangan tekonologi informasi yang tak bisa ditolak, tetapi tidak seharusnya menjaukan generasi milenial dari buku.

Richard Oh adalah lelaki yang selalu gelisah. Lelaki kelahiran Bukittinggi (Sumatera Barat) pada 30 Oktober itu harus mengobarkan banyak hal untuk mengikuti langkah hatinya dalam kegiatan seni. Kemapanannya di bisnis advertising tidak membuatnya puas. Kemapanan ekonomi bukan tujuannya. Ia menempuh jalan seni melalui buku dan film.

“Setiap mendengar ada kawan menulis buku, saya merasa bahagia sekaligus sedih karena sudah lama tidak menulis buku. Agak sulit kembali ke jalur kreatif penulisan buku,” kata penulis buku sastra _The Pathfinders of Love dan The Rainmaker’s Daughter itu. Dia pun bercerita tentang proses kreatif beberapa sastrawan Indonesia, termasuk Eka Kurniawan yang buku-bukunya sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Kisah yang sangat menginspirasi saya yang masih belajar menulis dengan baik.

Saya datang ke Reading Room untuk menunggu @mariska.lubis dan penantian itu akan saya gunakan untuk membaca buku. Saya lihat banyak buku-buku bagus tentang sastra, filsafat, dan sebagainya karya penulis besar dunia. Namun, setelah berjumpa dengan Richard Oh, saya lupa terhadap @mariska.lubis dan lupa terhadap buku yang begitu banyak di Reading Room. Tempat ini sesungguhnya adalah kafe dengan konsep seperti pustaka. Banyak orang kreatif yang nongkrong di sana.

Lalu Paul Agusta datang, bertopi laken seperti Richard. Saya berkenalan dengan Paul yang ternyata anak dari penyair besar Indonesia, Leon Agusta. Saya pernah mendengar cerita Nurdin Supi, seorang teman sekamar saya di Asrama Politeknik Negeri Lhokseumawe. Ketika mengikuti Mimbar Penyair Abad 21 di Taman Ismail Marzuki, Nurdin Supi sangat terkesan dengan peran Leon Agusta dalam pementasan teater. “Ketika Leon memerankan tokoh sebagai anjing, gerakannya melompat begitu alami seperti anjing sungguhan,” ungkapan Nurdin Supi merupakan bentuk kekaguman pada profesionalitas seorang Leon. Penyair itu meninggal pada 2015 silam.

Paul sungguh tidak nyaman dibandikan dengan papanya. Makanya, dia tidak pernah mempublikasikan puisi yang ditulisnya, dan memilih dunia film tempat ia bekarya, baik sebagai aktor maupun sutradara. Pada 2012, ia menjadi sutradara terbaik pilihan majalah Tempo lewat film Parts of the Heart. Dalam International Film Festival Roterdam (IFFR) 2014 di Belanda, film pendek Chaotic Memories yang disutradarai Paul juga mendapat sambutan luas. Sekarang Paul sedang terlibat dalam penyutradaraan film komersil.

Pertemuan kami yang tak direncanakan begitu mengesankan bagi Richard. “Paul sendiri tidak pernah mendengar cerita tentang papanya seperti itu di panggung. Sebuah pertemuan yang tak disangka membuka lembaran masa lalu,” ungkap Richard yang kini sedang terlibat dalam syuting film.

Ketika @mariska.lubis tiba, pembicaraan menjadi lebih hangat. Sebagai Steemians, tentunya tak lupa kami mempromosikan Steemit kepada dua seniman hebat itu. Richard dan Paul tertarik meski belum pernah mendengar tentang Steemit sebelumnya.

Saya harus berterima kasih kepada @mariska.lubis yang telah mempertemukan dan mengenalkan saya dengan Richard dan Paul. Dan saya harus berterima kasih kepada Steemit yang sudah mempertemukan saya dengan @mariska.lubis.[]


Reading Room_04.jpg


Reading Room_05.jpg


Badge_@ayi.png

Sort:  

Wow wow wow Amazing aduen @ayijufridar sama kakak @mariska.lubis .
Bagaimana saya bisa seperti ini, sedangkan jam tidurku belum aku tepati. Andaikan saja tidur ku teratur, paling tidak aku bisa berharap lewat mimpi. Nyatanya mungkin nanti!!! Tapi tak apalalah, karena setelah selesai membaca postingan bang @ayijufridar, saya terasa sudah bersama walaupun tak tertangkap kamera. Terimakasih aduen @ayijufridar, terbawa sekali ceritanya.

Terima kasih kembali @rizajb. Salam sukses.

Semoga anggota steemians kita bisa juga seperti beliau -beliau yang sudah populer itu dan hebat. terimakasiih @ayijufridar informasinya.

Terima kasih kembali @muktarilyas. Salam.

Good luck :) I follow you :)

Thanks so much...

Cant wait to read more of your future post

Tiga huruf aja, W O W. Beneran deh ini, orang2 hebat ketemuan di tempat yang hebat juga. Ini pertama kalinya bg Ayi ketemu mbak @mariska.lubis kah?

Benar @horazwiwik. Kami baru pertama kali bertemu. Tapi semoga saja bisa bertemu lagi dalam kesempatan yang lain.

Aduh terima kasih banget sudah berkenan menunggu malam itu, dan saya yakin bang Ayi akan sangat senang di sana karena itu tempat saya selalu berkumpul bersama para penulis dan seniman. Selain banyak buku bagus yang langka, semua teman-teman di sana selalu asyik dijadikan tempat diskusi. Kalau ke Jakarta kita ke sana lagi ya, bang! Jangan lupa tawaran main film masih berlaku! Hahaha...

Wah.. Bang @ayijufridar mau main film?

Ah, itu si Bro Richard hanya bercanda saja @aimeehariss. Katanya, ada salah satu scene yang cocok buatku. LOL.

Untung berjumpa dengan Mas Richard, jadi menunggu tidak lagi menjadi pekerjaan yang membosankan Sista @mariska.lubis. Saya memang sudah merencanakan akan ke Reading Book lagi kalau ada kesempatan ke Jakarta.

Eh, semoga tawaran itu suatu saat menjadi kenyataan. hehehehe....

Halo Mbak @mariska.lubis Steemit saya sdh aktif kembali yaa..

Foto keren bang ala Coboy

Terima kasih @edy02. Saleum koboy. Howdy...

Sangat senang ya bg bisa bertemu sama orang-orang hebat..

Benar sekali @cakphotography. Baru kali ini berjumpa dengan Sista @mariska.lubis meski sudah lama berkenalan di Steemit.

Cerita menarik ketika orang-orang hebat berkumpul

Terima kasih @boyashruddin, Saleum.

Duet Bg @ayijufridar dan kak @mariska.lubis mempromosikan steemit, luar biasa :)

Memperkenalkan Steemit kepada orang-orang hebat dan mereka tertarik Bunda @rayfa. Semoga ada orang hebat di Indonesia yang bergabung di Steemit dan membuat Steemit semakin terkenal.

Halo Mbak @rayfa Steemit saya sdh aktif kembali yaa..

Setelah saya baca2, saya hanya mengenal tiga orang dalam tulisan itu. Pertama author bg @ayijufridar di alam maya dan alam nyata. Kedua dan ketiga, saya mengenal @mariska.lubis di Steemit dan mengenal taman @marzukiismail di buku dan media massa.. hahaha

Kita semua saling terhubung di Steemit, dan nanti akan merasakan manfaatnya, kemal.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 59231.42
ETH 2599.06
USDT 1.00
SBD 2.45