Building Civilization From the Sidewalk | Membangun Peradaban Dari Trotoar |

in #indonesia7 years ago

Membangun Peradaban dari Trotoar

SEBUAH kota yang berperadaban, yang memerhatikan kenyamanan bagi warganya sehingga layak untuk ditinggali, bisa dilihat dari luasnya trotoar. Lihat saja kota-kota besar di negara maju. Semuanya memiliki trotoal yang besar dan nyaman sehingga orang tua dengan kursi roda, atau orang berkebutuhan khusus, bisa menikmati mari terbit dan matahari terbit dan matahari tenggelam dengan nyaman dan aman.

Kota-kota besar di Indonesia belum memenuhi syarat disebut sebagai kota berperadaban jika trotoar yang menjadi ukuran. Lihat saja trotoar di Jakarta. Akses pejalan kaki sangat sempit. Sudah sempit, dipakai pula pada pedagang asongan sehingga trotoar sangat sulit dilintasi. Pada jam-jam macet, trotoal malah dipakai pengendara sepeda motor. Sungguh tidak berperadaban!

Syukurlah, masih ada beberapa ruas jalan di beberapa kota yang memiliki trotoar luas, seperti terlihat di Surabaya dan Yogyakarta. Di Yogyakarta, tentu saja Maliboro menjadi contoh pengelolaan jalan dan trotoal yang baik. Hadirnya pedagang kaki lima, tidak sampai memenggal ruang pejalan kaki. Pedagang kaki lima, jika dikelola dengan baik, menjaga kebersihan, justru menjadi bagian dari industri pariwisata yang khas.

Maka, wahai pemerintah daerah, mari membangun peradaban dari trotoar.


Sidewalk_03.jpg


Sidewalk_01.jpg


Sidewalk_02.jpg


Sidewalk_04.jpg
Trotoar yang luas dan bersih di Jalan Malioboro, Yogyakarta, memberikan kenyamanan bagi warga dan wisatawan untuk bersosialisasi.
Photos by @ayijufridar


Building Civilization from the Sidewalk

The civilized city, which cares for the comfort of its citizens so deserves to be inhabited, can be seen from the breadth of the sidewalk. Please look at the big cities in developed countries. All have large, comfortable trunks so that parents with wheelchairs, or people with special needs, can enjoy the sunrise and sunrise and the sunset comfortably and securely.

Major cities in Indonesia are not yet qualified to be called civilized cities if sidewalks are the size. Just look at the sidewalks in Jakarta. Pedestrian access is very narrow. It is narrow, also used by hawkers so that sidewalks are very difficult to cross. In the jammed hours, the pavements are even used by motorcycle riders. Really not civilized!

Thankfully, there are still some streets in some cities that have wide sidewalks, as seen in Surabaya and Yogyakarta. In Yogyakarta, Maliboro became an example of good road and pavement management—of course. The presence of street vendors, not to cut off pedestrian space. Street vendors, if managed well, maintain cleanliness, it becomes part of a typical tourism industry.

So, local government, let's build civilization from the sidewalk.[]


Sidewalk_05.jpg


Sidewalk_06.jpg
Trotoar di sebuah ruas jalan di Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.


Badge_@ayi.png

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Sort:  

Di Semarang juga lagi banyak pembangunan trotoar, meski dampaknya jadi macet dan banyak pedagang yang tergusur tapi ini salah satu upaya pemerintah untuk mengembalikan hak para pejalan kaki.

Saya belum pernah ke Semarang Mbak @patriciadian. Banyak sahabat jurnalis saya di AJI Kota Semarang, semoga nanti bisa ke sana.

Ciri kota modern memang terlihat di trotoar yang lebar. Pedagang bisa diatur di tempat khusus meski itu tidak mudah

Iya nggak mudah, karena pasti ada pro dan kontra terkait dengan penggusuran.
Semoga suatu saat ada kesempatan ke Semarang ya Bang @ayijufridar

Saya yakin bisa ke Semarang dan nggak cuma numpang lewat. Nanti Dian jadi guide-nya yaaa...

Siap, seru nih nanti kalo bisa ketemu dan kumpul-kumpul di Semarang, hehhe

Semoga Dian. Salam buat Steemians di Semarang.

Sebuah pemilihan kata yang sangat bagus untuk artikel tulisan ini. Ya, tepatnya, dikota-kota besar seperti di luar negeri, mereka telah memiliki trotoar yang besar namun sangat teroganised sehingga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat utk kegiatan postifinya.

Terima kasih @thevira. Saya pernah membaca sebuah artikel tentang wali kota Bogota di Kolombia yang memilih untuk membangun ruang publik sebanyak mungkin dalam mengurangi angka kriminalitas yang cukup tinggi. Ruang publik termasuk trotoar yang lebar dan taman kota yang banyak. Terbukti, angka kriminalitas berkurang dan ruang publik termasuk salah satu penyebabnya.

Mantap. Semoga ini bs menjadi input utk para pengambil kebijakan tata kota.

Hallo bang @ayijufridar, saya sudah punya akun steemit, jangan lupa berkunjung ya bang

Hai @safrims. Selamat bergabung di Steemit. Semoga betah menulis dan membaca di sini.

Trotoar yang nyaman, teduh dan asri adalah keharusan bagi kota yang ingin di sebut kota berprikemanusiaan...
Saya vote dan follow bang

Salam
@azmielbanjary

Dari #Banjarmasin #Kalimantan #Indonesia

Terima kasih @azmielbanjary. Salam buat sahabat Steemians di sana.

sama sama bang, semangat pagi dan selamat beraktivitas di jumat berkah ini..

jogja lagi, jogja lagi....jadi baper :D

Jangan baper aja Bunda @horazwiwik, kapan ke sana lagi. Kami ada acara Festival Media di Solo, bela-belain jalan darat ke Yogya pulang pergi. Capek sih, tapi asyik dan seru

Nunggu harga steem melambung. Udah missed kesempatan pas Sbd menggila kemaren hahaha...lha, ke jogja naik bus? Kenapa ga naik prameks aja. Cepet dan nyaman lho..

Bukan naik bus Bunda @horazwiwik, tetapi denga Grab. Bersama tiga sahabat, jadinya lebih murah kan, daripada naik bus.
Semoga SBD naik lagi dan nggak turun biar ada tabungan ke Yogyakaya, eh, Yogyakarta.

oh iya kalo rame2 jadi murce. hahaha, IYES, semoga SBD up up and up .... ya biarpun dapetnya masih hitungan sen, tp semoga ngumpul terus.

Just from my time living in Denpasar thus far, I can completely understand the sentiment here. I do however have a great deal of admiration for the sidewalks and roads alike in Indonesia. In America, especially in the wide open areas of the Midwest, but also on the populated coasts as well, we take for granted the daily conveniences that something as seemingly obscure as a sidewalk provide us. This is why I cherish my time in Indonesia, because it makes me a better person, who puts forth more effort each and everyday, just to live life. I've become humbled and vastly more appreciative of so many little things, such as the sidewalks and narrow streets of Denpasar.

I already miss Bali, and I count the days until my return flight to get back there from the states.

I think, many cities in Indonesia have not been friendly to pedestrians @bayarealen. There are only a few roads that are actually built to spoil pedestrians. In 2010, I visited several states in America such as DC, Louisiana, Florida, Salt Lake City, to Los Angeles. I see in many places that provide a comfortable walkway for pedestrians, especially in Salt Lake City who highly appreciate pedestrians.

I hope you can go back to Bali and walk the narrow streets there. There is always a price we have to pay to enjoy a beauty. Sometimes the price is a sidewalk and a narrow street. The important thing is, we can enjoy it.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 64440.63
ETH 2653.79
USDT 1.00
SBD 2.80