Yang Mulia Bos Kepala Suku
Seorang anak muda berdiri di depan kandang orang utan di Kebun Binatang setiap hari Senin siang, membacakan koran kepada hewan-hewan primata yang memperhatikannya dengan seksama. Tentu ada yang tetap mencari kutu pada punggung senior atau mengusap kepala junior level dua.
Setelah selesai, ia berpidato:
Kalian sudah membuat interpretasi tentang berita tadi? Aku sudah. Mau dengar persepsiku? Baik.
Jawaban pertanyaan penutup: Presiden nyengir dan berkata "Bla-bla-bla”.
Arti Sebenarnya: Saya sudah melakukan semampu saya. Keamanan, Peradilan, Kesehatan, Transportasi, Teknologi, Infrastruktur, dan tentu saja, Ekonomi. Ada yang bisa melakukan lebih baik? Tidak. Kalian hanya bisa mengkritik tapi belum tentu kalian bisa melakukannya lebih baik dari saya.
Analisis Mendalam: tentu saja saya yakin saya benar! Anu—anu, tapi anu, kalian lihat ketua majelis mendukung saya sepenuhnya. Begitu juga ketua partai. Apalagi barisan pengikut saya!
Terjemahan yang Paling Akurat: Siapa yang mampu seperti kami? Bagi masyarakat kita yang penting adalah punya pemimpin yang bisa membuat mereka bahagia. Kalau ekonomi memburuk bukan salah kami! Kami telah berusaha sebaik mungkin. Kalian hanya harus membayar pajak. Agar kami bisa memajak kalian lebih bayak lagi.
Tajuk Utama: Gosip Sosialita. Libido editor mungkin sedang tinggi.
Interpretasi: Tanpa rasa bersalah, selebriti yang bersangkutan telah diburu paparazzi selama berbulan-bulan akhirnya tamat riwayatnya. Spekulasinya bunuh diri. Tidak, bukan gantung diri ... pil tidur, barangkali. Bingkai faktanya sedapat mungkin, wawancarai psikolog, pemuka agama, dan pesaing. Ingat, ini surat kabar dengan standar moralitas tinggi!
Rating: Naik.
Tanggapan publik: Orang-orang yang menggunakan transportasi umum membicarakannya meski takkan lama mengingat. Besok akan ada berita heboh lainnya. Biasa saja.
Definisi: Semakin sering diulang semakin membosankan.
Kesimpulan Umum: Jangan terlalu berlebihan. Berita harus berimbang. Tapi jika tidak ... apa yang bisa kita lakukan? Membuat petisi online?
Sekian.
Sampai minggu depan, guys!
Pemuda eksentrik itu melipat lembaran koran dan membuangnya ke tempat sampah. Ia berlalu menuju pintu keluar. Pulang.
Hutul, orang utan yang menjadi penasehat mengambil koran tersebut dan kembali membacakannya untuk Kepala Suku. Interpretasinya yang lebih manis harum semerbak tanpa dosa menyenangkan sang pejantan alpha. Sebenarnya banyak pejantan lain yang lebih jantan dari sang pejantan, namun sejak Hutul diangkat menjadi penasehat oleh betina dominan, politik dalam kandang orang utan serupa entropi alam semesta sebelas dimensi.
Kepala Suku menggaruk dagunya yang berkutu.
“Bisakah kau menyampaikan berita yang menyenangkan?”
“Menurut ramalan, tahun ini bangsa primata akan melakukan revolusi terhadap sepupu kita yang telah terlalu lama berkuasa.”
"Tapi bukankah menurut prediksi yang akan menjadi presiden planet adalah suku simpanse?”
Hutul menggaruk-garuk punggung Kepala Suku mencari kutu.
“Betul, Yang Mulia.”
Kepala Suku terlihat senang Hutul memanggilnya dengan sebutan 'Yang Mulia'. Ia memamerkan giginya yang putih berkat kalsium dari pisang yang dimakannya.
"Memalukan."
"Kita harus membuat slogan yang menarik untuk menarik pemilih kita saat pemilihan presiden planet kelak, tentu setelah primata mengambil alih bumi, bos.”
Kepala Suku lebih suka dipanggil ‘Yang Mulia’ daripada ‘bos’. Tapi lebih baik daripada sebutan-sebutan yang dilontarkan para pembencinya. Apalagi sebutan ‘jongos sang betina’ itu.
“Memalukan,” gumamnya lagi, tertuju untuk penghinaan yang meninggalkan parut di hatinya.
“Slogan ’Memalukan’ takkan membuat primata pemilih akan mendukung Anda, Yang Mulia,” ujar Hutul menyadarkan Sang Kepala Suku dari lamunannya.
“Bagaimana jika ‘Bumi Hebat’?”
“Itu slogan para simpanse, Hutul.”
“Kalau ‘Membuat Bumi Besar Lagi’?”
“Bagaimana mungkin membuat bumi menjadi lebih besar?”
“Gaya bahasa hiperbola, bos.”
“Menurutmu akan membuat primata dari lemur hingga gorila akan memilihku?”
“Tentu saja!”
“Baiklah. Mulailah berkampanye. Dan jangan lupa untuk menggunakan barisan pendukung untuk menyebarkan kampanye negatif tentang simpanse.”
“Tentu, Yang Mulia. Kita sudah mengunggah video di youtube bahwa simpanse yang memulai wabah HIV.”
“Bagus. Tolong ambilkan aku pisang ambon itu.”
TAMAT