Politik Aceh (Book Review Acehnologi Vol 2)
Wajah politik tentunya bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Pada tulisan ini kembali melanjtkan review buku Acehnologi vol 2. Lanjutan yang telah mencapai pada bab terakhir. Sebagai bab penutup dari deretan bab sebelumnya pada bagian Pembidangan Ilmu dalam Acehnologi. Bagi pembaca buku Acehnologi ini kembali saya tegaskan terdiri dari 6 vol, dan untuk review ini tersendiri merupakan buku vol kedua Acehnologi. Karena ini bagian akhir saya ingin sejenak melirik pada bagian pengantar yang diberikan oleh M Adli Abdullah. Satu hal yang tertangkap disini, sesuai dengan tema yang diberikan pengantar yakni buku Acehnologi ialah sebagai Magnum Opus dari KBA. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, pengarang buku ini telah mendedikasikan hidupnya dengan menghasilkan berbagai karya yang sangat fenomenal, untuk mengenalnya lebih lanjut sepertinya lebih elok jika anda search sendiri pada mesin pencari.
Baiklah, kita mulai memasuki review sekarang dan seperti sebelumya juga review ini sangat kurang namun saya tetap ingin membagi disini setidaknya secara garis besarnya saja. Bab ini bisa dikatakan dibuka mulanya dengan pemaparan pengertian politik, baik itu ilmu politik, sosiologi politik, Antropologi politik dan semakin berlanjut. Pengertian yang diberikan ini kemudian mengarahkan pembaca dengan hubungannya pada sejarah Aceh. Karena melihat kepada sejarah Aceh maka penulis mengatakan bahwa hal ini setidaknya pernah di praktekkan di Aceh. Kemudian berdasarkan perbidangan penulis menegaskan bahwa cakupan kajian-kajian politik tersebut bisa ditarik pada studi Acehnologi dapat mengambil peran yaitu dalam penyusunan tata ilmu pengetahuan politik berdasarkan dengan apa yang telah dilakukan dan dijalankan di Aceh. Dari sini juga diberikan pernyataan bahwa tinjauan sejarah dapat melihat bagaimana kekuasaan politik Aceh.
Setelah itu bab ini mengarahkan pada praktik politk yang dilakukan oleh orang Aceh. Penulis memberikan literatur yang dapat dijumpai bagaimana sebenarnya praktik politik Aceh, disini lebih kepada yang terjadi pada masa silam. Nah, kemudian semakin berlanjut dengan di bedah berdasarkan pembagian fasae-fase. Hal ini supaya memudahkan dalam memahami pemikiran Politik Aceh sehingga sebagai pembaca sangat mudah kemudian melihat bentuk perbedaan dan penekanan pada setiap fase. Sangat menarik ketika membaca pada bagian ini, dimulai dengan fase proses islamisasi dan pendirian kerajaan islam. Dari pembagian fase ini terlihat jelas bagaimana perjalan waktu apa yang di praktikkan oleh orang Aceh. Tidak terlepas juga masa DI/TII dan juga GAM. Disini penulis sendiri menegaskan dari pembagian tersebut yang terjadi dari abad ke-8 hingga ke abad-21 tanah Aceh menjadi saksi dari peristiwa politik.
Lantas dari pembagian fase tersebut penulis menggaris bawahi bahwa setiap rekam jejak sejarah yang di tempuh dalam praktik politik di Aceh selalu adanya tokoh yang mengambil peran cukup besar. Keberadaan tokoh ini silih berganti sejalan dengan perpindahan fase yang dipaparkan penulis. Semakin berlanjut paparan penulis hingga pada kenyataan yang terjadi sekarang. Tidak luput juga pandangan beliau dengan yang terjadi pada kombatan GAM. Saya sebagai orang Aceh sangat paham rasanya ketika membaca pada bagian ini.
Kemudian pembahasan buku berlanjut kepada pengupasan karya-karya ulama Aceh. Bustan al-Salatin dan Taj salatin. Saya tidak bisa memberikan review yang memadai mengenai pembahasan ini, yang tentu dari sini saya menangkap bagaimana lengkapnya apa yang telah diberikan dari karya-karya ini bahkan penulis sendiri menegaskan bahwa pengaruh dari karya ini sangat terasa, baik bagi dunia Melayu bahkan dunia Jawa.
Semakin berlanjut maka pembahasan yang diberikan penulis menekankan pada pemikiran orang Aceh yang bisa dilihat dari tokoh dalam dunia politik. Dari kajian politik ini terlihat rangkaian tokoh dalam rekam jejak sejarah. Perpindahan apa yang menjadi musoh dalam pemikiran orang Aceh. Paparan urutan yang terjadi dalam sejarah ini semakin menarik hingga pada masa kekinian, apa yang diperjuangkan dan apa yang terjadi sebelum dan pasca damai Aceh. Disini terlihat jelas pemetaan kajian tentang politik Aceh.
Bab ini saya rasa sangat komplit mengupas pembidangan ilmu politik Aceh. Penulis sendiri diakhir menekankan telah menjelaskan mulai dari penjelasan fase, tokoh, isu, ide-ide, dan peristiwa Politik di Aceh serta juga perubahan politik di Aceh dari segi otoritas dan kekuasaan (h730).
Akhirnya saya ingin menyampaikan sedikit, ya bisa dikatakan sebagai penutup dari rangkaian postingan mengenai review buku Acehnologi vol 2. Saya sendiri merasakan sepertinya penulis memberikan sebuah pesan terselubung, entah iya seperti itu, namun ada yang terasa berbeda ketika selesai membaca buku ini, bisa jadi juga karena saya sebagai anak Aceh dan disini yang dikupas ialah tentang Aceh, tetapi terlepas dari itu semua apa yang terasa ini sulit untuk dijelaskan baik secara verbal atau tulisan. Tentunya buku ini sebagaimana pada bagian pengatar yang dikatakan sebagai Magnum Opus dari KBA. Dan yang telah meluangkan waktunya membaca rangkaian postingan ini saya sangat berterima kasih.