Jangan Menulis Tergesa-Gesa, Nanti Reputasimu Turun
Dalam banyak hal, tergesa-gesa tidak akan menghasilkan kualitas yang baik. Begitu juga menulis. Tindakan menulis dengan tergesa-gesa kerap menghasilkan tulisan yang buruk. Tulisan saya “FAMe Goes to Dayah” misalnya. Di tulisan tersebut masih terdapat beberapa kesalahan penulisan yang bahkan saya tahu betul bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Namun karena saat itu saya menulis tulisan dengan kekuatan mata yang hanya tinggal 5 watt, maka terjadilah kesilapan penulisan.
Minggu, 4 Februari, Pembina FAMe, Pak Yarmen Dinamika chat khusus ke saya melalui WA untuk menyampaikan beberapa kesalahan penulisan di tulisan tersebut. Seperti kata “masehi” yang harusnya ditulis “Masehi”, “ustad” yang harusnya ditulis “ustaz,” dan beberapa kesalahan penulisan lainnya. Saya tahu betul kesalahan itu karena memang di Grup FAMe sering membahas hal tersebut. Namun karena sudah larut malam, saya abai dengan kesilapan tersebut.
Lalu jika saya sudah tahu, kenapa kesalahan itu masih terjadi? Malam itu, tulisan tersebut saya selesaikan hampir pukul 12 malam. Karena mata sama sekali tidak lagi bisa diajak bersahabat dan sisa kuota internet yang sekarat, maka tulisan tersebut tidak langsung saya posting di steemit. Keesokan harinya tulisan tersebut belum juga saya posting. Hingga kemudiaan malamnya seorang teman di grup WA FAMe menanyakan: Asma sudah posting tulisan hari ini? Saya terlonjak. Baru ingat bahwa malam sebelumnya sudah menulis tulisan tentang “FAMe Goes to Dayah” dan belum posting di steemit.
Tanpa lihat kiri kanan lagi, saya pun segera memposting tulisan tersebut. Namun apakak gerak cepat saya itu posting tulisan itu sudah benar? Lagi-lagi saya melakukan kesalahan. Saya lupa bahwa tulisan yang saya selesaikan dengan kondisi mata yang hanya tinggal 5 watt itu, ternyata sama sekali belum diedit. Alhasil, saya melakukan kesalahan penulisan bahkan pada kata yang saya tahu betul bagaimana menulisnya secara benar.
Namun, benarkah semua alasan yang saya sampaikan itu? Bagi seorang pegiat literasi, apalagi sudah tergabung di komunitas menulis, maka alasan yang saya sampaikan bukanlah sebuah pembenaran untuk bisa menulis seenaknya. Karena rumusnya, ketika sebuah tulisan sudah dilepas ke publik, maka itu adalah hasil akhir tulisan yang sudah diservis secara “adat” sesuai dengan tatacara penulisan. Publik berhak membaca tulisan berkualitas yang penulisnya sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi najis-najis linguistik yang terdapat pada tulisan tersebut. Tapi lihatlah apa yang saya lakukan. Dengan kejamnya saya menyalahkan malam dan kuota internet atas kesalahan yang saya lakukan. Ilmu kambing hitam benar-benar dipraktikkan.
Saya malu harus mengakui ini, bahwa di steemit kerap melakukan dosa penulisan. Kesilapan penempatan huruf kapital, pengulangan kata dalam satu kalimat, dan lain sebagainya. “Tuntutan” one day one post kadang membuat saya abai terhadap hal tersebut (Lihatlah, lagi-lagi saya menyalahkan keadaan. Sungguh, ini sama sekali tidak patut ditiru). Belum lagi kesalahan yang saya belum tahu cara memperbaiki seperti bagaimana cara cetak miring di steemit. Kejelian saya menulis di steemit berbeda ketika menulis artikel untuk media cetak.
Terlepas dari itu semua, pelajaran pentingnya bahwa menulis seenaknya tanpa memerhatikan kesilapan kecil dalam penulisan saja dapat menurunkan reputasi, apalagi memposting tulisan seenaknya di steemit. Jangan tergesa-gesa. Kurangi kesalahan seminim mungkin. Jika ingin reputasinya segera naik, maka menulis sesuatu yang menarik, informatif, dan bermanfaat tentu menjadi hal penting di steemit. Begitu juga dengan kepandaian steemians bergaul di komunitas. Boleh saja menulis hal yang tidak menarik dan bermanfaat, tapi jangan berharap banyak bisa menaikkan reputasi. Karena apresiasi berbanding lurus dengan kualitas diri.
Nb: Sumber foto dari FB Asmaul Husna
Pelajaran berarti bagi kami para amatir salm menulis kak @asmaulhusna91 saya kerap tergesa dalam menulis terutama membaca kembali apa yang saya tulis juga membutuhkan tenaga lebih. Bukan ubtuk membacanya tapi untuk melawan malasnya.
Hehe...
Malas adl virus mematikan dalam menulis. Kk juga masih berupaya melawan itu.
Tak apa-apalah sesekali menyalahkan malam dan kauta internet @asmaulhusna91 , tapi jangan sampai menyalahkan sahabat yang membacanya saja..😀😀😀
Wah, itu mah bahaya 😁
Trima kasih sudah mengingatkan kak @asmaulhusna91. Saya jadi teringat dua orang untuk masalah ini. Dulu pak @teukukemalfasya pernah bilang :"setiap tulisan yang baru jadi pasti jelek". Kemudian pak Yarmen juga pernah bilang : "mengedit itu ibarat janda yang sedang bersolek ".
Hehe...
Benar Pak. Rajin2lah menyolek tulisan 😂
Biar bertuss waktu dibaca
ada ungkapan "al 'ajallatu mina syaitan", terburu-buru sebagian dari syaitan. Haha...makanya tidak boleh tergesa-gesa, apalagi dalam menulis. Bereh dan Tabik @asmaulhusna91
Hehehe...
Iya Pak. Asma belajar utk tidak tergesa-gesa. Walau menulis di Steemit, kejeliannya tidak sama seperti ketika menulis artikel di koran 😁
Cuma koreksi sdikit ni ya. Penggunaan tanda kurung pada kalimat (lihatlah, lagi-lagi saya menyalahkan keadaan).Penggunanaan ttup kurung harusnya di situ krn itu mrupakan akhir dri kalimat trsebut.
😂
Asma salah lagi.
Makasih banyak Pak atas koreksinya
Hehe... kesalahan dan kesilafan adalah pakaian manusia yang hakiki. Segera memperbaiki ksalahan itu masuk ke dalam golongan manusia yg bijak. Tugas kita yg berada di sekelilingnya adalah saling mengingatkan... Good job @asmaulhusna91
😊
Trimoeng geunaseh Guree
menulislah secara santai pelan-pelan tapi pasti hehe @asmaulhusna91
Hehe...
Siap. Terima kasih banyak
Tulisan kakak lon nyoe selalu mencerahkan
Tidak terlalu mencerahkan karena masih banyak salahnya 😁
selalu dan terlalu, hehehe
Hehe...
Kebiasaan yg harus kita ubah
karena apresiasi berbanding lurus dengan kualitas diri itu yang paling saya catat. Terimeung geunaseh Asma
Get
Sama2 Bang @martunus