Hidup Adalah Proses Berkelanjutan #Sustainable

in #indonesia6 years ago

Hidup Adalah Keberlanjutan
Mereka yang bergerak
Mereka yang tumbuh
Mereka yang berproses
Adalah mereka yang hidup

Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 24 Februari 2018.

FB_IMG_1509272204577.jpg

Source Google

Makhluk hidup terus tumbuh dan berkembang. Kodratnya menjalani pertumbuhan secara terus menerus. Itulah kehidupan. Sebuah proses dan berkelanjutan.

Sebagaimana manusia. Sebuah sperma berebut dengan jutaan sel sperma. Sehingga ada satu yang melewati proses begitu berat. Lalu, bertemulah dia dengan sel telur. Keduanya menyatu padu untuk menjadi satu mahluk. Meskipun tidak menutup kemungkinan menjadi dua, tiga dan seterusnya.

Berapa pun jumlahnya, dia - calon makhluk - ini berada di sebuah rahim sang Ibu. Secara normal, agar menjadi makhlul yang sempurna, harus bertahan selama sembilan bulan di dalam kandungan.

Selama itu, dari kecil dan terus berkembang. Sampai perut sang ibu pun terlihat besar. Perkembangan? Kata yang menandakan ada proses yang terjadi. Tumbuh dan berkembang.

Kemudian, pada waktu yang ditetapkan. Dia pun keluar dari rahim ibu. Di saat ini, demi lahirnya seorang insan. Ibu harus berjuang dengan sepenuh tenaga. Semua kekuatan dikerahkan. Tapi, rasa sakit tidak terelakkan. Begitu sakit, hingga kamu tidak pantas untuk memdurhakai ibu. Karena dia bertarung antara hidup dan mati demi kelahiranmu.

FB_IMG_1503777204394.jpg

Lahirnya Manusia

Insan itu pun lahir dengan hak asasi yang telah diberikan oleh Tuhan. Hak asasi ini melekat sampai hayatnya. Pertama adalah hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Tidak ada yang bisa menahan atau mengurangi hak tersebut. Karena itu merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Kedua, saat insan ini baru melihat dunia yang fana. Dia pun berteriak dan menangis. Meskipun begitu, semua yang melihat dan mendengar tangisannya. Malah tersenyum penuh bahagia. Begitu lah manusia. Sejatinya memiliki keinginan untuk bahagia meskipun melihat tangis dan derita.

Suara dan jerit tangis si bayi pun merupakan hak asasi. Sejak pertama kali suaranya memecah keheningan. Sejak itu pula, hak untuk bersuara. Hak untuk menyatakan pendapat di muka umum. Dan hal untuk mengatakan sesuatu yang benar itu bejar. Juga suatu yang salah itu salah. Tuhan Yang Maha Esa, telah memberikan anugrah untuk menyuarakan apa uang dirasakan dan difikirkan sejak insan lahir ke dunia.

Di kemudian hari, bayi menerima asupan gizi dari air susu ibu (ASI). setelah sembilan bulan, satu dengan sang ibu. Setelah lahir pun, bayi masih membutuhkan ASI yang berasal dari tubuh ibunya. Sehingga, tahap demi tahap pun di lalui. Mulai memakan roti dan nasi yang telah dihancurkan menjadi bubur. Sampai makanan yang berat. Layaknya kisah empat sehat dan lima sempurna.

Sang bayi, pun berkembang. Saat dia membalikkan tubuhnya. Semua yang melihat, bersorak gembira. Kemudian, bayi pun mulai merayap. Menggeser tangan kedepan, kepala keatas, lalu dengan segenap tenaga menyeret badan kedepan, sembari kepala ke bawah dan keatas. Terus menerus secara berkelanjutan.

Sampai bayi bisa mengangkat tubuhnya untuk bergerak dan berpindah tempat. Dari tempat tidur ke arah ibu yang memanggilnya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Sesekali dia terjatuh dan menangis. Tapi penontom tetap bahagia. Air mata berlinang melihat pertumbuhan dan proses sang insan.

Tidak berhenti sampai disitu. Bayi melihat ibu dan orang sekitarnya bisa berdiri diatas kedua kakinya. Berjalan hanya menggunakan dua kaki. Sedangkan dia? Menggunakan dua tangan dan dua kaki untuk bergerak. Dengan penuh usaha. Bayi itu mencoba berdiri. Namun jatuh, berdiri lagi, jatuh lagi. Semua terulang sampai ratusan kali.

Sampai pada suatu ketika, dia menangis karena terus jatuh dan tidak berdaya. Dengan kelembutan, tangan Ibu menghampiri. Awalnya memegang badannya. Mencoba mengajak si bayi berjalan. Dia pun senang bahagia. Terkadang meminta dibimbing untuk berlari. Dengan sabar, ibu pun mengikuti perkembangan sang anak.

Screenshot_20180122-181353.png

Mulai Menimba Ilmu

Pertumbuhan dan perkembangannya pun meningkat. Beberapa tahun, dia sudah bisa menyatakan keinginannya. Berkomunikasi. Hingga pada waktunya, meminta untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Biasanya, ayah dan ibu membawa mereka ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau dahulu di kenal dengan nama Taman Kanak-Kanak (TK).

Mulai lah insan itu memahami kehidupan dari hal-hal yang kecil. Bagaimana berteman, berbagi bekal, saling membantu mengerjakan tugas dan mulai mengerti akan matematika kehidupan. Terus berkelanjutan.

Setelah umurnya mencapai tujuh tahun. Paska menyelesaikan pendidikan awal. Dia mendaftar ke Sekolah Dasar. Mulai belajar dan mengerjakan tugas. Nilai-nilai digabung menjadi satu. Kemudian, baru mereka mengenal kata evaluasi. Setiap pelajaran memiliki teknis evaluasi. Dan tiga peraih nilai tertinggi mendapatkan status juara.

Di sinilah mereka mulai memahami arti kompetisi. Bagaimana berjuang meraih nilai terbaik. Padahal gurunya sama. Mata pelajaran sama. Tidak ada yang berbeda. Namun, fokus dan komitmen lah dasar untuk meraih penghargaan. Lalu berhak menyandang gelar sebagai sang juara. Biasanya juara hanya tiga, satu, dua dan tiga.

Pendidikan tingkat dasar ini membutuhkan waktu selama enam tahun. Waktu yang panjang untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kompetisi yang humanis. Begitulah manusia menjalani proses kehidupannya. Berkembang secara berkelanjutan.

Tahapan Puber ala Dilan 1990

Kemudian, dia memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas atau disingkat dengan SMP dan SMA. Keduanya, membutuhkan waktu tiga tahun setiap jenjang. Tiga tahun di SMP dan tiga tahun di SMA.

Masa-masa ini, adalah masa ujian awal bagi manusia. Ujian untuk mengenal makna persahabatan. Ujian untuk mengenal rasa cinta dengan lawan jenis. Ujian penolakan, pertandingan, kompetisi, kadang perkelahian.

Masa-masa yang penuh kekhawatiran. Salah menjalani kehidupan. Bukan hanya merusakan keberlanjutan hidup. Tetapi juga bisa mengakhiri hidup. Ada juga masa dimana mereka memahami motivasi dan peminatan yang terfokus.

Selama enam tahun kedua yang dibagi atas jenjang SMP dan SMA. Mereka mulai belajar lebih berat dan lebih keras daripada biasanya. Semua demi memahami apa yang baru diketahuinya dan bagaimana mendapatkan nilai yang bagus.

Dalam masa ini juga, mereka mengenal akan kata cinta, rindu, kasih sayang, dan berbagai kata indah lainnya. Atau, mengenal kata sedih, derita, sakit hati dan benci yang berujung pada kesedihan dan guyuran air mata.

Mereka juga mulai mengenal politik. Sebuah usaha mencapai tujuan berupa jabatan tertentu. Nah, jabatan paling bergengsi masa itu adalah posisi Ketua Organisasi Siswa Intern Sekolah atau OSIS. Ketua OSIS bagaikan artis di sekolah. Dia menjadi pusat perhatian dan namanya paling sering disebut orang.

Dahulu, untuk mendapatkan kemenangan politik siswa. Seorang kandidat Ketua OSIS harus menghitung berapa jumlah ketua kelas semua angkatan. Kemudian melalukan pertemuan dengan cara ajakan ngopi atau pergi liburan. Mulai memainkan komunikasi politik. Bagaimana caranya agar setiap ketua kelas memilihnya.

Inilah proses politik yang pertama kali muncul. Saat ini, mekanisme pemilihannya meniru penyelenggaraan pemilihan umum. Ada Komisi Pemilihan Umum (KPU) OSIS, Pengawas yang terdiri dari anak kelas tiga dan sebagainya. Usaha menjadi Ketua OSIS lebih berat. Karena harus memastikan jumlah suara 50%+1 dari total siswa/i yang ada di sekolah tersebut.

Insan ini terus berkembang. Dari sekedar komunikasi pertemanan. Sampai komunikasi politik yang berusaha keyakinkan pemilih. Membentuk tim pemenangan. Berkonsultasi dengan mantan Ketua OSIS. Lalu menyusun program pemenangan, sosialisasi sampai menyusun konsep dan debat kandidat.

20170312140917-aksi-kampanye-tuntut-kpu-pantau-pilkada-dki-006-debby-restu-utomo.jpg

Mengenal Humanisme

Begitulah perkembangan anak manusia. Yang pada batas waktu tertentu. Dia pun melangkah ke jenjeng yang lebih tinggi. Yaitu Strata I, II dan III untuk meraih gelar Sarjana, Magister dan Doktor untuk bidang keilmuan tertentu.

Insan itu mendaftarkan diri ke salah satu Perguruan Tinggi, baik Negeri maupun Swasta. Mau di kota ataupun di daerah dekat tempat tinggalnya. Mulai lah dia memasuki dunia kampus. Belajat untuk mendapatkan ilmu dan nilai juga nantinya gelar akademik.

Di tahapan ini, insan bergabung dalam organisai mahasiswa. Di dalam dan di luar kampus. Mengikuti pelatihan menempa diri, mandiri, politik maupun cara hidup. Kadang belajar memahami politik yang lebih kompleks dari politik Ketua OSIS. Dia mengenal juga lembaga kajian dan advokasi juga mengenal cinta yang lebih realistis.

Masa ini juga, sebahagian mereka turun ke jalan. Dengan niat menyuarakan aspirasi rakyat. Bergerombolan membawa spanduk dan bendera dengan almamater kebanggaan. Berhenti di depan gedung-gedung lembaga kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Mereka dikenal dengan nama demonstran. Menyuarakan hak asasi dan kadang dipukuli oleh aparat dengan pentungan atau tembakan gas air mata.

Masa ini juga, proses berlanjut. Ada yang mulai mengenal politik dan partai politik. Bagaimana Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah menjadi ajang kompetisi. Bahkan banyak yang mulai memainkan peran lebih. Melebihi peran anggota partai politik itu sendiri.

Jika menang dalam kompetisi tersebut. Mereka mulai mengenal pahit dan manisnya posisi politik. Bagaimana mendapatkan mamfaat dari calon yang terpilih. Atau mulai menjadi pembicara politis sepanjang waktu.

Ada juga mahasiswa dan mahasiswa yang mulai bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Minimal membiayai kegiatan dan aktifitasnya. Syukur-syukur menambah uang jajan. Atau bisa membayar uang kos. Lebihnya untuk membiayai aktifitas bercinta.

Ada juga yang memulai usaha/bisnis kecil-kecilan. Berusaha membuka mimpi kesuksesan sedari kuliah. Atau menyimpan dana demi memastikan langkah selanjutnya. Yaitu melanjutkan jenjang pendidikan, bekerja atau biaya pernikahan. Semua sudah di mulai dengan penataan keuangan serta manajemen waktu.

Umumnya, butuh perjuangan selama empat tahun untuk meraih gelar sarjana. Saat dia wisuda, tangis bahagia ibu dan ayah menjadi obat penawar ikhtiar penuh kisah. Inilah keberlanjutan yang juga berarti proses atau gerak yang terus menerus.

Seandainya dia menjalani aktifitas akademis lanjutan. Sekolah untuk paska sarjana dan doktoral. Maka dia akan menempuh waktu maksimal dua tahun untuk paska sarjana demi gelar magister. Dan membutuhka waktu empat tahun untuk gelar doktoral.

Seandainya dia menajalankan keberlanjutan pendidikan. Maka, rata-rata anak menamatkan pendidika SMA pada usia 18 tahun. Ditambah empat tahun di SI menjadi 22 tahun. Kemudian menambil dua tahun program paskasarjana. Maka usianya 24 tahun. Apabila meneruskan pendidikan doktornya. Maka usianya 28 tahun. Misalkan namanya Insan Cita. Maka pada usia 28 tahun, namanya menjadi Dr. Insan Cita, S.H, M.H.

Pada intinya adalah insan itu terus berkembang dan tumbuh. Dia bergerak dan terus berproses. Semuanya berkelanjutan. Jadi, berkelanjutan adalah proses gerak sejak dari sperma sampai pada akhir hayat.


Apa intinya? Semua adalah proses yang terus menerus. Atau dalam kata lain gerak yang berkelanjutan. Kehidupan adalah keberlanjutan.

Mari memaknai kehidupan. Karena alam takambang jadi guru. Hanya mereka yang telah meninggal dunia yang tidak lagi bergerak atau tidak bisa menjalani hidup yang berkelanjutan.


Bersambung

Selamat menjalani hidup yang berkelanjutan. #sustainable


IMG-20180206-WA0000.jpg


Cikini, Menteng, Jakarta Pusat
19 Februari 2018
@andrianhabibi
Member of KSI Chapter Jakarta


andrianhabibi-5a6f2c06392e4.jpeg


Sort:  

Betul bang. Saya pendidikan dokter sampai spesialis, butuh waktu 12 tahun! 😁

Aampuuun bang @razack-pulo

Hanya cerita yang umum dan sederhana tentang keberlanjutan hidup manusia

Aampuuun bang @razack-pulo

Hanya cerita yang umum dan sederhana tentang keberlanjutan hidup manusia

Alam takambang jadi guru. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.

Tulisan yang panjang untuk sarapan pagi, dan...masih bersambung! Hahaha. Sukses terus, bang.

Salam hangat.

Iyaa bang. Mau coba nulis panjang. Kata kak @mariska.lubis, @ocd lagi melihat tulisan panjang sekitar 500 kata. Kalau engga salah sih ini udah lebih 1000 kata

Imajinasi hebat

Upvote saudara

Terima kasih bang

Pencerahan yg luar biasa,,, sukses sllu broe,,,

Terima kasih kembali bang. Kita harus bergerak terus menerus sebagai bukti kita hidup.

Esay yg bagus. Penting dibaca....

Terima kasih bang. Semoga bermamfaat bang.

Pemikiran yang hebat bang @andrianhabibi
Saya sangat sepakat dengan pemikiran itu

Kita hidup dan tumbuh juga berkembang.

Tulisan bagus. Akan lebih hidup bila memamakai kutipan atau percakapan seperti di cerpen

Tulisan besok dipake saran abang.

Masih ada sambungan rupanya. Aku kira sudah berakhir ahaha. Memang hidup penuh liku bro. Tapi kita adalah pembelajar yang baik. Itu yang harus terus kita pupuk.

Emang bener kan bang hahahahaha

Intinya hidup adalah sebuah proses ya, Bang. Dari sel telur dan sperma, kita menjadi janin, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua, mati, lalu tiada dan ada kembali.

Benar sekali. Kita hanya berjuang menjalani kehidupa

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 58309.71
ETH 2617.30
USDT 1.00
SBD 2.42