Setelah Film Dilan 1990

in #indonesia7 years ago (edited)

Langkah kaki menghantarkan raga ke depan bioskop XXI di kawasan Taman Ismail Marzuki. Dua hari yang lalu. Tanpa merasa risih akan kata kesendirian. Aku menanyakan tiket nonton film Dilan 1990.

20180127_210040.jpg

"Film apa mas," kata gadis manis itu.
"Dilan 1990 mbak," jawabku.
"Jam 21.45 ya mas," katanya lagi
"Ya" jawabku singkat.
"Silahkan pilih duduk dimana?" Tawarnya padaku.
"Bangku C 3 saja," aku kembali menjawab.
"Satu atau dua tiket mas?" Dia berusaha menanyakan siapa temanku.
Sembari tersenyum ringan ku jawab "satu saja cukup menemani malam minggu ini mbak,".

Masih ada waktu sejam lagi. Aku pun mencari tempat duduk di luar XXI TIM. Kebetulan ada bangku kosong. Hmmm lumayan.

Mataku tertuju pada pedagang minuman. Yaa kalau di kampung namanya warung. Di kota ini, Jakarta, mereka menyebutnya cafe.

"Pesan kopi panas mbak," pesanku
"Baik mas, satunya 35.000 rupiah" jelasnya
"Yup, saya duduk disana ya," sembari menunjuk satu meja dengan empat bangku.
"Nanti kami antar mas," sembari tersenyum dia, gadis yang entah siapa namanya mulai menyiapkan pesananku.

Kemudian aku pun menduduki salah satu dari empat kursi kosong. Tidak lama menunggu. Gadis manis itu mengantarkan pesananku. Hmmm aroma segarnya membawaku pada bayangan kesunyian diantara keramaian orang.

20180127_210126.jpg

Tegukan kopi habis. Waktu sisa pun selesai. Aku pun beranjak memasuki lokasi. Dengan tertib antrian, tiket disobek sebagai tanda masuk.

"Sebelah kanan ya mas," kata cewek manis mengarahkan jalanku.
Dengan senyuman ku jawab, "terima kasih".

Dengan cepat, kumenemukan lokasi duduk. Aku pun menyesuaikan gaya duduk. Memastikan nyaman selama menonton Dilan 1990.

Kiri kanan ku ada dua pasangan. Mereka berbisik-bisik. Kalimatnya hampir sama. "Jangan baper ya," kata si cowok kepada pujaan hatinya. Tanpa sengaja ku dengar. Karena posisiku ada di tengah-tengah.

Setelah melewati beberapa iklan film yang akan tayang pada waktu dekat. Dilan 1990 pun mulai. Ya sebagaimana Novel karya Pidi Baiq. Tokoh sentralnya adalah Dilan dan Milea. Dua anak muda. Pelajar di SMA salah satu kota Bandung.

Dilan, pelajar itu mengingatkanku. Kisah yang lama saat aku masih SLTP dan SMA. Dahulu tidak ada smartphone. Yang ada hanya telepon rumah. Atau wartel kependekan dari warung telepon.

Jadi, kalau mau merayu cewek. Ya dengan secarik surat. Isinya bisa saja pernyataan cinta, puisi, dan sebagainya.

Begitu juga Dilan. Rayuannya. Selain melalui kalimat dibalik telpon. Juga melalui surat. Kami juga sama. Hanya teringat kejadian lucu kala sekolah dulu. Haalaahh.

Ada juga Milea. Cewek cantik yang pinter dan buat wajahnya menghuni mimpi. Yaa, cewek-cewek yang ngaku tidak mempan digombal. Tapi saat mereka saling curhat. Terdengar bahasa "pujian dan rayuan si A membuat detak jantungku lebih cepat loh," kenangku. Hmmm katanya engga bisa digombal.

Saat menonton, aku hanya melihat gambaran biasa masa lalu. Tetapi Pidi Baiq memang mahir. Meramu kalimat dan membuat cewek pada baper. Meskipun aku bukan Dilan. Karena memang aku bukan penggombal.

Dilan1990-poster.jpg
Foto dari

Kisah Dilan 1990 cukup menarik. Tapi bukan karena Dilan dan Milea. Hanya karena membawa diri pada ingatan masa lalu. Dilan terlihat kaku. Sedangkan Milea, cantik dan menawan.

Sepanjang film Dilan 1990. Aku tidak melihat ada yang aneh. Mungkin karena masaku dahulu. Apa yang dilakukan Dilan itu adalah yang lumrah.

Tapi bagiku, salah satu adegan yang menarik. Adalah saat Dilan melawan Pak Supripto, sang guru BP. Katanya; "Aku tidak melawan guru, aku melawan supripto, dia tidak pantas disebut guru,".

Ya, dahulu melawan guru itu haram. Bahkan sangat memalukan. Jika aku ketahuan dihukum guru. Pas sampai di rumah. Maka Ibu dan ayah akan menambah hukumanku. Ibu berlaku bagi guru yang mendidik. Bukan seperti guru yang sok jagoan. Sepakat dengan akting Dilan. Dia mampu menampilkan perlawanan murid pada guru yang kejam dan tak mendidik.

Meskipun demikian, gaya berbicaranya terkesan kaku. Atau malah kaku pake bangets. Semuanya teratur dan tertata. Mungkin karena pandanganku mengarah ada Milea. Maka momen itu terlihat pas-pas saja.

Dilan 1990 pun habis. Gombalannya mampu meluluhkan hati Milea. Dengan segenap usaha yang patut dihormati. Tidak kenal lelah. Juga percaya diri yang tinggi.

Bagi yang masih niat menonton film Dilan 1990. Saranku adalah bawa kawan se SMA dulu. Tidak perlu membawa pacar. Mana tahu pacarmu bukan pacar SMA mu. Begitu juga sebaliknya.

Namun, menonton Dilan 1990 bersama teman SMA. Itu lebih menarik. Bakal muncul cerita lucu dan kenangan indah pakaian putih biru.

andrianhabibi-5a6f2c06392e4.jpeg

Sort:  

Ok bro. Seharusnya low bersyukur. Kisah cinta lo diceritain balik ama Pidi Baiq di novelnya ahahahahajaj. Jangan cemburu.

Hahahahha aammpuunnn

Dan sayangnya saat kisahmu diulang dalam film dilan... Nontonnya sendirian... 😂 ajak ajak milea dong

Yaaa mileanya kan lagi di bandung... nunggu dilan datang ke sana biar bisa nonton bareng... gimana @ahdajaudah ??

Duh, nonton Dilan 1990 sendirian? Mesakke hahahah... pissss

Hahahha aammpuuunnn

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 58092.92
ETH 2616.63
USDT 1.00
SBD 2.43