Tonotwiyat, Kisah Hutan Perempuan di Papua

Sumber

Indonesia menyimpan begitu banyak keindahan alam, budaya, serta cerita yang melegenda selama berabad-abad. Selain itu, Indonesia juga masih memiliki hukum adat, hukum non formal yang berlaku di tengah masyarakat dan teguh menjalankannya.

Hampir semua suku di Indonesia, memiliki kesemua hal yang saya sebutkan di atas. Seperti juga di sebuah desa tertua di Jayapura. Mereka punya sebuah hutan yang dikhususkan bagi perempuan saja. Hutan bakau ini berada di Kampung Enggros, Jayapura, Papua.

Kawasan hutan bakau ini biasa digunakan kaum hawa setempat untuk mengumpulkan kerang. Pekerjaan ini menjadi sumber pendapatan utama mereka, terutama ketika kaum laki-laki tidak dapat berlayar ke laut untuk memancing.

uniknya, sebelum berangkat untuk mengumpulkan kerang di hutan khusus untuk wanita ini, mereka terlebih dahulu berjanji untuk tidak pernah meninggalkan sisi satu sama lain. Jadi mereka terus berdempetan saat berada dalam hutan bakau tersebut. Sementara pada waktu yang sama, kelompok laki-laki dilarang memasuki hutan bakau itu.

Hukum adat ini berlaku sejak ratusan tahun lalu. Alasan laki-laki dilarang masuk hutan untuk mencari kayu ketika kaum perempuan sedang mencari kerang, karena biasanya kaum perempuan lebih senang bertelanjang karena lebih mudah bergerak.

Sumber
Bagi laki-laki yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi oleh hukum adat setempat, seperti harus membayar denda. Aturan khusus ini juga berlaku untuk orang luar, termasuk wartawan yang berharap dapat meliput kegiatan kaum perempuan ini di hutan.

Laki-laki hanya diizinkan masuk ke hutan untuk mengumpulkan kayu ketika tidak ada perempuan.
Hutan bakau ini memiliki luas 8 hektare, yang oleh penduduk setempat disebut tonotwiyat (hutan perempuan). Namun kini kondisi hutan ini mulai dipenuhi sampah plastik. Ini yang mmebuat para wanita setempat tidak bahagia. Mereka mengaku lebih mudah mendapatkan plastik, dari pada kerang akhir-akhir ini. Plastik-plastik ini dialirkan dari kota.