Kisah Lelah Kuliah di Arsitektur

Setelah setahun menjadi mahassiswa arsitektur kini aku ingin mencurahkan keluh kisah tentang bagiamana aku melewati masa-masa melelahkan saat belajar.

Well, aku sama sekali tidak ada basic dalam dunia arsitektur dan bahkan gak pernah kebayang bisa kuliah di jurusan yang katanya paling melelahkan di dunia. Itu terbutik sekarang, setelah semuanya ku alami setahun ini.

Pagi itu, hari pertama aku menjadi mahasisiwa arsitektur. Aku bersikap biasa saja, diam di kursi sambil memainkan smartphone. sedangkan, teman-teman yang lain sibuk berkenalan sana-sini. iya, mereka senang sudah sukses masuk ke jurusan yang mereka minati sejak di Bangku SMA dulu. Dan aku selalu saja begini, menghadapi hal-hal baru.

Pelajaran pertama saat itu; Grafis Arsitektur, yaitu teknik mengambar dasar. Mood-ku bertambah malas, ketika aku tahu yang masuk adalah dosen penganti. Ah, hari pertama saja sudah dosen penganti. setelah perkenalan sana-sini sama doesn penganti. Kalian tau?, kami langsung diberi tugas.

Aku ingat betul, wajah teman-temanku langsung berubah sumpek ketika diberikan tugas itu. Kami dibagikan kertas hvs ukuran A3 masing-masing 4 lembar. Kemudian dosen penganti menyuruh kami untuk membuat garis panjang, penuh empat lembar kertas tersebut.

Aih!, aku garis kertas itu dengan geram dan mendapatkan kesan yang jelek ketika hari pertama kuliah.

Singkat cerita, aku menghabiskan semester pertama dengan nilai yang lumayan bagus. padahal aku sudah pasrah, kalau nilaiku akan jelek nanti. sebab, aku tak begitu serius menyeselaisakn tugas besar. Namun, aku agak sedikit unggul di pelajaran teori, dari situlah mengapa nilai ku bisa bagus. Saat liburan, ayah bertanya padaku, "gimana pindah jurusan?". "abang liat dulu yah" jawabku.

Kembali dari liburan. kali ini, aku berpikir untuk kuliah serius, coba keluar dari zona nyaman. mulailah aku berjuang!. Hari pertama di semester dua aku telat masuk kelas, sehingga tidak bisa mendengar perkenalan dari dosen yang lulusan taiwan itu. Padahal moodku sedang bagus tapi momentnya gak pas. Aih!,sama saja kesan jelek hari pertamanya. Bedasarkan cerita dari abang leting, dosen lulusan Taiwan itu, cara menjelaskannya kita cepat paham tapi tugas dari beliau sangat banyak. tidak masalah yang penting paham!

Seiring waktu berjalan, aku pun mulai mendalami ilmu arsitektur. Mulai dari buku bacaan hingga pembahasan di meja ngopi, semua tentang arsitektur. Bahkan ada satu abang leting yang mengeluh, karena aku gak bosan-bosan bertanya padanya.

Di pertengahan semester, tugas mulai menumpuk dan mulai terasa lelahnya. Aku pernah gak tidur selama dua hari karena tugas. Malamnya bergadang paginya kuliah. Pulang kuliah tidur dua jam, kemudian ngerjain tugas lagi hingga pagi esok. Bahkan weekend pun tak pernah aku rasakan.

Ternyata setelah aku cari tau bahwa kuliah di arsitektur melelahkan. Rasa ingin tau itu bermula, saat kami mengeluh saat diberi tugas setelah tugas lainya selesai. Dosen tersebut menarik napas, lalu memarahi kami dengan nasehatnya; "kalau kalian masih bisa bermaian dan santai saat weekend tiba, berarti kalian buka mahasiwa arsitektur. di asrsitektur kalian harus bisa mengatur waktu." katanya.

Mendengar nasehat tersebut semangatku semakin bertambah. Dan aku semkin rajin membuat tugas, bahkan aku tak sempat menikamti hobiku, yaitu menulis dan main basket.
memang benar; hasil tak pernah mengkhianati usaha. aku mendapat nilai bagus di semester dua. hahai!

Masuk semester tiga. aku pikir aku harus memulai membagi waktu untuk hobi. Dan itu hanya berhasil sampai pertengahan semester saja. Karena tugasnya bertambah banyak dari semseter dua. Kadang aku iri melihat teman-temanku yang punya waktu luang untuk menulis dan menikmati sore dengan bola basket.

Saat itu juga aku merasa menyesal, karena tidak menerima tawaran ayah tentang pindah jurusan. Ah, sudahlah jalani saja. "Hobikan bisa di nikamti saat liburan" hati kecilku membela penyesalan itu.