Gunung Berapi Seperti Minuman Sampanye
Gunung-gunung berapi di seluruh dunia dapat disamakan dengan sebotol minuman keras sampanye. Jika di buka akan terjadi letusan dan semburan kuat cairan dan gas berbusa. Botol sampanye memiliki kaca yang lebih tebal daripada botol pada umumnya, tutup yang sangat besar ditahan dengan kuat oleh penahan dari kawat. Dalam botol sampanye mengandung gas karbon dioksida berkadar tinggi yang telah dilarutkan. Saat botol ditutup tekanan didalamnya tinggi, sehingga gas tetap berada dalam cairan, dapat dibuktikan dengan tidak adanya busa. Energy dalam jumlah besar tersimpan dalam botol dan cukup untuk menghancurkan botol. Begitu segel tutup dibuka, tekanan dalam botol menurun drastic dan busa terbentuk dengan cepat, mengembang, dan naik ke permukaan. Hal ini terjadi dengan kecepatan dan energy yang dapat menyebabkan tutup botol terlontar menjadi proyektil yang berbahaya. Letusan gunung berapi kira-kira sama dengan gambaran tersebut.
Gunung berapi bermula saat suhu tinggi di dalam bumi menciptakan lelehan kental batuan pijar yang disebut magma. Magma mengandung gas-gas terlarut (meliputi air, karbon dioksida, dan sulfur dioksida yang beraroma seperti telur busuk) serta mineral-mineral yang mencair atau mengkristal.
Saat terbentuk magma cenderung menjadi kurang padat dibandingkan bebatuan di sekitarnya, dalam hal ini daya apung dapat membawa magma ke atas. Dengan demikian magma naik ke atas, mendorong atau menghancurkan jalannya melewati retakan dan patahan pada mantel dan kerak bumi. Kadang-kadang magma berkumpul di daerah yang luas dan terbuka. Saat magma terus mendekat ke permukaan, tekanan di sekitarnya menurun dan gas dalam magma mulai menyebabkan gelembung pada larutan. Karena banyak terdapat gas yang tiddak dapat larut dalam magma, gas-gas tersebut mulai menggelembung bahkan di tempat yang relative dalam. Ketika gas dikeluarkan dari magma, gas naik lebih cepat daripada lelehan batuan di bawahnya. Sama seperti tutup sampanye yang dapat terlontar ke udara, maka bongkahan vulkanis, lava, abu, dan gas juga dapat terlontar ke udara.
Jenis Gunung Berapi
Gunung berapi merupakan bentukan tanah yang terjadi karena letusan. Model dan jenis letusan sangat menentukan bentuk dan model sebuah gunung berapi. Kebanyakan orang menghubungkan bentuk gunung berapi di Hawaii, dimana kubah luas menghitam yang mengeluarkan dan menyemburkan pancuran lava pijar dan sungai lava merah. Padahal gunung berapi tersebut merupakan sebagian dari jenis gunung berapi yang ada. Gunung berapi Hawaii disebut gunung perisai karena mempunyai bentuk lereng yang lebar dan landai menyerupai perisai seorang ksatria.
Gunung berapi perisai yang paling terkenal dan yang paling banyak dikenal orang adalah gunung Mauna Loa dan Kilauea di Hawaii. Sungai-sungai lava menyala yang menakjubkan mengalir dari gunung-gunung berapi dan membentuk tumpukan basal hitam yang menggunung. Dalam dua abad terakhir, baik Mauna Loa dan Kilauea meletus rata-rata setiap dua atau tiga tahun. Kecepatan beberapa sungai lava pijar Mauna Loa telah dihitung yaitu 56 km/jam, namun sebagian besar mengalir stabil dengan kecepatan rendah. Pada letusan Kilauea tahun 1959, pancuran lava pijar mencapai ketinggian kira-kira 580 m (1900 kaki).
Di Hawaii aliran cair dan batuan yang terbentuk digambarkan sebagai aliran aa dan pahoehoe. Lava aa merupakan cairan sangat kental dan liat yang saat mendingin membentuk batuan yang kasar, berbalok-balok, dan pecah-pecah. Banyak sepatu para peneliti yang rusak karena daerah keras aliran aa yang tidak mengenal ampun.
Sebaliknya aliran pahoehoe lebih encer, kurang kental dan membentuk batuan yang lebih halus dan berbentuk seperti tali. Aliran pahoehoe yang mendingin, membeku menjadi batuan yang menggumpal dan tumpukan aliran lava. Batuan dan kerak sering terbentuk dari lava dingin dan berlubang, yang merupakan sisa-sisa gelembung lava cair.
Jenis selanjutnya disebut gunung komposit atau gunung berapi strato. Gunung berapi ini terbentuk dari penumpukan lapisan-lapisan yang berselang seling antara lava dan reruntuhan piroklastik. Piroklastik atau piroklast adalah pecahan besar atau kecil yang dilontarkan dari gunung berapi. Ukurannya beragam dari yang sekecil partikel debu, sampai bara yang lebih besar, bahkan lebih besar daripada bom atau bongkahan batu. Reruntuhan piroklastik dapat bercampur dengan gas panas, membentuk aliran panas yang cepat, dahsyat, dan menghanguskan, terkadang disebut awan bercahaya.
Jenis gunung berapi selanjutnya disebut gunung berapi kerucut. Gunung berapi kerucut adalah sebuah kerucut yang terbentuk dari lava yang dikeluarkan dari lubang vulkanis. Gas didalam magma yang meletus menyebabkan lava terdorong dengan keras ke udara, pecah menjadi partikel-partikel besar dan gumpalan-gumpalan berpijar. Lava pijar ini mendingin, mengeras, dan jatuh ke tanah di sekitar lubang letusan melingkar.
Beberapa gunung berapi yang unik mempunyai danau di puncaknya. Danau-danau ini hanya dapat terbentuk jika terjadi keseimbangan khusus antara sumber panas di bawahnya dan sumber air di atasnya. Pelepasan gas beracun dan episodik yang terjebak di bawah danau vulkanis dapat menimbulkan efek yang mematikan, seperti yang terjadi pada peristiwa vulkanis di danau Nyos di Kamerun yang memakan korban jiwa 1700 orang.
Pengukuran Letusan Gunung Berapi
Untuk mengukur gempa bumi biasanya digunakan skala Righter. Tetapi untuk letusan gunung berapi mesti menggunakan skala lain. Para vulkanolog telah mencari cara-cara sejenis untuk menggambarkan ukuran letusan gunung berapi. Skema-skema yang bervariasi telah diusulkan berdasarkan faktor-faktor seperti tinggi kolom letusan, volume lava dan reruntuhan yang dimuntahkan, jumlah, jarak, dan tinggi lontaran serta lama letusan. Indeks Letusan Gunung Berapi atau volcanic exploisity index merupakan skala yang diusulkan. Indeks letusan gunung berapi (ILG) berkisar dari non eksplosif, merupakan letusan yang lemah dari lava cair (ILG 0), sampai letusan keras, letusan kolosal yang berlangsung lebih dari 12 jam, ILG 8. Letusan eksplosif dianggap sangat besar dan menyebabkan perubahan jika mencapai ILG 5 atau lebih. Letusan dengan magnitudo ini cenderung terjadi rata-rata sekali setiap 10 sampai 20 tahun.
Magnitudo tidak selalu berhubungan dengan kerusakan yang ditimbulkan, dampak dari letusan gunung berapi mungkin tidak menunjukkan tingkat ILG nya. Letusan gunung berapi dengan ILG yang tinggi mungkin menyebabkan kerusakan kecil dan letusan yang mempunyai indeks kecil dapat menimbulkan bencana dari segikorban jiwa dan kerugian-kerugian ekonomi. Contohnya adalah letusan Nevado Del Ruiz pada bulan November 1985 menewaskan 23.000 orang, tetapi skala ILG nya hanya 3. Letusan gunung St. Helena mempunyai tingkat ILG 5 tetapi hanya menewaskan 57 orang. Ukuran atau sifat eksplosif sebuah letusan hanya merupakan sebagian faktor penentu besarnya korban-korban yang ditimbulkan, faktor-faktor berpengaruh lain meliputi perkiraan sebelum terjadi peristiwa, jika sudah diramalkan dan bagaimana kesiapan penduduk menghadapi ancaman dari letusan gunung berapi, serta jarak lokasi letusan dengan populasi sekitarnya.
Peramalan Letusan Gunung Berapi
Para ilmuwan tidak meramalkan waktu dan ukuran secara tepat, tetapi mereka dapat meramalkan secara akurat bahwa letusan akan segera terjadi. Dengan demikian pihak berwenang dapat melakukan evakuasi untuk menyelamatkan banyak jiwa. Inilah hasil terbaik yang diharapkan dengan berusaha meramalkan letusan gunung berapi. Dengan informasi yang tepat, para ilmuwan dapat memperkirakan kemungkinan terjadinya letusan dalam kurun waktu tertentu, namun tidak dapat menunjukkan secara pasti kapan letusan akan terjadi.
Idealnya para ilmuwan memiliki catatan jangka panjang untuk setiap gunung berapi di bumi dan bagaimana prilaku sebelum, selama, dan setelah terjadinya letusan. Saat ini sebagian besar gunung berapi hanya sedikit yang memiliki catatan mengenai aktivitas harian atau letusan yang terjadi di masa lalu. Catatan yang tersedia hanyalah catatan singkat tentang sejarah gunung berapi tersebut. Karena tidak adanya sejumlah catatan jangka panjang, ramalan gunung berapi mesti ditentukan dari perubahan yang terjadi.
Saat ini para vulkanolog memusatkan penelitiannya pada usaha-usaha pemantauan dan mempelajari gunung berapi secara spesifik guna mengetahui bagaimana mereka meletus. Pengamatan gunung berapi menyediakan pemantauan yang teliti dan tempat untuk mempelajari secara mendalam berbagai jenis gunung berapi. Namun banyak sekali gunung berapi berbahaya, tetapi hanya sedikit gunung berapi yang dipelajari secara mendalam dan dipantau secara teratur.
Para ilmuwan mungkin tidak akan dapat mengetahui dengan pasti kapan dan bagaimana gunung berapi akan meletus, tetapi dalam jangka pendek vulkanologi menyediakan cara dan sarana untuk meramalkan kemungkinan terjadinya letusan dan apa yang mungkin akan terjadi sesudahnya. Selama satu dekade terakhir para ilmuwan telah berhasil meramalkan letusan di daerah-daerah pantauan yang sulit dijangkau seperti Hawaii dan gunung St. Helena. Kemudian ada juga daerah-daerah yang dipasangi peralatan ketika gunung berapi aktif seperti gunung Pinatubo dan gunung Monserrat.
Peta Gunung Berapi
Aktivitas gunung berapi paling banyak terjadi di daerah sekitar Lingkar Pasifik, daerah yang dikenal dengan cincin api. Di seluruh dunia ada lebih dari 1500 gunung berapi yang berpotensi aktif. Saat ini aktivitas vulkanis telah terjadi atau sedang berlangsung di gunung berapi Guatemala, El Savador, Kolombia, Ekuador, Meksiko, Monserrat, Italia, Tanzania, Indonesia, Vanuatu, Selandia Baru, Alaska, Hawaii, dan Kamchatka. Di Amerika Serikat gunung-gunung berapi di Long Valley Area California dan di Pasifik barat daya tampaknya perlu perhatian khusus. Demikian juga dengan gunung berapi yang ada di Indonesia seperti gunung Gamalama di Ternate, gunung merapi di Yogyakarta, gunung Sinabung di Medan, mungkin juga gunung Seulawah yang ada di Aceh.
Seiring dengan peningkatan populasi bumi, maka akan semakin banyak pula orang yang tinggal dan berekreasi di daerah gunung berapi. Tumpukan abu menyebabkan tanah menjadi sangat subur, puncak-puncak gunung berapi menyediakan pemandangan yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Tetapi perlu pengetahuan yang cukup untuk mengetahui kapan gunung berapi tersebut akan meletus lagi. Hal ini dilakukan agar dapat menghindari adanya korban jiwa maupun harta.
Referensi
- Britannica Illustrated Science Library, 2008. Volcanoes and Earthquakes. Chicago.
- Ellen J. Pranger, 2009. Bumi Murka. Terjemahan Theodorus Wibisono, judul asli Furios Earth. Bandung : PT. Intan Sejati.
- Encarta Encyclopedia 2009
- http://littlegeokusuma.blogspot.co.id/2012/06/gunung-berapi-dan-botol-champagne_02.html
- http://littlegeokusuma.blogspot.co.id/
Follow me @darmawanbuchari
Saat botol ditutup tekanan didalamnya tinggi, sehingga gas tetap berada dalam cairan, dapat dibuktikan dengan tidak adanya busa. Energy dalam jumlah besar tersimpan dalam botol dan cukup untuk menghancurkan botol. Salam kenal by @jordanjor
Salam kenal juga.