Wajah baru masjid baiturrahman

in #in6 years ago

Pembangunan Mesjid Raya Baiturrahman telah rampung. Peresmian secara seremonial telah dilakukan pada Sabtu pagi 13 Mei 2017. Tidak tanggung-tangung, peresmian tersebut dilakukan langsung oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla datang bersama istri Mufidah Jusuf Kalla. Selaku ketua Dewan Mesjid Indonesia, JK dipercayakan sebagai pemukul bedu pertanda resminya beroperasi landscape pembangunan Masjid Raya Baiturrahman. Ketika itu, JK juga didampingi oleh gubernur Aceh, Zaini Abdullah.

Kini Mesjid Raya telah berwajah baru, melihat Mesjid Raya membuat orang membayangkan Mesjid Nabawi di Madinah. Hal ini tidak terlepas dari perencanaan renovasi mengikuti gaya Mesjid Nabawi, dimana disekitar mesjid dipasang 12 payung elektrik dan pekarangan yang sebelumnya taman yang ditumbuhi padang rumput telah ditutupi oleh marmer indah.

"Serambi Mekah dengan gaya Madinah," kata Jusuf Kalla, saat memberikan sambutannya sebelum melakukan pemukulan bedu peresmian.

Kendati telah melakukan beberapa renovasi besar, tapi indahan arsitektur awal tetap dipertahankan, seperti keberadaan kolam di tengah halaman mesjid yang tetap dipertahankan. Selain itu, pohon kohler yang berada di samping kiri mesjid yang sebelumnya telah ditebang karena pembangunan kabarnya juga akan ditanam kembali.

Sejak dilakukan pembangunan hingga hari ini, tercatat sudah dua kali dilakukan peresmian Mesjid Raya pasca pembangunan, pertama dilakukan oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah, peresmian yang terkesan terburu-butu itu dilakukan dua hari sebelum hari Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yaitu pada Senin malam 13 Februari 2017.

Zaini yang ketika itu juga mencalonkan diri sebagai kandidat gubernur Aceh mengatakan peresmian tersebut merupakan lounching awal. Sedangkan peresmian kedua adalah yang dilakukan kemarin oleh Jusuf Kalla.

Renovasi besar-besaran ini telah dimulai sejak tahun 2015 yang dikerjakan oleh oleh PT Waskita Karya. Renovasi itu menghabiskan dana tak kurang dari Rp 458 miliar lebih. Itu baru sebagian saja, renovasi direncanakan dilakukan berkelanjutan dengan anggaran yang telah diplot mencapai 1,1 Triliun.

Jusuf Kalla berharap masyarakat Aceh dapat mempergunakan Mesjid Raya bukan sekedar tempat beribadah, tetapi jadi tempat serbaguna untuk kepentingan umat Islam.

"Dengan wajah baru ini semoga masyarakat Aceh lebih nyaman dalam beribadah. Jadikan masjid sebagai fungsi serba guna sentral untuk masyarakat," katanya.

Dilansir dari berbagai sumber, jika ditelusuri lebih jauh, sejak dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda tahun 1612 M, Mesjid Raya telah beberapa kali dilakukan renovasi. Sejak itu pula, keberadaan Mesjid Raya dianggap sangat berharga bagi masyarakat Aceh, bahkan Mesjid Raya dijadikan pusat pendidikan rakyat Aceh.

Namun kemegahaan Mesjid Raya mulai terusik ketika mulainya perang Belanda di Aceh. Sejak diproklamirkan perang pada 26 Maret 1873, Mesjid Raya telah menjadi medan pertahanan rakyat Aceh dari serangan ribuan serdadu Belanda. Pasukan Aceh berhasil mempertahankan Mesjid Raya pada serangan Belanda Pertama, dimana dalam serangan itu seorang panglima perang Belanda JH Kohler tewas tertembak peluru pejuang Aceh di bawah pohon Gelumpang di depan Mesjid Raya.

Kesempatan masyarakat Aceh mempertahankan Mesjid Raya tidak berlangsung lama, satu bulan setelahnya tepatnya 10 April 1873 M Belanda melakukan serangan kedua dibawah pimpinan Jendral van Swieten.

Serdadu Belanda dibawah pimpinan Jendral Van Swieten tersebut berhasil memukul mundur pejuang Aceh dan meduduki Keraton Kerajaan dan Mesjid Raya. Tidak hanya sampai disitu, dengan kejinya mereka juga melakukan pembakaran habis bangunan mesjid kebanggaan orang Aceh itu.

Sejak pembakaran itu, Jendral van Swieten dengan gagahnya mengumkan kepada pimpinannya di Hindia Belanda bahwa dia telah berhasil menaklukkan Aceh. Padahal itu tindakan keliru, karena pendudukan dan pembakaran itu sebenarnya adalah awal dimulainya perang terlama dan termahal Belanda di Nusantara.

Peristiwa pembakaran itu juga membuat kemarahan masyarakat Aceh semakin mejadi-jadi kepada Belanda. Walau telah dipukul mundur dari pusat kerajaan, pasukan Aceh semakin gencar melakukan perlawan dengan cara bergerilya. Dengan semangat fisabilillah atau perang di jalan Allah, perang itu telah menjadi perang wajib bagi seluruh rakyat Aceh. Belanda dianggap kafir yang harus diusir dari bumi Aceh.

Merasa semakin tertekan, Belanda kemudian mencoba mengambil hati rakyat Aceh dengan berjanji membangun kembali Mesjid Raya pada tahun 1877. Pembangunan itu benar dilakukan pada masa Jenderal Mayor Jenderal Karel Van Der Heijden menjabat gubernur militer Aceh tahun 1879 M dan selesai dibangun pada 1882 M yang ketika itu hanya memiliki satu kubah.

Sejak itu Mesjid Raya terus dilakukan renovasi, seperti pada tahun 1936 M dlilakukan pembangunan perluasan bagian kanan dan kiri mesjid dengan tambahan dua kubah.

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, tanggung jawab pembangunan Mesjid Raya juga beralih ketangan Pemerintah Indonesia. Renovasi Mesjid Raya kembali dilakukan pada masa pemerintahan Gubernur Ali Hasyimy. Pembangunan yang memakan waktu dari tahun 1958 hingga 1968 dan kembali dilanjutkan pada tahun 1975 itu telah menjadikan Mesjid Raya Baiturrahman memiliki lima kubah dan dua menara.

Dibawah kepemimpinan Gubernur Dr. Ibrahim Hasan, renovasi terhadap Mesjid Raya kembali dilakukan. Renovasi yang dilakukan pada tahun 1991-1993 itu meliputi renovasi di dalam mesjid dan halaman.

Renovasi di dalam meliputi bagian lantai mesjid, tempat shalat, perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan tempat wudu. Sedangkan perluasan halaman meliputi, taman, tempat parkir, dua menara dan satu menara utama. Sejak itu, Mesjid Raya Baiturrahman telah meliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk.

Semenjak masa kerajaan hingga kini, keberadaan Mesjid Raya telah menjadi kebanggaan setiap masyarakat Aceh. Bahkan bagi masyarakat luar telah menjadikan Mesjid Raya sebagai tujuan wisata yang wajib dikunjingi jika melancong ke Aceh.

Maka tidak heran, rencana pembangunan lanjutan Mesjid Raya menyerupai mesjid Nabawi yang dilakukan oleh pemerintahan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf mendapat sambutan positif dari masyarakat Aceh. Selesainya pembangunan Mesjid Raya juga menjadi kado indah untuk masyaraat Aceh diakhir masa jabatan pasangan Zaini-Muzakir.

Selaku satu-satunya daerah yang menerapkan syariat Islam di Indonesia, semakin mengahnya pembangunan Mesjid Raya diharapkan dapat menambah nilai-nilai keislaman dalam masyarakat Aceh serta menjadi pemicu dalam segala kemajuan kehidupan masyarakat Aceh.

"Rakyat Aceh memang selalu bersama masjid maka perbaikan kemajuan dari pada masjid ini tentu untuk kebahagiaan bagi kita semua," harap JK sebelum menutupi
IMG-20180127-WA0003.jpg

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 60122.55
ETH 3199.29
USDT 1.00
SBD 2.43