Kuliah Steemit di Kanot Bu (2 SKS)

JUMAT petang, 2 Februari, markas @kanotbu sepi. Mungkin, beberapa punggawanya sedang terlelap dan bermimpi indah setelah mendengar khutbah Jumat tadi siang. Di sebuah ruangan yang kerap disebut Ruang Studi Jamaah, @bookrak dan @tompi asyik berdiskusi. Mata @bookrak tak lepas dari layar laptop sedangkan jempol @tompi menekan-nekan layar smartphone. Ternyata mereka sedang berdiskusi soal steemit. Saya datang tepat waktu.

Sebelumnya, saya mengirim pesan ke @bookrak dan bertanya, "Apa ada kuliah hari ini? Dia membalas, "Aku nggak kuliah lagi." Maksud saya bukan kuliah yang "itu" tapi "kuliah Steemit".

Kuliah itu pun berjalan tanpa hambatan, walaupun tanpa kata pengantar. Kopi dituangkan berulang-ulang ke gelas yang sama dan diminum bersama-sama. Suasananya mirip ospek mahasiswa baru.

Sebagai dosen, @bookrak jauh dari sifat killer seperti beberapa dosen saya di kampus dulu, yang kalau emosi langsung kasih nilai E. Ia mengajari kedua mahasiswanya dengan telaten dan sabar. Mirip abang yang mengajari adeknya cara memakai celana dalam.

Ia menjelaskan tentang steem, steem power, dan SBD. Bagaimana caranya memantau pergerakan harga steem, soal level, upvote, komentar, tentang para "tokoh" steemian di Aceh seperti @rismanrachman dan @levycore, dan lain sebagainya.

Atau, tentang cara mendirikan sebuah negara baru hanya bermodalkan kepingan virtual SBD. Yang terakhir ini karena berbau subversif cuma dicelotehkan lewat percakapan telepati agar tak disadap antena burung kolibri.

Apa saja isi mata kuliah itu? Saya tak ingat mendetil. Yang jelas, pengetahuan baru begitu banyak bertambah. Sesekali, saya dan @tompi teuhah abah mendengar penuturannya. Di dalam hati, sering kali tergumam kalimat, oh, begitu ya.

Di tengah kuliah, bergabung @harock dan pak ustad @seumalu yang datang membawa gorengan. Kini kopi ada temannya. Para "mahasiswa baru" ini langsung "menyerang" dengan pertanyaan-pertanyaan sulit soal Steemit. Sesekali menjurus ke perkara-perkara filsafat.

Walaupun agak kewalahan, lagi-lagi, @bookrak menjawabnya dengan sabar dan santai. Yang tidak sabar adalah para mahasiswanya yang bertanya sekenanya. Terkadang, @bookrak enggan menjawab pasti. "Ini setahu saya," katanya merendah. Petang itu, ia terlalu banyak merendah hingga meja tempat kami bertelekang siku terlihat lebih tinggi.

Tak lama, @mardhatillah dan @oviyandi bergabung. Keduanya wartawan Pikiran Merdeka. Belakang, datang @fooart. @oviyandi baru pulang dari Iran. Tanpa diminta, materi kuliah pun melenceng sejenak soal Teheran, syiah, dan gadis-gadisnya yang molek.

Menjelang magrib, kuliah dua SKS itu pun usai. Penyebabnya, beberapa mahasiswa minta permisi. Sementara mahasiswa yang tinggal tak tahu mau bertanya apa lagi. Terlepas dari itu, kuliah tersebut berguna sekali. Terutama bagi bilis seperti saya yang masih awam sekali soal cryptocurrency. Ikan bilis belajar berenang, terima kasih teman-teman :)