Me and Ice Cream

Hei Tuan, suatu saat kamu harus menemaniku menikmati segala rasa es krim di berbagai belahan dunia ini. Aku sedang menikmatinya sendirian saat ini sambil menunggumu ‘pulang’. Kalau kamu datang nanti, akan aku tunjukkan yang mana es krim kesukaanku.

Hei Tuan, aku tahu kamu tidak begitu menyukai dingin. Katamu dingin itu sendiri, dingin itu sepi. Tapi tenanglah, nanti saat dingin es krim itu menusuk, ada pelukku yang menghangatkan.

Lalu bagaimana bila kamu tak kembali?

Maka aku akan melanjutkan mencicipi es krim di berbagai belahan dunia, karena seperti katamu dingin itu sendiri, dingin itu sepi. Tapi tidakkah kamu tahu bahkan matahari pun muncul sesekali di Kutub Utara? (Hangatnya memang tidak sama, masa bodoh aku hanya butuh pelukan dari menggigilnya ketidakhadiranmu).

Lalu jika kamu tanya apa aku menyesal menunggumu? Jangan gila, tentu saja tidak. Untuk apa aku menyesal? kamu tidak memintaku menunggu. Aku sendiri yang memilih begini. Memilih berharap bahwa kamu akan datang. Hei Tuan, aku sudah belajar banyak dari penungguanku. Jangan kamu anggap aku hanya sekedar menunggu tanpa melakukan apapun.

Tuan, selama penungguanku ada banyak es krim yang aku cicipi dari satu tempat kemudian pindah ke tempat berikutnya dan kamu tahu beberapa es krim strawberry dan coklat yang kucicipi rasanya tidak sama, teksturnya berbeda, dinginnya juga lain. Lelaki yang kutemui pun begitu, selera humornya tidak lucu menurutku, caranya berbicara juga tidak kusukai, ah ya aku bertemu beberapa lelaki yang begitu congkak akan pekerjaannya. Tidak ada yang sepertimu, Tuan, bahkan yang namanya sama sekalipun. Aku jadi meragu adakah hangat kutemukan pada selain kamu, Tuan?