"Mahalnya" Air Gula Aren
Gula Aren
Seperti saya tulis di postingan sebelumnya, mungkin sebulan lalu, bahwa sudah tiga tahun lebih saya tidak lagi mengonsumsi kopi. Awalnya karena soal lambung, tapi setelah kondisi lambung membaik, saya juga tidak lagi minum kopi. Saya menggantinya dengan gula aren.
Sejak tiga tahun terakhir hingga saat ini, saat ke kedai kopi saya selalu membawa gula aren dalam botol kecil. Sampai di kedai kopi saya meminta air panas dan langsung membuat sendiri minuman gula aren. Agar pemilik kedai tidak tersinggung dan merasa dirugikan, biasanya saya memakan kue atau memesan makanan lainnya seperti pisang goreng. Artinya, ketika keluar dari kedai saya selalu membayar, tidak kosong. Lama-kelamaan pemilik kedai mulai paham bahwa saya memang tidak lagi minum kopi. Namun praktik ini hanya berlaku di kedai kopi kampung.
Sementara di kedai kopi kota yang menyediakan minuman jus, biasanya saya tidak minum gula aren, tapi langsung memesan jus. Biasanya jus wortel. Kondisi ini berbeda dengan kedai kopi kampung yang memang tidak menyediakan minuman alternatif selain kopi dan teh sehingga saya terpaksa minum gula aren buatan sendiri.
Berbeda lagi jika saya bertandang ke kedai kopi tertentu yang menyediakan gula aren sebagai pemanis kopi. Di kedai model ini biasanya saya langsung memesan gula aren murni. Awalnya pelayan kedai bingung, karena mereka menyediakan gula aren hanya sebagai pemanis minuman lain, tapi saya justru meminta gula aren murni. Saya katakan, saya mau gula aren dicampur air panas. Akhirnya mereka paham dan langsung menyajikan air gula aren.
Di beberapa kedai di kota Bireuen, air gula aren murni atawa gula aren tok biasanya hanya dijual seharga dua sampai tiga ribu rupiah karena pada dasarnya mereka memang tidak menjual gula aren, tapi menjual kopi. Sementara gula aren digunakan sebagai pengganti gula pasir. Bahkan di kedai-kedai tertentu air gula aren justru gratis. Ketika membayar mereka menolak uang untuk gula aren dan hanya menerima bayaran untuk makanan yang saya pesan.
Namun kemarin saya dikejutkan oleh harga gula aren yang menurut saya lumayan mahal. Mungkin dalam hal ini pendapat saya sangat subjektif, namun saya tidak bermaksud membandingkan antara satu kedai dengan kedai lainnya. Lagi pula setiap kedai memiliki hak untuk menetapkan harga makanan atau minuman yang mereka jual.
Namun demikian, harga gula aren tok atawa gula aren pakai air panas di kedai yang terletak di jalan Menasah Kota Bireuen ini terbilang kurang wajar. Saya terkejut ketika si pelayan menyebut harga 7000 rupiah untuk air gula aren dalam gelas kecil yang baru saja saya minum. Namun begitu saya tetap membayar. Tapi, lain kali saya akan berpikir seribu kali untuk memesan gula aren di kedai ini karena harganya hampir setara dengan segelas sanger espresso.
sanger espresso? kiban nyan...
Lagee haba nyan
Mahal adalah murah yang tertunda...