Tak Ada Liburan di Akhir Pekan
Hari minggu seharusnya menjadi waktu bagi kita untuk beristirahat. Dari senin hingga jum'at, segala tenaga dan pikiran kita curahkan untuk menyelesaikan beban pekerjaan, dan akhir pekan adalah saatnya liburan atau berkumpul bersama keluarga.
Namun akhir pekan ini, aku terpaksa harus bangun pagi-pagi sekali. Dari kediamanku saat ini di lhoknga, aku menyusuri jalan ke arah timur. Tujuanku adalah Bandara Sulthan Iskandar Muda. Disana, akan ada penjemputan delegasi dari pemerintah kabupaten/kota yang akan menghadiri sebuah acara di Banda Aceh.
Pada dasarnya, ini bukanlah tugas tim kami. Tapi, kesempatan tidak datang dua kali kecuali kamu sedang sangat beruntung. Ada target produksi konten yang harus kukejar terkait kampanye yang sedang kami garap.
Aku tiba di Bandara sekira pukul 8 pagi setelah nyaris satu jam berkendara. Sengaja aku tidak terlalu memacu sepeda motorku karena ingin menikmati udara segar di perjalanan. Sepanjang jalan menuju Blang Bintang, petak-petak sawah tampak baru di bajak. Tanda petani siap untuk kembali turun ke sawah.
Rangkaian Acara penjemputan baru dimulai pukul 08.45. itu tandanya aku punya waktu 45 menit untuk sekedar ngopi dan sarapan. Usai melahap sepiring lontong sayur dan sepancung kopi hitam pahit, aku bergegas menuju ruang VIP di terminal kedatangan Bandara SIM.
Prosesi penjemputan perwakilan pemerintah daerah ini baru selesai pada pukul 15.00 sore. Itu karena masing-masing perwakilan daerah punya jadwal penerbangannya sendiri. Sesuai jadwal keberangkatan dari kota masing-masing.
Dari Bandara SIM, kami bergerak ke Warung Kopi Jasa Ayah Solong di seputaran Ulee Kareeng. Di sana, Gubernur Aceh Nova Iriansyah telah hadir menunggu kedatangan walikota Bogor Bima Arya. Pada kesempatan ini, pak gubernur menjamu kang Bima dengan segelas sanger dan berbagai panganan khas Aceh Lainnya. Aku dan timku memilih duduk di meja terpisah. Menunggu hingga kegiatan ramah tamah (atau remeh temeh?) itu selesai.
Di penghujung sore, rombongan beranjak dari Solong Kupi. Waktunya kami menyelesaikan tugas. Sambil menunggu jemputan, Kang Bima mempersilahkan kami berbincang dengannya. Kami meminta pendapatnya tentang suasana kota Banda Aceh, ragam kulinernya, dan berbagai topik lainnya.
Kami memilih Kang Bima sebagai salah satu narasumber sebab ianya adalah pemimpin muda di Indonesia yang saat ini memiliki engagement yang tinggi di media. Ini penting mengingat Banda Aceh perlu berbenah soal citra kota di mata masyarakat indonesia. Meski punya keindahan alam yang menakjubkan serta ragam kuliner lezat, Kota Banda Aceh belum menjadi destinasi utama wisata di Indonesia. Itu karena 'hantu' syariat islam yang disebabkan oleh pemberitaan di berbagai media.
Usai 10 menit berbincang, Kang Bima mohon diri untuk kembali ke hotel. Akupun balik kanan menuju rumah dan tiba tepat saat azan maghrib berkumandang. Hari libur yang melelahkan memang, tapi selagi masih muda apa salahnya bekerja lebih keras daripada yang lainnya. Terlebih ini bukan hanya tentang menafkahi keluargaku, tapi ikhtiar ini, semoga bisa menjadi pembuka pintu nafkah bagi warga kota lainnya. Sebab kita harus bersiap, mengejar ketertinggalan usai nyaris pingsan digebuk pandemi setahunan ini.
Kakak enak sutradara
qe piker enak 😭