Menjilat Adalah Cara Kita Menikmati Es Krim - Bukan Yang Lain

in Indonesia3 years ago

"Dulu orang menciptakan kelangkaan untuk saling mengendalikan, tapi kemudian kita menemukan cara untuk berpartisipasi dalam penciptaan dunia baru yang di bangun oleh kelimpahan, dan begitulah. Cara lama sepertinya tidak menarik lagi", kata @lovejoy.

DSC_0376.JPG

Cerita tentang Teknologi baru memang sudah lama didengungkan oleh para pakar. Dengan kemajuan teknologi, generasi sekarang akan besar dan leluasa memilih. Seperti halnya kerja-kerja Era reformasi yang belum selesai, tapi kini sudah berganti nama menjadi Era Indonesia hebat. Semua era pasti akan berganti walau era itu belum waktunya untuk diganti.

Biarkan saja era berganti sesuka hati para pemimpinnya. Sebab apapun era nya, Negara ini juga akan tetap begini-begini saja. KKN akan terus bekerja sebagai mana mestinya, mementingkan kelompok dan golongan para penguasa adalah tujuannya. "Pane na watee peumakmu nanggroe, pruet golom troe, wareh goh kaya". Artinya "Mana ada waktu untuk memajukan negeri ini, kalau perut belum kenyang dan ahli waris belum kaya". Begitu tulisan di dinding bata di Komunitas @kanotbu. Bila kita tidak termasuk dalam kelompok dan golongan itu maka akan tergilas dan digilas secara sadis lagi tragis andai kita tidak mengikuti perkembangan teknologi.

Kenapa demikian?

Ya.. Teknologi telah mengubah generasi sekarang. Teknologi berperan aktif mengubah paradigma kerja generasi saat ini. Teknologi hadir untuk masyarakat baru yang tidak sanggup lagi melihat kejamnya pemerintah dalam mengatur negara, mereka yang tidak mau terperangkat dalam aturan "super gila" untuk sebuah jabatan dan uang harus lari kedalam teknologi, memanfaatkan teknologi, belajar menggunakan teknologi, dan pada akhirnya mendapatkan uang tanpa kerja rodi dan aturan yang di paksa oleh pemimpinnya.

Toh sekarang pun sudah banyak sekali perkakas digital yang memungkinkan orang tidak perlu repot lagi berangkat ke kantor hanya untuk bekerja. Biasanya, perkakas ini sering dipakai oleh mereka yang bekerja di industri digital start up. Ada kantor virtual seperti platform bernama slack yang memungkinkan orang untuk bekerja dan berdiskusi bersama dalam ruang digital. Bahkan, aplikasi perkantoran bisa dikerjakan secara online melalui fitur google docs, juga bisa disimpan di ruang digital melalui google drive. Tanpa perlu khawatir data rusak atau lenyap karena virus. Pun ada Steemit yang memungkinkan kita untuk mendapatkan pundi-pundi cryptocurrency.

Semua kerja-kerja ini tak mensyaratkan harus ke kantor, cukup hanya dengan kuota data dan kualitas sinyal yang mumpuni, kerja bisa tercipta. Sekali lagi, generasi teknologi adalah keniscayaan abad modern ini, orang-orang yang menikmati betapa majunya teknologi.

DSC_0621.JPG

Memang tidak bisa dipungkiri, bekerja memang untuk mendapatkan uang dan seluruh manusia di dunia butuh uang untuk melanjutkan roda kehidupan. Tapi ketika cara untuk mendapatkannya terlalu "bajingan", apa tetap mempertahankan pekerjaan? Waktu terus berjalan dan hidup juga terus berjalan. Lalu haruskah kita hidup untuk hal yang begitu-begitu saja??

Kalau memang uang menjadi alasan menerima segala jajahan dengan senang hati, walaupun saban hari selalu menggerutu, sungguh tragis sudah hidup ini. Karena hidup bukan hanya tentang gaji dan waktu yang fleksibel, juga menginginkan ruang untuk dapat mengembangkan diri untuk terus belajar dan belajar.

Apalagi di era teknologi yang sudah luar biasa canggih seperti sekarang ini. Bekerja tidak lagi harus berpakai rapi, jas hitam, sepatu berkilat, celana kain, baju masuk kedalam, masuk pagi keluar sore. Tidak juga butuh menjilat untuk memuluskan rencana, tidak juga butuh mengagungkan kelompok yang berkuasa agar di beri pekerjaan dan jabatan, tidak juga membutuhkan kantor untuk bekerja, tidak lagi harus bekerja di lingkungan yang begitu kaku, rekan-rekan kerja yang culas, dan mungkin atasan yang hobinya mengeluarkan urat dari jidat kirinya untuk memerintah para robotnya, walau masih bisa saja menggerutu.

DSC_0339.JPG

Generasi sekarang adalah generasi yang di sebut Generasi Millenial atau Generasi Langgas yang "Yuris Sebastian dan kawan-kawan" menuliskannya dalam buku Generasi Langgas: Millenials Indonesia (2016). Dalam bukunya Yoris berpendapat bahwa generasi Millenials punya kecenderungan budaya kerja yang jauh berbeda dari generasi nenek moyangnya. Mereka menyukai kebebasan, kemudahan, kreativitas, tantangan, komunitas yang siap membantu dan kolaborasi kerja yang menyenangkan.

Generasi ini tidak lagi bekerja hanya soal uang dan jabatan. Tapi lebih dari itu, mereka mencari apa yang disebut sebagai kebermaknaan -- atau pada dimensi lain berarti sebagai sebuah pertualangan bathiniyah yang menyenangkan. Berjalan maju dengan langkah pasti, tanpa gradasi kegagahan yang dibuat-buat. Mungkin generasi ini tak ingin diringkus dalam kerangka normatif yang penuh dengan basa-basi formalitas.

Sudah saatnya rak buku yang bergenre motivasi berlabel best seller yang selalu bercerita kesuksesan untuk meraih kegemilangan materi harus segera berganti dengan buku bernama life enthusiast yang membahas perihal kebermaknaan hidup dan cara mengelola keseimbangan hidup.

Ntah lah, kurasa begitu.

_20210518_012127.JPG

Salam Manis!!!
@only.home

Sort:  

Selamat udah kerja untuk malam ini wak, semoga puing-puing steem terkumpul untuk malam ini.. hahayyy

Hahaha... Tetap putus asa dan jangan semangat wak😀😅

Assiiapp... wkwk

mulus dan empuk bahasa nya cem pantat bayi.

pat ka meuruno wak!?

Bak droeneh lon meuruno🙏

Yayaya... sepertinya kifa butuh banyak tisu, atau kayu bakar.. kita gunakan sekaligus aja klo gak 😂

Untuk apa wak?

Tulisan di bajunya keren wak... Tulisannya juga tidak kalah keren, nyoe keun menjilat beuh... :D

Hahaha... That na teuh..

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.16
JST 0.034
BTC 64116.01
ETH 2758.41
USDT 1.00
SBD 2.65