Kontes Cerita Ramadhan Saya - Berkenalan Dengan Orang Baru Yang Mengaku Dirinya Gila

in Indonesia3 years ago (edited)

PASAR penyebutan nama aslinya, tapi orang Aceh biasa menyebutnya dengan sebutan Pajak. Entah apa yang mendasari penyebutan nama itu, kalau ada yang tau boleh komentar nanti di kolom komentar ya, agar kita sama-sama tau.

Malam itu selesai taraweh aku berada di Pajak tepatnya di Pajak Kota Langsa, untuk sharing dan diskusi dengan seorang teman pengelola bisnis yang sedang kami jalani saat ini.

Duduk di pajak pada malam hari, lalu memesan kopi di warung sebelah menjadi rutinitasku bila sedang berada di kota halaman. Ya, Langsa sudah menjadi kota sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 3 tanggal 21 Juni 2001. Itulah sebab aku menyebutnya dengan kota halaman. Hanya pada malam hari begini pajak dalam keadaan sepi dan rapi, selebihnya liat saja sendiri. Bising, kotor, bau dan beberapa kata lain sejenisnya. Segala karakter manusia pun ada disini, dari preman, peminta-minta, orang kantoran, ustazd, ibu-ibu pekaka, sampek ibu-ibu berdaster pun ada, bahkan orang gila pun tak mau ketinggalan mengambil bagian.

_20210504_021429.JPG

(Suasana Malam di Pusat Pasar Kota Langsa)

_20210504_181615.JPG

Suara orang mengaji di toa-toa meunasah silih bertukar di udara malam yang sedari tadi mendung tapi tak hujan-hujan mengalun lembut di telingaku. Obrolan pun semakin mengarah ke titik pembahasan.

Pokoknya Sayur Waled Online bulan ini harus kita tingkatkan lagi promosinya, minimal 40% warga Kota Langsa harus menggunakan jasa kita untuk memesan bahan belanjaan kebutuhan dapurnya. Dari sayuran, buah-buahan, ikan, ayam, seafood, sembako, bumbu masak dan semua kebutuhan dapur lain, semuanya siap diantar sampai kedepan pintu rumah. Cukup hubungi melalui WA atau Instagram sayurwaledonline]. Selain memudahkan pelanggan juga mengurai jumlah kerumunan orang dipajak, apalagi ditengah keadaan virus covid19 yang tak kunjung hilang itu.
(sekalian promosi singkat 😊.)

Tetiba seseorang yang bergaya agak berbeda dari orang pada umumnya mendekat kearah kami. Aku sempat melihatnya tadi, dia melanglang mengitari pajak sambil matanya tak henti melihat ke bawah. Sesekali melihat aku yang sedang melihatnya, lalu jalan lagi tak berhenti.

_20210501_225034.JPG

Berkulit putih, berpenampilan agak nyentrik dengan topi koboy berwarna coklat, juga pernak-pernik yang menggantung dibadan membuatnya bersuara kecring-kecring bila badannya bergoyang saat berjalan. Agak aneh memang, dia semakin mendekat dan berbicara sambil mengarahkan pandangannya kepadaku.

"Minta rokok sebatang bang!".

"Kok sebatang?", jawabku.
Aku menyodorkannya beberapa batang,

"Satu aja bang", jawabnya.

"Okelah", kataku mengiyakan, "Kalau sudah habis ambil lagi disini ya", seraya kuletakkan bungkus rokok didekatnya.

"Kopi minum bang?, pesan dulu 1 lagi di warung kopi depan itu". sambil tanganku menunjukkan lokasinya, "Bilang aja kami yang bayar nanti".

Tanpa bicara lagi dia langsung kesana dan kembali sambil menenteng kopi hitam pesanannya, lantas duduk manis diatas lapak keramik tempat biasa para pedagang menjual dagangannya, sembari menyeruput kopi panasnya. "Ahh.. Mantap!", katanya.

_20210501_225151.JPG

"Nama abang siapa bang?", tanyaku mengawali pembicaraan.

"Belum ada nama aku bang, masih nomor anggota aja yang ada", jawabnya serius.

"Makjang", otakku terkejut.

Dia menyebut nomor anggotanya, sambil cerita ngalur-ngidul entah kemana. :)

"Bang, aku foto sekali ya. Keren kali abang, mana tau terkenal nanti. Kalau ditengok dari wajah udah cocok kali abang jadi artis", kataku lebih serius.

"Apa pulak cocok, Artis itu bersih bang, gak kotor kek gini", jawabnya sambil menunjukkan dirinya.

"Artis itu kan bersih karena orang itu udah jadi artis, udah banyak uang jadi bisa ke salon tuk perawatan, sebelum jadi artis sama kayak abangnya orang tu", balasku meyakinkannya.

"Tapi Artis tu punya seni dia bang, bisa maen gitar, bisa maen alat band lah, aku maen gitar pun gak bisa", jawabnya melemah.

Aku jawab lagi meyakinkannya,
" Itu anak band, penyanyi, bedalah bang. Abang cuma butuh bisa acting aja, misalnya disuruh acting nangis, marah, abang tunjukkan terus. Gak harus bisa maenkan alat musik. Kalau itu bisa abang kan?".

"Kalau gitu apa gak bisa, gampang kali lah bang. Sekarang aja aku lagi acting jadi orang gila ini bang, gak ada yang tau. Orang-orang sini pikir aku gila, padahal mana ada bang, cuma acting aja aku. Tapi kadang-kadang memang gila aku bang. Enak jadi orang gila kita bang, kita ngapain aja gak ada yang open". Hahaha jawabnya sambil tertawa.

"Memanglah gila anak ni", pikirku.

Tapi kenapa dia sadar pulak kalau dia gila. Entahlah, mungkin dia pura-pura gila atau aku pulak yang gila. :)

DSC_0607.JPG

Aku tertegun melihatnya menuang kopinya kedalam ciepe, lalu diminumnya perlahan. Pandanganku pun beralih ke badannya, ada banyak kunci yang bergantungan disamping tas kecil yang dia gantungkan lehernya.

" Itu apa bang yang di gantung di badan? ada dompet, ada peluit, ada apa lagi tu bang?". tanyaku penasaran.

" Oh.. Kunci itu bang, hiasan badan aja ini, suka aku bang", jawabnya sambil tersenyum menggoyangkan kunci-kuncinya dan keluarlah suara *kencrang-kencring".

" Gitu pulak, dari mana abg dapat kunci-kunci itu? Banyak pulak lagi, untuk apa itu bang?", tanyaku lagi.

Mulailah dia merawi :

"Kunci ini aku dapat dijalan bang, kalau ada kunci-kunci jatuh di jalan aku ambil, nanti kadang ada juga kunci kereta yang nyangkut dikereta yang udah lama di parkir, aku ambil terus bang. Aku amankan bang, dari pada diambil maling bang. Ada juga kunci toko, kunci laci, kalau ada yang sangkut semua aku amankan bang. Nanti sesekali ada juga orang yang tanyak sama aku, kalau memang ada kuncinya sama aku, ya aku kasih balek, tapi kasih uang dululah, kan udah aku amankan. Ya gak bang katanya?

"Paten," jawabku singkat.

"Kadang-kadang kalau suntok, kunci ini aku gesek-gesek di batu sampek tipis gini bang", dia tunjukkan kuncinya.

"Untuk apa ditipisin?", Tanyaku lagi.

" Nanti aku tes masukin di pintu-pintu toko yang kosong bang, kalau bisa terbuka ya rejeki bang. Nanti aku bisa tidur disitu. Misal ada barang-barang yang bisa aku ambil, ya aku ambil aja bang, rejeki bang", katanya lagi tanpa rasa bersalah.

"Wanjir", jawabku tertawa.

DSC_0603.JPG

Panjang sekali aku dengar dia bercerita, sesekali kami tertawa bersama, seperti sahabat lama yang baru jumpa setelah bertahun-tahun lamanya. Dia cukup menghiburku dengan cerita pengalamannya malam ini. Dinginnya malam akibat mendung yang tak kunjung hujan itu berubah hangat seketika. Tertawa ternyata ampuh sebagai obat pereda suhu tubuh yang sedang kedinginan.

Dialah teman baruku dalam bulan Ramadhan ini. Dia belum ada nama, hanya nomor anggota yang dia punya, dan aku lupa berapa nomornya. Mungkin di lain waktu kami bisa berjumpa kembali, cerita hidupnya pun belum semua aku dengar. Tapi yang pasti dia tidak gila, hanya stres akibat orang tuanya yang sudah meninggal setahun yang lalu. Begitu kata temanku mengakhiri perjumpaan kami malam ini.

Salam Manis,
@only.home
Cc Penyelenggara Kontes Cerita Ramadhan : @levycore

Sort:  

Tulisan ini benar2 gila, bro!

Ngeri sekerepekkk..

Orang gila di poto itu mirip kawanku, si pidar.
Ah, semoga bukan pulak dia!

Si pidar?
Orang langsakah dia?
Kalau memang iya, segera kemari bg. Mungkin dia bisa sadar lagi kalau jumpa kawan lama😊

Mantap...kata levycore tulisan keren ini juara dua...memang ngeeeeeeerrrr...

Hahaha... Tulah tu bang, aku pun terkejut

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 69662.55
ETH 3388.96
USDT 1.00
SBD 2.77