Kisah Pekerja Aseng Di Negeri Para Raja
Awal Kisah
Bahkan di masa sekarang ini, saat orang kita tidak beruntung di negara sendiri, ada banyak pekerja aseng yang datang untuk mengadu peruntungan. Mereka terlihat sangat mendapatkan perlakuan yang istimewa dari penyelenggara negara. Terutama pekerja dari negara Tiongkok, China. Sudah rahasia umum para investor dari negara ini getol untuk membawa tenaga kerja dari Sononya untuk bekerja di negara kita. Keberadaan mereka sangat eksklusif dan diproteksi sedemikian rupa oleh negara. Ditengah pandemi pun mereka masih dengan mudahnya keluar masuk Indonesia. Disini, para centeng bersenjata mengawal dan mengawasi kamp konsentrasi para pekerja itu dengan seksama. Lumayan lah buat nambah uang saku. Sementara sang Jenderal menumpuk kiloan logam mulia diatas keringat anak buahnya. Pedih Jenderal!
Si Aseng Yang Arogan
A Chen dan A Li serta beberapa pekerja yang lain sedang bersuka cita hari ini. Mereka diberikan untuk cuti selama tiga hari dan diizinkan untuk refreshing ke kota kabupaten terdekat. Dengan menggunakan mobil pickup perusahaan mereka diangkut untuk turun ke kota. Medan yang ditempuh sangat terjal dan berbahaya. Dasar sedang apes, ditengah perjalanan ban pick up yang mengangkut pekerja Aseng bocor. Terpaksa mereka harus berhenti untuk mengganti ban. Menunggu membuat A Chen dan A Li tak sabaran. Mereka pun berjalan menikmati pemandangan alam di gunung yang mereka keruk emasnya. Momen ini lah yang memulai petaka bagi keduanya. Ban yang sudah selesai diganti membuat perjalanan akan segera dilanjutkan. Para pekerja Aseng lain memanfaatkan momen ini untuk meninggalkan A Chen dan A Li. Mereka berdua kena dikerjai oleh teman-temannya. Jadilah A Chen dan A Li berjalan kaki dengan saling menyalahkan di sepanjang perjalanan. Setelah berjalan kurang lebih dua jam mereka akhirnya sampai di Jalan raya dan desa terdekat. Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan. Namun keduanya memang punya fisik yang sangat terlatih. Berjalan dua jam seolah tak terasa bagi mereka.
Dikeroyok Pemuda Desa
"Woi siapa kalian? Tegur salah seorang pemuda. A Chen dan A Li tampak kebingungan. Mereka belum tau Bahasa Indonesia. Mereka hanya diam tak berkata-kata.
Ternyata diam nya mereka membuat para pemuda desa berang.
"Hei tolol kalian bisu ya? Kalau ditanya jawab, goblok. Kembali salah seorang pemuda berteriak. "Kalau mau songong jangan disini kalian", tambah yang lain.
"Udah, sikat aja. Keliatan tas mereka berat tuh. Pasti mereka pekerja Aseng gunung emas yang kesasar. Kita tampol aja. Ambil uangnya." Timpal pemuda lainnya.
Seorang pemuda yang berbadan tegap mendekat dan kemudian mencoba merampas tas di bahu A Chen. Sigap dengan refleksnya A Chen pun mengelak. Melihat itu, para pemuda tersebut mulai mengepung mereka berdua. A Chen dan A Li memasang sikap waspada. Mereka tampak tenang menghadapi sekian banyak pemuda yang keliatannya tidak bersahabat. Untung tak dapat ditolak malang tak dapat diraih. Perkelahian pun tak terhindarkan. Entah siapa yang memulai, detik selanjutnya adalah pembantaian yang layaknya kita saksikan di film kungfu. A Chen dan A Li bergerak dengan cepat kesana kemari. Sebelas orang pemuda dalam hitungan menit menggelupur dan terkapar terkena pukulan dan tendangan mereka berdua. A Chen dan A Li kemudian segera berlari meninggalkan tempat itu. Mereka dikejar oleh penduduk desa lainnya. Beruntung dalam pelarian mereka berhasil lolos dengan menumpang sebuah truk pasir yang sedang lewat. Dengan sigap mereka melompat ke bagian belakang truk. Penduduk desa pun tak kuasa mengejar mereka.
Akhir Cerita
"Itu mereka". Terdengar teriakan-teriakan. Mobil berdecit keras dan menimbulkan debu berterbangan.
A Chen dan A Li saling memandang menyaksikan orang-orang kalap tersebut yang melihat ke arah mereka dengan buas dan mata haus darah. Perkelahian tak berimbang pun kembali terjadi. Kali ini memakan waktu agak sedikit lama sebelum semua orang yang berjumlah 50-an terkapar tak berdaya semua. Suasananya sungguh sangat kacau. Orang-orang yang sedang ramai di pusat kota tampak berlarian ketakutan. Aparat kepolisian pun segera datang. A Chen dan A Li sudah terlalu lelah untuk berlari lagi. Mereka hanya duduk pasrah dengan badan berdarah dan luka di beberapa bagian. Mereka masih tampak garang dengan mata menyapu setiap gerakan orang yang ada. Orang-orang mulai berkerumun lagi. Rintihan kesakitan terdengar dimana-mana. Polisi pun yang datang segera mengamankan A Chen dan A Li. Mereka tidak melawan saat digiring ke kantor polisi. Sesampainya disana para polisi pun mulai integrasi keduanya.
"Kalian siapa dan darimana?" Tanya polisi. Tak ada jawaban. "Mana identitas kalian. Sinikan tasnya." Kata komandan polisi sambil mengambil tas keduanya.
Dan apa yang mereka temukan kemudian adalah sebuah kenyataan yang sangat unik. Di dalam tas masing-masing polisi menemukan dua buah paspor atas nama JACKY CHAN dan JET LI. Sungguh Terlalu...!!!!
Benar-benar terlaaaaluuuu Mr Bob
Hahahaha 😂👍😀