Aceh dan Perang: Apakah Sebuah Seni yang Sudah Mendarah Daging?

in Indonesia3 years ago (edited)

Screenshot_2021-05-16-12-01-42-83.jpg
Anak-anak yang sedang berpose dengan memegang senjata AK-47 mainan.

"Yah wa! Tòh peng uröe raya leé, lôn meujak blöe bude."
(Om! Minta uang THR lah, saya mau beli senjata)

Begitulah kata keponakanku yang lebih kurang masih berumur 5 tahun.
Mungkin bagi masyarakat diluar Aceh itu merupakan hal yang aneh bukan? Seorang anak kecil meminta uang untuk membeli senjata.
Senjata yang dimaksud disini senjata-senjataan mainan ya! Hehehe. Bukan senjata beneran.

131856dd305540fba443054937d748f9_exported_3999.jpg
Sekumpulan anak-anak sedang berperang menggunakan senjata mainan.

Sangat tidak diherankan lagi kalau Aceh di identikkan dengan kata perang. Karena daerah Aceh sudah mengalami sangat banyak fase peperangan. Baik dari masa penjajahan Portugis yang ingin menginvasi Aceh, Belanda yang mencoba menaklukkan Aceh, Jepang di era 1940-an, Perang saudara di Cumbok, bahkan perang modern di era konflik GAM/RI yang digagas oleh Teungku Muhammad Hasan Di Tiro pada tahun 1976 sampai 2005 yang berakhir dengan kesepakatan damai atau MOU Helsinki/Finlandia.
Kesepakatan itu terjadi setelah GAM dan RI setelah mengalami beberapa kegagalan negosiasi damai, hingga pada 26 Desember 2004 Aceh mengalami sebuah bencana besar yaitu gempa dan Tsunami yang mengorbankan sekitar 70 ribuan jiwa.

IMG20210514171458.jpg
Negosiasi perdagangan senjata di pasar Kota Bakti, Lameulo-Pidie.

Hal itu membuat relawan dan jurnalis luar mendapat izin masuk ke Aceh, setelah sebelumnya pemerintah Indonesia sangat membatasi berita tentang konflik Aceh terekspose keluar.
Bencana Tsunami juga menjadi hikmah bagi masyarakat Aceh yang puluhan tahun mengalami gejolak kekerasan imbas konflik dan menelan hampir ratusan jiwa masyarakat sipil setiap tahunnya.
Diantaranya adalah tragedi-tragedi pelanggaran HAM berat yang dilakukan pada tahun antara tahun 1998 dan 1999 seperti Tragedi Jembatan Arakundo, Pembantaain Simpang KKA, tragedi Teungku Bantaqiah, Jambo Kupôk dan Rumoh Geudong di Geulumpang Minyeuk, Pidie.

Idi_Cut_incident.jpg
Proses evakuasi jenazah korban pembantaian massal di Tragedi Krueng Arakundö. Sumber

Disamping itu, budaya perang sudah seperti melekat dalam darah orang Aceh. Dari sejak lahir dalam ayunan anak-anak Aceh sudah diajari nazam-nazam dan syair hikayat Aceh tentang perang, salah satunya adalah syair Dodaidi dan Hikayat Prang Sabi karangan Teungku Syik Pante Kulu.
Hikayat tersebut dalam lirik dan baitnya mengajakan semangat-semangat melawan "Kaphee" (Penjajah).

Selain itu, ada sebuah pepatah lama Aceh juga mengungkapkan karakter yang sama tentang masyarakat Aceh.

"Aceh Prang, Padang Meukat, Cina Toke, Kaphee Beulanda" (Orang Aceh Berperang, orang Padang berdagang, orang Cina Boss dan orang Belanda adalah penjajah).

Bahkan, pada masa kolonial Belanda rakyat aceh dikenal dengan sebuah taktik perang yang cukup ditakuti musuh. Orang Aceh berani menikam dan membunuh petinggi-petinggi Belanda di pusat keramaian seperti pasar-pasar. Strategi perang tersebut dikenal dengan Atjeh Moorden, Gekke Atjehsche atau Aceh Pungo (Aceh Gila).
Orang Aceh juga mengganggap peperangan itu bukan suatu hal yang serius, sehingga ada pepatah mengatakan:

"Meuprang keu gura-gura, wateé mate ka keubit-bit." (Berperang untuk iseng-iseng, matinya betulan.)

IMG_20210515_005729.jpg
Perang meriam karbit di bantaran sungai Garot, Pidie.

Semenjak damai 15 Agustus 2005 silam, masyarakat Aceh masih belum bisa move on dari budaya berperang. Selain peperangan anak-anak menggunakan senjata mainan, ada hal menarik lainnya yang menjadi budaya serupa di suasana malam Hari Raya yaitu perang Meriam Karbit di Garot, Kabupaten Pidie.

Perang meriam karbit ini dilakukan di bantaran sungai garot yang memisahkan beberapa kampung. Sungai tersebut menjadi pembatas untuk melakukan peperangan antara kedua belah pihak.
Bahkan itu sudah menjadi seni dan budaya daerah setempat yang dilakukan setiap tahunnya.

Nah, begitulah sedikit cerita dan pandangan saya sebagai masyarakat Aceh tentang budaya berperang.
Bagaimana dengan pendapat teman-teman steemian?

Saleum mulia!

@mahathir2508

Sort:  

Sebuah tradisi yg begitu unik, dimana mentalitas seorang pejuang selalu tertanamkan. Ini membuktikan secara psikologis anak yg pemberani. Semoga saja begitu efek dampaknya! 😀

Hahaha 🤣 tapi agaknya sudah sedikit berkurang bang. Semenjak adanya gadget dan dipengaruhi aplikasi toktok

Itu salah satu efek negatif, ketika gadget salah letak penggunaan umur. Ini bagian controling orgtua dlm menjaga tumbuh kembang anak. Beda masa beda gaya wkwkwkw 🤣
Semoga orgtua tau masa anak-anaknya harus bagaimana.

Mungkin sesuai dengan bagian dari pembahasan di postingan abang @agusmaulidar tentang gadget yang dikendalikan kapitalis

Hehehe
Cocok sudah ini braderr, sukses untuk kita dalam edukasi yang memberi energi positif setiap narasi. 😀 👍

Sebab peredaran senjata meningkat hanya menjelang uröe raya, ci Hana... Hana so mat atra nyan

Mungkin selebrasi uröe kemenangan deungön mengajarkan mentalitas perang kak @cicisaja

Han meunan syit, kamôe dari thon 1980-an ka biasa meu'en beudée peuleupuèk pisang, saweub pilem nyang ta nonton bak misbar syit pilem eksyen 80-an, pilem koboi Dan perjuangan melawan penjajah.

Pasca 2005 memang ka leubéh Jai ureung meukat nyang plastik nyan, sasabée na korban...ureung Chik geu biarkan, ka jeut keu budaya tièp uröe raya🤦

Hahaha. Nyan klasik that bude dari peuleupeuk pisang 😂 lôn sempat merasakan syit, bahkan bude peuleupeuk meuria yang pakek peluru puréh öen ué.

Berarti nyan bagian dari bentuk konspirasi wahyudi untuk terus menciptakan perang? 🤣🤣

Kamoe peugot yg serius bacut dari peuleupuèk u, aneuk beudée jih boh truèng cawiéng. .kop saket miseu keunong bak kèung 😂 adak pih di Rumöh na nyang beudée sintetis, nyan meuneu'en lam Rumöh mantông. Utk groupies, jeulaih beudée peuleupuèk pisang/u.
Beda jih, kamôe han meu'en yoh uröe raya. Saweub uröe raya waktunya jalan2 nayek becak ke Kota atawa nayek labi2 pigi rumah saudara.

Mari lihat perjuangan bangsa Indonesia, umue merdeka belum lama, konflik bersenjata di mana2, Hana payah peugah wahyudi, chit atra kana lam DNA. Kamôe Aceh darah Panglima, mandum kamôe waréh raja.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.12
JST 0.029
BTC 61536.69
ETH 3445.53
USDT 1.00
SBD 2.50