Sejarah Bersatunya Peureulak Melawan Sriwijaya

in Indonesia3 years ago

Kerajaan Peureulak pernah pecah menjadi dua, satu wilayah dipimpin oleh raja beraliran Syiah, satu lagi Suni. Perang melawan Kerajaan Sriwijaya menyatukan kembali Peureulak dalam satu kendali.

Raja Peureulak merupakan keturunan Raja-Raja Siam (Syahir Nuwi). Pada 173 H (800 M), di Bandar Peureulak berlabuh kapal dagang yang membawa saudagar dari Teluk Kambay (Gujarat) yang dipimpin oleh Nahkoda Khalifah. Saudagar itu juga berperan sebagai mubaligh. Sebagian besar penduduk Kerajaan Peureulak lalu masuk Islam.

Setengah abad kemudian, di Peureulak telah terbentuk masyarakat Islam yang terdiri atas orang keturunan pribumi, campuran peranakan Arab, Persia, dan Gujarat. Masyarakat Islam tersebut memproklamasikan berdirinya Kerajaan Islam Peureulak pada 1 Muharram 225 H (840 M).

Menurut sejarawan Muhammad Junus Djamil, kerajaan Peureulak saat itu sudah menjalin hubungan diplomatik Kerajaan Malaka, India, Arab, dan Persia. Di samping itu, Peureulak juga sudah mempunyai angkatan perang yang teratur, memiliki sistem politik, perekonomian yang mapan, dan pusat ilmu pengetahuan berupa Dayah Cot Kala yang dipimpin ulama besar, Teungku Muhammad Amin (Teungku Cot Kala).

Bersatu Melawan Sriwijaya
Untuk menghadapi agresi dari Kerajaan Sriwijaya, rakyat Peureulak yang terpisah dalam pemerintahan kembar bersatu kembali di bawah komando sultan masing-masing.

Pada masa peperangan itu pula, Sultan Alaiddin Sayid Maulana Mahmud Syah, yang memerintah golongan syiah meningal dunia. Rakyat Peureulak kemudian bersatu di bawah pimpinan Sultan Machdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat.

Perang dengan Kerajaan Sriwijaya terjadi pada tahun 670 H/1271 M. Kerajaan Sriwijaya menyerang Kerajaan Peureulak karena sultan Peureulak menolak tunduk di bawah kekuasaan Sriwijaya.

Setelah dua tahun rakyat Peureulak berperang dengan Sriwijaya, pada hari Minggu akhir bulan Zulhijah 691 H/1276 M, Sultan Alaiddin Mahmud Sjah mangkat. Tampuk kerajaan Peureulak kemudian dipegang oleh Sulthan Machdum Malik Ibrahim. Selama tiga tahun berperang akhirnya Peureulak kalah. Rakyat Peureulak pindah ke daerah pedalaman yang jauh dari pertempuran yaitu ke Seumahan, Lubuk Segenap.

Dari daerah pedalaman itu disusun kembali rencana penyerangan Sriwijaya. Baru pada tahun 673 H/1275 M Sriwijaya dapat dikalahkan rakyat Peureulak, karena Kerajaan Sriwijaya juga sedang diserang oleh Raja Kertanegara. Setelah Sriwijaya angkat kaki dari Peureulak, rakyat Peurelak kembali membangun negerinya dibawah pimpinan Sultan Machdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (1280-1296 M)

Namun sebagian di antara mereka tidak lagi kembali ke Peureulak. Mereka menetap di perkampungan baru yang mereka buka ketika mengungsi akibat perang dengan Sriwijaya. Perkampungan yang mereka buka waktu itu seperti Sarah Raja, Serbajadi, Lukop, Blang Keudjereun (Blankejeren) sampai ke Lingga atau Isak di sekitar Laut Tawar.

Salah seorang keturunan raja Peureulak juga menetap di pedalaman yaitu Muerah Isak yang kemudian membuka Negeri Lingga dan Nusar disekitar Laut Tawar. Anaknya yang bernama Meurah Mersa kemudian diangkat menjadi Raja Lingga. Mereka membuka negeri di sekitar Krueng Pasai dan Krueng Peusangan.

mentaripagi.jpg
Foto matahari pagi hanya sebagai pelengkap postingan [foto: dok pribadi]

Sort:  

Cantek that pemandangan nyan pak @isnorman, Pat lokasi jih

foto bak bineh neuheun di pasi watee olahraga beungoh

Bereh that pak

bereh bacut, bereh that meudeh pane na

Jadi Linge dari Lingga, Nosar dari Nusar, Isak dari nama Meurah Isak?
Makasih Bang @isnorman... asyik banget ceritanya, seperti biasa!

Sama-sama Cutkak @cicisaja

Coin Marketplace

STEEM 0.36
TRX 0.12
JST 0.039
BTC 69965.85
ETH 3540.49
USDT 1.00
SBD 4.71