Saat April Tiba dan Bunga Angsana Bermekaran di Jalan-Jalan Kota

in Indonesia3 years ago

Angsana.jpeg

Aku selalu suka pada April, kaupun tahu itu, kan? April adalah simbol kehangatan. Juga romantisme. Setidaknya, itu menurutku. Meski kaumengucapkan namanya berkali-kali, tetap saja nyaman di telinga kita. Tidak menimbulkan bunyi yang aneh.

Entah karena kita memulainya pada bulan sebelum itu, sehingga bunga-bunga angsana dengan kelopak mahkota yang berwarna kuning kuanggap sebagai simbol perayaan cinta kita. Kuning. Adalah perlambang kehangatan dan gelora. Mengirimkan aura optimistis dan kesemarakan. Dan karena itu, aku selalu berharap kita bisa melalui hari-hari yang riang gembira. Aku selalu ingin melihat senyummu yang merekah seperti kuntum-kuntum angsana.

Aku berharap kau bisa membebaskan diri--sedikit saja--dari kesibukanmu. Lalu kita berjalan menyusuri trotoar, sambil bergandengan tangan tentu saja. Akan kutunjukkan betapa bunga-bunga angsana itu telah mengubah wajah kota, tidak banyak memang, tetapi kota ini tampak lebih hidup dan memiliki nyawa. Orang-orang berkendara dengan pelan, semata-mata demi bisa mengamati kuntum-kuntumnya yang berkoloni.

Aku, akan memaksa hidungmu untuk bekerja lebih keras. Agar kau bisa menyesap aromanya yang lembut. Dan setelah membaui aromanya kau akan merasa saraf-saraf di tubuhmu terasa lebih mengendur. Khususnya saraf-saraf di kepalamu yang selalu kauperas. Sesekali, cobalah untuk tidak memikirkan apa pun, kecuali aku tentunya.

Aku akan bercerita untukmu, betapa untuk mereguk kebahagiaan, kita bahkan tak perlu mengeluarkan banyak uang. Hanya sedikit tenaga untuk berjalan kaki, dan, itu, aku paham, mungkin akan membuatmu sedikit lelah. Maklum, selama ini kakimu memang lebih banyak kau gunakan untuk menginjak pedal gas. Dan napasmu, mungkin akan terdengar seperti remaja yang beranjak dewasa, sedikit liar dan tak bisa normal. Lagi-lagi, aku maklum, kau terlampau sibuk, bahkan untuk berolahraga di akhir pekan pun nyaris tak punya waktu. Kalaupun ada, kau mungkin lebih senang menggunakannya untuk tidur.

Dan karena itu kaubilang aku menjadi seseorang yang mudah cerewet. Padahal, kaupun tahu, cerewet adalah tanda peduli. Sayang. Cinta. "Aku hanya tidak ingin kehilanganmu dengan cara-cara yang konyol," kataku suatu kali.

Konyol. Kusebut saja begitu. Sebab ada orang yang harus meninggalkan dunia ini dengan cara tidak bahagia. Di rongga dadanya dipenuhi bibit penyakit, semata-mata karena gaya hidupnya yang tidak sehat. Kehilangan tubuhnya yang gagah dan angkuh. Aku tidak mau kau bahkan kesulitan mengatakan sayang padaku hanya karena napasmu yang kian sempit. Saat memikir-mikirkan itu, aku bukan hanya bisa cerewet, tetapi juga bisa menjadi seorang pemarah.

Di ujung jalan yang kita susuri, ada sebuah kedai kopi kecil yang bisa kita singgahi. Terlalu mewah untuk menyebutnya sebagai kedai karena itu hanyalah sebuah mobil yang parkir di bawah pohon angsana yang rimbun. Pemiliknya mengatur beberapa kursi dan meja plastik untuk tempat duduk dan meletakkan kopi-kopi pesanan pelanggannya. Aku ingin kita duduk di sana, menikmati secangkir kopi dengan sepiring kudapan yang gurih. April yang hangat dengan secangkir kopi yang pahit, itu akan sangat nikmat sekali.

Aku berharap, saat kita sedang berbincang, angin meluruhkan beberapa kelopak bunga angsana dan membawanya ke pangkuan kita. Itu... pasti akan menyempurnakan momen pertemuan yang terasa amat langka ini. Dan aku, ingin melihat kelopak itu langsung di matamu.[]

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 59236.61
ETH 2600.94
USDT 1.00
SBD 2.42