Tradisi yang Mulai Hilang

Zaman ku kecil dulu, ada yang kusuka di kampungku di Aceh. Masyarakat suka berkumpul di kios , warkop desa dan dibalai-balai kecil. tanpa diganggu dengan gadget seperti saat ini smartphone, laptop atau alat komunikasi lain.

Ada yang paling kusuka dari kehidupan lamaku di kampung saat itu, yaitu gotong royong. tidak hanya tentang bersih-bersih got atau menyangkut fasilitas umum, namun gotong royong dilakukan juga untuk membantu mereka yang tidak mampu, diawali dengan kumpul-kumpul uang kemudian menyusun panitia gotong royong, selanjut bekerja bersama.

Uniknya , saat itu tidak ada riuh , tidak ada yang curiga, semua kompak membantu. Masyarakat saat itu seakan sadar, saling membantu adalah hal mutlak dalam bermasyarakat. apalagi saat itu konflik masih berkecamuk.

Terbalik 400 derajat terjadi saat ini, saat tubuh ini mulai menua. Orang disekitar tidak saling kenal, jarang mau bercengkrama. Gotong royong bisa dikatakan sudah sirna. semuanya nafsi-nafsi, seakan bumi mau kiamat. semakin parah ketika gadget canggih semakin membumi. sekalipun duduk semeja, tapi bicara hanya yang perlu-perlu saja.

Kata sahabatku yang suka baca-baca buku, ini fenomena pergeseran gaya hidup yang semakin simpel yang disokong teknologi semakin berkembang. tapi kataku ini pergeseran moral, karena penguasa tak mampu mendidik warganya dengan baik.

Jangan harap ada lagi orang kumpul-kumpul untuk membangun jembatan rusak, membersihkan lorong desa, kampung dan jalan umum. Orang peduli dan tahu disampingnya ada yang sakit, butuh bantuan dan sebagainya. mereka akan sadar ketika bencana mulai terjadi. disaat dirinya mulai butuh pertolongan. Wallahuaalm , semoga kondisi seperti ini segera berakhir.