Terjebak di Pulau Harta

in Indonesia3 years ago (edited)

Siang ini akhirnya sampai di bab 34, silakan dilihat pada foto yang saya unggah. Ini bukan buku yang saya idam-idamkan untuk dibaca dalam waktu dekat ini, karena itu saya merasa tak perlu mengulasnya. Hanya sayang sekali kalau kekonyolan saya selama membaca buku ini dilewatkan begitu saja.

IMG20210331012433.jpg

Saat menarik punggungnya dari rak buku, saya menatap buku ini dengan ogah-ogahan seolah-olah ini bacaan yang tak lagi menarik buat ibu beranak empat seperti saya. Tidak lupa dalam hati saya bergumam; buku ini tak akan saya ulas, walau pengarangnya cukup melegenda, tapi sungguh ini bukan buku yang cocok buat saya. Dulu ketika SD dan SMP cerita-cerita perburuan harta karun dan bajak laut sudah jadi bacaan dan tontonan masa kecil. Ay, Ay, Kapten! Yo-ho-ho! Dan itu membuat jiwa keibuanku menertawakan anak pengkhayal kelas kakap di masa lalu dan membuat ibu itu terpaksa maklum dengan tingkah konyol anak-anaknya kini.

Kira-kira di bab ketiga, saya sudah mulai terburu-buru memasak, alasannya tentu saja agar lekas terbebas dari tugas domestik yang satu itu dan melanjutkan membaca. Saat harus bermain bersama anak-anak, buku itu justru sulit terlepas, dia selalu terapit di sela-sela jari, antara empat jari lainnya dan jempol. Bahkan ketika menyusui, bisa-bisanya saya menyambi membaca. Saya memperkirakan, kalau tidak menyambi berat, buku setebal 300-an halaman itu bisa saya khatamkan dalam satu hari.

Saya merasa kembali ke zaman-zaman ketika usia saya baru memasuki belasan. Serial detektif Holmes, Hercule Poirot, Ms. Maple, dan buku-buku yang ditulis Enid Blyton agaknya berkisah tentang petualangan mendebarkan semacam itu. Suspense atau ketegangan yang disajikan R.L. Stevenson membuat rasa ingin tahu saya menjadi bulan-bulanan kisah Jim Hawkins di dalam Treasure Island. Ah, kan, saya jadi menyebutkan judulnya secara gamblang, jangan-jangan ada yang tertawa setelah tahu buku apa yang saya baca.

Sekali lagi, saya tak akan mengulas isi buku yang sudah berulang kali divisualisasikan dalam film-film layar lebar ataupun serial layar kaca ini. Namun, kekonyolan saya yang meremehkan seni bercerita RLS atau penerjemahnya ini patut jadi bahan pelajaran yang berarti. Apalagi ketika akhir cerita saya disenangkan dengan ending yang disukai banyak pembaca: happily ever after!

Baiklah, harus saya akui bahwa buku yang ditulis oleh pengarang Irlandia ini memang memiliki pesona yang tak pudar semudah itu. Padahal awalnya buku ini saya beli karena permintaan anak pertama saya, katanya dia penasaran dengan tulisan RLS. Ya, tentu saja. Apa pun itu, saya harus mengakui bahwa buku ini cukup menarik untuk dituntaskan hingga pakaian yang semestinya saya setrika jadi terbengkalai.

IMG20210331012045.jpg

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 58867.32
ETH 3223.11
USDT 1.00
SBD 2.30