Asap

in Indonesia3 years ago (edited)

WhatsApp Image 2021-04-03 at 22.01.06.jpeg

DUA LELAKI dewasa mengendarai sepeda motornya di Kalimantan, di tengah-tengah kabut asap. Sebelah kiri dan kanan, terlihat para pemadam kebakaran dan warga yang sedang memadamkan api pada lahan-lahan yang telah hangus. Itu adalah adegan pembuka dari flm dokumenter Asimetris yang di sutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono dan Supatra (Ucok). Film ini menceritakan tentang kebakaran hutan dan pembukaan lahan di Indonesia dan dampak yang dialami sebagian warga nasional dan internasional.

Mereka berdua kemudian berhenti untuk merekam kisah memilukan itu. Ucok mengaku sakit kepala karena asap yang pekat. Sebentar kemudian, kita bisa melihat adegan di dalam rumah sakit, seorang ibu mengendong bayinya yang batuk. Ini memilukan, di mana anak-anak tidak dapat mengakses udara yang sehat.

Saya pertama kali merasakan dampak kebakaran hutan yakni pada September 2019, di Kota Banda Aceh. Tentu, sebagian besar warga Aceh juga ikut merasakannya. Pada pagi-menjelang siang itu, suasana mendung, lalu tiba-tiba menjadi putih pekat. Saya berhenti di atas jembatan Lamyong, sejauh mata memandang , air sungai tak kelihatan lagi.

Lantas, saya memakirkan sepeda motor di kampus dan pergi ke pusat kota dengan mengunakan Transkutaraja. Perlahan hidung saya mulai terasa berat. Seorang ibu yang duduk di depan saya, bertanya pada saya setelah kami ngobrol sebentar, “dari mana asap ini?” “Riau, bu.” Kami berpisah di halte Ule Lhe, saya tidak mengingat apa-apa tentangnya selain percakapan singkat itu dan ia keluar bus sambil batuk-batuk.

Dr. Agus Dwi Susanto, dokter paru di Indonesia, mengatakan kepada BBC Indonesia, data penelitian menunjukkan setiap tahun orang yang terkena asap kebakaran hutan terus-menerus itu cenderung akan mengalami hipersensitif saluran nafas ya. Dan cenderung bisa menjadi risiko terjadinya penyempitan saluran pernafasan. Namun paparan terus menerus terhadap asap bisa membuat Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menjadi semakin buruk atau eksaserbasi, kata Agus. PPOK membuat penderitanya sulit bernapas karena aliran udara dari paru-paru terhalang pembengkakan dan lendir atau dahak. Gejala yang semakin parah menyebabkan kunjungan ke rumah sakit meningkat.

WhatsApp Image 2021-04-03 at 22.01.06 (1).jpeg

Ini masalah serius yang kapan saja bisa kita hadapi. Tampaknya perencana kota untuk menghadapi kebakaran hutan belum memadai. Dalam sebuah kota, ada banyak penyebab kebakaran dan dampaknya. Misalnya, kebocoran gas, konslek listrik, puting rokok, pembakaran sampah sembarangan, dll. Semua hal itu menimbulkan asap dan bisa menganggu lingkungan sekitar.

Pertengahan September 2020, di California, kita kembali melihat keganasan api membakar hutan di sana. Langit berubah warna menjadi orange. Meskipun Indonesia sendiri tidak merasakan dampaknya, karena jarak benua yang begitu jauh, tapi akan sangat berpengaruh bagi kesehatan bumi.

Pembukaan lahan dari warga dan perusahaan adalah salah satu yang harus diwaspadai dengan giat. Para pembuka lahan ini harus diberi pengetahuan tentang tata cara membuka lahan, mengikuti adat atau tidak. Selain itu ada juga pembakaraan lahan yang disengaja, tentu biasanya itu ulang perusahaan.

Jika suatu hari, saya diminta untuk merancang sebuah kota, tentu saya tidak bisa membayangkan hal ini terjadi. Tentu, bagi saya, permasalahan ini belum ada solusinya, kecuali edukasi yang memadai kepada masyrakat. Saya percaya, kota yang baik adalah kota yang mampu menjawab berbagai persoalan warganya. Meskpun bencana alam, bisa datang kapan saja dan kita tidak tahu bagaimana. Setidaknya, kita dapat mengurangi korban dengan pengetahuan.

foto pada postingan ini adalah foto saya yang dimuat di IG Sumberpost:
https://www.instagram.com/p/B2wKS84HGxG/?igshid=cmoo0bnlhs9o

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 69380.97
ETH 3764.30
USDT 1.00
SBD 3.86