Kembali ke Asupan Kopi

Tiga hari sudah saya di Banda Aceh. Sebuah hajat pekerjaan membuat saya keluar dari zona nyaman di Matangglumpangdua, kediaman saya. Di luar pekerjaan, yang membuat saya menyukai Banda Aceh adalah kopi robusta bertajuk Ulee Kareng.

Perlu diketahui saudara sekalian, di kampung asupan kopi sehari-hari saya memang kopi Ulee Kareng tapi yang versi saset seharga seribuan. Kalo minum di warung kenak bayar tiga ribu. Kopi saset berampas itu sehari sekali saya nikmati.

Di warung tempat saya ngopi di kampung, sudah beberapa tidak lagi menyaring kopi Ulee Kareng, melainkan sudah menyeduh dengan mesin, andalannya kopi jenis Arabika. Saya tidak nyaman dengan kopi bikinan mesin. Beberapa warung lain, ada yang menyediakan kopi saring Ulee Kareng, entah kenapa banyak yang tidak pas saringannya.

Makanya, sewaktu di Banda saya girang betul. Kopi saring Ulee Kareng ada dimana-mana. Warung-warung ternama pasti menyediakan kopi Ulee Kareng kualitas tinggi. Setiap ngumpul bareng teman di warung kopi di ibukota, saya pasti pesan kopi Ulee Kareng. Saya sangat menikmatinya.

[WhereIn Android] (http://www.wherein.io)