The Diary Game (July 7, 2020): Liar Di Waktu Malam

Hari ini saya masih mendapatkan jadwal tugas pada shift pagi di Rumah Sakit Teungku Chik Ditiro Sigli. Sehingga sebelum pukul 8 pagi saya sudah tiba di rumah sakit. Setelah melakukan absensi kehadiran, saya segera menuju ke Departemen Radiologi. Saat tiba di Departemen Radiologi, saya segera melakukan serah terima tanggung jawab dengan Radiografer yang bertugas dari shift malam.

Setelah menghidupkan peralatan radiologi, saya mengecek kebersihan ruangan sebelum menerima pasien yang membutuhkan pelayanan radiologi pada hari ini. Setelah memastikan semuanya sudah siap, kami segera membuka pelayanan pemeriksaaan radiologi. Karena masih pagi, pasien yang membutuhkan pelayanan radiologi masih sedikit. Biasanya baru mencapai puncaknya dari pukul 10 sampai pukul 1 siang.

Sekitar pukul 1 siang, jumlah pasien yang membutuhkan pelayanan radiologi semakin berkurang dan saya harus segera ke kantin rumah sakit karena ada rekan-rekan saya yang sudah menunggu saya dari tadi. Mereka mengajak saya untuk membicarakan masalah kegiatan olahraga di lingkungan rumah sakit. Rencananya kami akan mengadakan kejuaraan futsal antar departemen di lingkungan Rumah Sakit Teungku Chik Ditiro Sigli. Ini merupakan pertemuan perdana yang membicarakan masalah bentuk kejuaraan (sistem gugur atau semi turnamen), sumber dana dan jumlah tim yang akan dilibatkan dalam turnamen tersebut. Karena ada departemen yang kekurangan jumlah pemainnya, kami harus menyiasati aturan agar semua terakomodir. Secara garis besar, panitia turnamen ini sudah terbentuk saat ini dan mereka menunjuk saya secara aklamasi untuk menjadi ketua panitianya.

Menjelang pukul 14.00 kami membubarkan diri dan saya kembali ke Departemen Radiologi untuk melakukan serah terima tanggung jawab dengan Radiografer yang bertugas pada shift siang. Kemudian saya pulang ke rumah dan beristirahat.

Sekitar pukul 4 sore saya sudah terbangun dari tidur, saya masih bermalas-malasan di tempat tidur. Istri saya di dapur sedang menggoreng sesuatu, saya bisa mendengarnya dari suara sesuatu yang dimasukkan ke dalam minyak goreng yang dipanaskan. Sejurus kemudian istri saya membawa dua piring yang berisi tempe goreng dan sausnya ke kamar tidur. Saya memakannya dengan lahap karena ini merupakan cemilan kesukaan saya. Saus tersebut terbuat dari kecap manis yang diberikan perasan jeruk nipis dan di campur dengan bawang merah dan bawang putih yang di telah goreng.

Di malam hari, saya dihubungi oleh sahabat-sahabat saya, mereka mengajak saya untuk ke Lamlo (bagian dari Kecamatan Kota Bakti, Kabupaten Pidie, Aceh) yang jaraknya sekitar 30 menit dari Kota Sigli. Itu merupakan sebuah tempat yang terkenal dengan "Lemang" (beras ketan yang di masukkan dalam bambu dan di panggang). Di tempat ini saat kami tiba sekitar pukul 11 malam pengunjungnya masih sangat ramai, tempat ini baru menyediakan "Lemang" dari sore sampai malam. Kami segera mencari tempat duduk dan memesan "Lemang" serta "Boh Manok Weng" (kuning telur yang di blender dan di campur dengan kopi atau teh). Rasanya sangat enak. "Lemangnya" sangat lembut apalagi memakannya di campur dengan "Boh Manok Weng". Rasanya sangat nikmat.

Menjelang pukul 1 dini hari, kami baru pulang dari tempat tersebut dengan perut kekenyangan. Malam ini kami sangat puas dengan kuliner khas daerah tersebut.