The Diary Game (August 1, 2020) - Day 1 : Membimbing dan Melihat Antusiasme Mereka

Bunyi deringan alarm itu seperti tidak dapat berkompromi dengan lelapnya tidurku di pagi ini. Semakin lama, alarm yang saya atur di smartphone berdering semakin tinggi suaranya. Dalam mata tertutup saya mencoba meraih smartphone untuk mematikan suara alarm tersebut. Tapi lima menit kemudian alarm kembali berbunyi. Kali ini suaranya tersebut semakin tinggi seakan ingin membentak saya untuk segera bangun dari tidur. Saya sengaja mengatur alarm di waktu pagi di smartphone untuk berdering dua kali dalam interval lima menit. Agar saya dapat bangun tidur tepat waktu.

Tidak berapa lama dari saya bangun tidur pukul 05.00 pagi, istri saya sudah menyiapkan secangkir air hangat yang di campur dengan madu dan irisan lemon. Secangkir minuman yang saya percaya dapat meningkatkan anti bodi bagi tubuh saya. Apalagi di masa pandemi Covid-19, menjaga kesehatan merupakan sebuah keharusan agar selalu fit dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Kemudian saya bersama istri melakukan aktivitas yang sudah menjadi rutinitas kami di waktu pagi saat di kampung halaman, yaitu berjalan kaki dengan irama cepat mengelilingi pedesaan yang berbatasan dengan persawahan. Kenapa harus berjalan dengan cepat? Karena berdasarkan literatur yang baca di media online, dengan berjalan cepat maka akan meningkatkan kinerja jantung dalam memompa darah sehingga sangat baik untuk menjaga kesehatan kita.

Saat berjalan kaki di waktu pagi, saya menyaksikan panorama hamparan sawah yang sedang menghijau laksana permadani yang membentang tanpa batas. Sebuah panorama yang sangat saya sukai saat menyusuri jalan di pagi hari. Kami berjalan kaki mengelilingi pedesaan selama sekitar satu jam dan saya perkirakan menempuh jarak sekitar 5-6 kilometer.

Setelah tiba di rumah dari berjalan kaki di waktu pagi, saya beristirahat sejenak di depan teras rumah sambil melihat orang lalu lalang di depan rumah, rumah orang tua dari istri saya ini terletak di pinggir jalan. Sehingga sangat ramai orang yang lewat di waktu pagi. Keringat yang keluar dari tubuh saya perlahan mulai mengering dan saya menuju ke dalam rumah untuk sarapan.

Sekitar pukul 8 pagi saya segera menuju ke tempat pemotongan hewan qurban desa kami. Di sana sudah ada beberapa ekor lembu dan kambing yang akan disembelih dan di ambil dagingnya untuk dibagikan kepada orang-orang yang kurang mampu. Saya sendiri bersama warga desa ikut membantu pelaksanaan qurban ini, ada 9 ekor lembu dan 7 ekor kambing yang di sembelih. Saya menghabiskan waktu sampai siang sekitar pukul 12 di tempat pemotongan hewan qurban ini. Setelah hasil qurban dibagikan kepada orang-orang yang kurang mampu, kami membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.

Tiba di rumah, perut saya sudah keroncongan dan saya langsung menuju ke meja makan untuk menyantap makan siang. Saya lihat adik lelaki saya sudah terlebih dahulu hadir di meja makan, akhirnya kami bersama-sama menikmati hidangan makan siang. Setelah selesai makan siang sekitar pukul 2 siang, saya menuju ke salah satu warung kopi yang ada di desa saya. Dari tadi @nazarul dan @ikhsan01 sudah menunggu saya untuk berkonsultasi mengenai aturan The Diary Game. Tidak beberapa lama kemudian @herimukti dan @fooart juga ikut bergabung.

Selain itu saya juga harus membalas pesan di aplikasi Whatsapp. Karena @green07, @fajar.perangin79 dan @patekuinj juga ikut berkonsultasi dengan saya. Melihat semangat dan antusiasme para Steemian yang sudah lama vakum dan yang baru saja saya rekrut ini saya sangat senang. Saya selalu merayu, memotivasi dan membimbing mereka agar mau kembali menulis dan mengikuti kontes The Diary Game.

Selain itu, saya juga melakukan kurasi, voting, dan memberikan komentar pada postingan Steemian lain melalui smartphone. Saya juga ikut mengomentari beberapa postingan Steemian di Asia Tenggara untuk mengajak mereka mengikuti kontes The Diary Game, hampir semuanya mendapatkan respon yang positif.

Di warung kopi ini saya nongkrong dan memberikan bimbingan kepada mereka sampai pukul 5 sore. Kemudian saya pamit untuk pulang ke rumah dan beristirahat sejenak. Menjelang malam, keponakan saya mengganggu saya di atas tempat tidur, dia mengajak saya untuk bercerita dongeng tentang kisah monyet dan hewan lainnya. Dia sangat antusias mendengarnya sambil sesekali bertanya kelanjutan kisahnya.

Di waktu malam, saya kembali nongkrong di salah satu warung kopi di desa saya. Saat saya tiba di sana, sudah ada beberapa Steemian yang di bawah bimbingan saya sedang menunggu saya. Mereka sedang menyiapkan tulisan The Diary Game dan berkonsultasi dengan saya sebelum memposting di Steemit. Di warung kopi ini, saya menghabiskan waktu sampai dini hari bersama mereka dan menjelang pukul 1 dini hari saya kembali ke rumah untuk beristirahat.