World Clean Up Day 2021||menanam pohon sawit

Menurut riwayat yg saya baca dan sahih. Pohon kelapa sawit ini bukan pohon pribumi. Ia baru datang ke Nusantara pada pertengahan abad 19.

Cerita bermula dari 4 butir biji. Dibawa Belanda dari benua Afrika. Tahun 1848. Lalu ditanam. Di kebun Buitenzorg. Tumbuh. Subur.

Ternyata tak lama kemudian mereka berbuah. Tanda mereka senang dan bahagia. Mau berbiak di tanah baru. Bijinya berkali lipat banyaknya dibandingkan saat awal kedatangan.

Bakal tumbuhan baru itu dibagi-bagikan. Gratis. Ada yg dibawa ke Sumatera. Ditanam jadi tanaman hias pinggir jalan.

Hanya perlu waktu setengah abad untuk mengubah pohon ini jadi tanaman industri yg menjanjikan. Beribu hektar lahan ditanami. Buahnya diolah jadi minyak. Diekspor ke Eropa yg sedang gegap gempita dgn revolusi industri.

Lima tahun sebelum negeri ini memproklamasikan kemerdekaan. Sudah ada 100.000 hektar lebih kebun pohon ini.

Hingga 75 tahun setelah Indonesia merdeka tercatat lebih dari 14.200.000 hektar lahan ditanami pohon ini. Anda bisa menghitung sendiri kecepatan laju pertumbuhannya.

Dalam rentang waktu 80 tahun itu. Sekira panjang umur seorang manusia. Tentu ada banyak kisah yg terjadi.

Cerita duka. Kepedihan. Penderitaan anak manusia. Bahkan mungkin ada kisah tentang perbudakan. Hilangnya hak kemanusiaan.

Ada banyak darah yg ditumpahkan. Ada banyak derita yg harus dirasakan. Atau bahkan nyawa yg melayang hilang.

Semua itu berjalan seiring dgn kisah kebahagiaan. Kesuksesan. Kesenangan. Ada banyak orang bisa keluar dari kemiskinan tersebab pohon ini. Menjadi sumber penghidupan mereka.

Bersamaan dgn itu ada juga kisah tentang keculasan. Kedunguan. Perilaku korup. Penipuan. Kebohongan. Dan sederet keburukan lainnya.

Beriringan pula dengannya cerita tentang heroisme. Semangat berderma. Tolong menolong. Pengorbanan. Kejujuran. Dan sejumlah sifat kebaikan lainnya.

Alam pun seperti halnya manusia. Juga merasakan penderitaan sekaligus kebahagiaan.

Satu hal yg tak terbantahkan. Pohon ini bukan pribumi. Dibawa penjajah ke negeri kita. Tapi hari-hari ini ia telah jadi primadona kita bersama. Darinya kita menikmati banyak hal.