Habis Geli oleh Gelitik, Habis Miang Karena Bergisik

in pehtem3 years ago (edited)

Sesuatu yang kurang menyenangkan akan hilang dengan sendirinya bila sudah terbiasa

image.png
dulu, foto beginian tidak pernah terpikir. Bila ikut piknik dengan teman sekolah, tugasku memegang kamera dan memotret orang. Kalau difoto juga selalu pasang muka manyun biar beda sama yang lain, lol. Sekarang kalau foto bareng kawan atau siapa saja, selalu berusaha tidak merusak suasana dan pemandangan.

Hidup di negeri seperti Aceh selama 41 tahun sebelum hijrah ke Tangerang Selatan membuatku sulit beradaptasi pada awalnya. Terutama ketika melihat anak-anak masih berteriak-teriak di jalanan saat azan magrib berkumandang. Atau mendengar teriakan orang berjualan segala macam makanan dengan aneka bunyi-bunyian pada saat azan berkumandang. Ini adalah hal yang paling mencengangkan bagiku, sebab terbiasa dengan segala sesuatu jadi senyap ketika terdengar suara azan selama di kampung halaman. Tidak kuprotes tentu saja, lain lubuk lain ikan. Jadi perlahan mulai terbiasa. Kadang merasa nggak enak sendiri sama tukang sayur yang seringnya berhenti di depan pagar tepat ketika terdengar iqamah dari mesjid, suruh lewat saja dulu tapi baliknya lama dan akibatnya jadwal makan siang molor hingga ke pukul 2.


Abaikan fotonya, itu hanya gimmick karena sedang nggak punya stock foto yang cocok untuk judul tulisan. Ketika Pandemi Covid-19 mulai menghambat aktifitas kelayapan pada bulan maret 2020, memakai masker saat hendak keluar untuk belanja keperluan bulanan sangat merepotkan. Tapi setelah beberapa minggu, semua jadi berbeda. Seperti ada yang aneh bila tidak memakai masker meskipun cuma belanja di depan pagar. Sebagian orang mungkin menganggap itu seperti tindakan seorang "paranoid", tapi bagiku cuma itu cara paling murah dan mudah untuk menghindar dari tertular. Pak RT kami sekeluarga 8 orang sekarang harus melakukan isoman karena dinyatakan positif kena covid-19.

Tahun lalu shalat Idul Adha berlangsung dengan protokol kesehatan yang ketat, Jama'ah muslimah melaksanakannya di dalam mesjid sedangkan jama'ah muslim melaksanakannya di jalan raya dalam komplek. Tahun ini semua ditiadakan, termasuk aktifitas Qurban. Awalnya agak kurang seru, karena biasanya setiap jelang Idul Adha, halaman mesjid akan berubah jadi kandang kambing dan sapi dadakan, para marbot dapat tugas dan pendapatan tambahan dari menyediakan dan mengurus hewan calon Qurban. Warung Bapak juga jadi agak lumayan pendapatannya karena ramainya orang-orang singgah untuk memilih hewan Qurban atau para penerima daging Qurban yang berasal dari warga sekitaran kompleks.


Kegiatan piknik bersama keluarga juga sudah lama ditiadakan. 2 tahun terakhir rumah jadi super sepi pada saat lebaran, karena cucu dan cicit tidak bisa hadir, apalagi mikir untuk pergi saling berkunjung. Bapak yang paling terlihat sedih, namun sekarang tampaknya sudah mulai terbiasa. Biasanya sebulan sekali bila anak bungsunya tidak hadir di rumah, dia akan minta aku atau maslakoe menelpon Dyah agar datang bersama suaminya. Sejak PPKM darurat berlangsung, beliau sama sekali tidak bertanya.

Meski begitu, Bapak tetap membuka warungnya setiap hari karena memang hanya itu kesibukan yang beliau senangi. Meskipun sepi pembeli, namun orang-orang yang menitipkan jajanan seperti kue dan kerupuk tetap harus dilayani. Membaca atau menonton berita tentang aneka tingkah laku orang-orang saat menghadapi pandemi ini akhirnya cuma dijadikan hiburan semata. Kenapa? keadaan yang tidak menyenangkan ini, seharusnya sudah ada antisipasi sejak setahun yang lalu. Tapi kan masing-masing orang punya kebutuhan dan kesadaran yang berbeda.

Setahun berlalu, harusnya pemerintah sudah selesai mengurusi perkara belajar daring agar tidak merugikan para pelajar yang punya kesulitan belajar. Alat untuk memindai sertifikat vaksinasi harusnya sudah mulai disediakan ketika vaksinnya siap edar. India punya lebih banyak penduduk daripada Indonesia tapi mereka bisa mengatasi "gelombang kedua" dengan cepat. Pada saat itu terjadi seharusnya pemerintah dan masyarakat sudah bersiap juga. Namun yang terjadi begitu dahsyat dan nyaris tak terkendali. Mungkin ya begini, Habis Geli karena Gelitik, Habis miang karena Bergisik. Kita jadi biasa bila mendengar ada yang terkena Covid, biasa mendengar angka kematiannya makin tinggi. Apalagi lokasinya bukan di wilayah kita tinggal, bukan saudara kita yang jadi korbannya.

Sort:  

Dulu saya juga merasakan perbedaan luar biasa, waktu pertama-Tama datang ke Jakarta tahun 1989. Harus belajar beradaptasi....

 3 years ago 

sebenarnya nggak sulit beradaptasi kan bang? cuma lantaran rindu kampung saja, maka sulit terbiasa. Sekarang saking terbiasanya, sudah nggak peduli pun.. hahaha

Anda Betoel 100%..., hana kureng lee. ha ha ha

Semoga bila pandemi covid-19 berakhir,ppkm pun tak ada lagi,buk Cici dan sekeluarga bisa berkumpul bareng dengan keluarga besar di Aceh.

 3 years ago 

aamiin, terima kasih

Sama-sama buk cici

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.13
JST 0.028
BTC 57034.02
ETH 3084.35
USDT 1.00
SBD 2.41