Steemit Engagement Challenge Season2 #week2 | Markdown Style Contest : Memanfaatkan Barang Bekas dan Halaman Rumah yang Sempit

25% dari pendapatan ini saya sumbangkan ke worldsmileproject

Hello Steemians

Pada kesempatan ini saya berusaha ikut serta dalam Steemit Engagement Challenge Season2 #week2 yang diadakan oleh Tim Komunitas STEEM FOR BETTERLIFE pada minggu ini. Mengingat minggu kemarin saya ketinggalan kereta dalam mencari bahan yang tepat untuk mengikuti Steemit Engagement Challenge Season2 #week1. Alhamdulillah pada Minggu ke 2 ini, Temanya sangat berhubungan dengan rutinitas saya sehari-hari, yaitu aktivitas dalam menjaga lingkungan.

---

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Tim Komunitas STEEM FOR BETTERLIFE yang telah menyelenggarakan Steemit Engagement Challenge Season2 ini. Sungguh ini merupakan tantangan yang wajib diikuti oleh semua Steemians dalam menjaga lingkungan.

---

Semenjak berumah tangga dengan @khairunnisak17 pada akhir 2020 (lebih tepatnya tanggal 17 Desember 2020), saya langsung mengajaknya untuk hidup mandiri dengan menyewa (kontrak) rumah. Tahun pertama pernikahan kami, saya menyewa rumah di Komplek KPR ABRI Bawah, Cot Girek, Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Saat tinggal disana, saya tidak bisa melakukan banyak hal untuk menjaga lingkungan, selain menjaga kebersihan lingkungan rumah. Halaman rumah sempit dan teras pun di semen membuat saya kewalahan menanam sesuatu.

Pada tahun ke 2 pernikahan kami, kami memutuskan untuk pindah rumah (menyewa rumah di tempat lain). Kami mendapatkan rumah di samping Meunasah Blang Crum (berselang 2 rumah ke arah jalan Banda Aceh – Medan). Rumah yang strategis bagi kami yaitu dekat dengan tempat ibadah (Meunasah) dan dekat dengan pasar tradisional (memudahkan ummi Dek Shanum untuk belanja kebutuhan sehari-hari).

Rumah dengan halaman kecil dan kerap terbenag air setelah hujan, membuat saya harus siap siaga menjaga lingkungan. Kebersihan harus diprioritaskan. Terutama kebersihan got/selokan pembuangan air kamar mandi. Agar air hujan tidak merembes ke dalam rumah.

Gambar.1. Denah rumah saya : aksiran adalah tempat tanaman palawija

Pada saat pertama kali tinggal di rumah ini, terdapat tumpukan pasir dan Batako di pekarangan rumah. Pasir dan Batako tersebut merupakan sisa pembuatan pagar beton di bagian depan rumah oleh pemilik rumah tersebut. Di sudut kiri pekarangan rumah terdapat Septic Tank yang membuat halaman rumah semakin sempit. Sehingga di atas Septic Tank tersebut saya mengikat beberapa tali untuk menjemur pakaian.

Tumpukan pasir dan Batako saya rapikan menjadi sebuah taman mini di pekarangan rumah. Taman mini tersebut saya tanami dengan beberapa tanaman palawija. Tentu ini merupakan kesempatan kami (saya dan ummi Dek Shanum). Mengingat pada masa-masa pandemik hampir semua kebutuhan dapur (sembako) melambung tinggi harganya. Hingga Hari ini (Rabu, 15 Juni 2020) harga cabai merah tembus Rp. 90.000/kg (harga di pasar tradisional dekat rumah kami). Hal ini membuat saya sangat antusias menanam dan merawat taman mini tersebut.

Gambar 2.1. Halam rumah yang sempit

Gambar 2.2. Halaman yang sempit : saya manfaat semaksimal mungkin

Adapun tanaman palawija yang sudah saya tanam di pekarangan rumah yaitu terong ungu, cabai rawit, cabai merah, tomat, seledri, serai, jahe, kunyit, pandan dan pohon jarak. Semuanya merupakan tanaman yang kaya manfaatnya. Salah satunya yaitu pohon jarak. Dimana getahnya dapat digunakan sebagai obat sakit perut dan obat luka luar. Tanaman lainnya tentu Steemians lebih tahu manfaatnya. Diantara sekian banyak tanaman palawija yang saya tanam, terong ungu dan serai yang lebih mendominasi. Karena kedua tanaman tersebut sangat mudah tumbuh. Sedangkan tanaman hias yang ada di antara tanaman palawija merupakan peninggalan pemilik rumah tersebut.

Gambar 3. Taman miniku : Cabai rawit, tomat dan terong sudah pernah di panen

Mengingat beberapa tanaman palawija yang sudah mati akibat cuaca panas beberapa minggu yang lalu dan masih ada tempat yang kosong untuk mengisi pot/media tanam. Saya mencoba memanfaatkan barang-barang bekas seperti botol air mineral, botol pembersih kamar mandi dan galon air yang sudah pecah sebagai pot/media tanam tanaman palawija. Pot tersebut saya olah secara manual dengan memotong dan memberi lubang menggunakan paku yang saya panaskan menggunakan lilin. Untuk botol air mineral tempel di dinding pagar beton. Sedangkan untuk botol pembersih kamar dan galon air saya potong-potong menjadi pot biasa.

Gambar 4.1. Bahan-bahan bekas

Gambar 4.2. Pencampuran tanah dengan pupuk organik

Gambar 4.3. Bahan bekas : proses membuat pot/media tanam

---

Tips Membuat Media Tanam

1. Campurkan tanah dengan pupuk organik dengan perbandingan 3:1
2. Isi pot/polibag dengan tanah campuran tersebut hingga menyisakan ruang kosong 1 ruas jari
3. Sirami media tanam setiap hari seperti menyirami tanaman
4. Diamkan sampai tumbuh rumput di dalamnya (sekitar 1-2 Minggu). Gunanya untuk menstabilkan unsur ara di dalam media tanam.
5. Tanam tanaman yang diinginkan

---

Sekian aksi saya dalam menjaga lingkungan dengan memanfaatkan barang bekas dan memanfaatkan halaman rumah untuk menanam tumbuhan yang kaya manfaat. Baik manfaat untuk kebutuhan dapur maupun untuk obat-obatan tradisional.

Melalui tulisan ini saya mengajak Steemians untuk mengubah kebiasaan menghias pekarangan rumah dengan tanaman hias yang harganya ratusan hingga jutaan dengan menanam tanaman yang kaya manfaatnya. Walaupun tidak bermanfaat secara langsung untuk kita, setidaknya bisa memberi manfaat untuk tetangga kita yang membutuhkan.

Ayo kita mulai dari diri sendiri dan dari rumah kita sendiri

SaLaM
@sabarman
Myself
Facebook
Instagram