Ngaji Filsafat “Kesabaran” Oleh Dr. Fahruddin Faiz | Catatan Hidayaturridha

in STEEM FOR BETTERLIFE4 months ago (edited)

WhatsApp Image 2024-06-05 at 10.25.35 (1).jpeg

Assalamu’alaikum sobat stemian semuanya, bagaimana kabarnya? semoga sobat sekalian senantiasa sehat selalu.

Pada tulisan ini, saya mencoba merangkum dan meringkas pembahasan ngaji filsafat bareng Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag dengan tema “kesabaran” pada tgl 29 mei 2024 lalu.

Pembahasan diawali dengan sebuah pernyataan “apakah sabar ada batasnya?”, tentu suatu awalan yang menarik untuk didengar lebih lanjut, bagaimana tidak, dengan mendengar pernyataan tersebut mayoritas jamaah yang hadir tersenyum seakan-akan mengisyarakat “inilah yang ditunggu-tunggu”.

Kemudian Dr. Faiz menjelaskan terkait beberapa definisi sabar yang merujuk kepada pendapat beberapa Filsuf hebat terdahulu yaitu Aristoteles (Filsuf Yunani), Epictetus (Filsuf Yunani), dan Ibnu Miskawaih (Filsuf Iran). Berikut definisi sabar dari ketiga tokoh tersebut:

  1. Aristoteles: Sabar adalah kemampuan menanggung penderitaan dan kesulitan dengan sikap yang mantap dan tenang.
  2. Epictetus: Sabar adalah kemampuan menjaga kedamaian batin, apapun keadaan eksternalnya.
  3. Ibnu Miskawaih: Sabar adalah keadaan jiwa yang teguh ketika berada dalam kondisi yang sulit dan menyakitkan serta dengan ruh yang agung dan jiwa yang kuat menanggung semua hal tersebut tanpa menampakkan keluhan dan tindakan yang bertentangan dengan kebaikan.

Berikutnya Dr. Faiz menyinggung terkait ciri umum yang dimiliki oleh orang yang sabar, adapun ciri tersebut yaitu:

  1. Tidak suka terburu-buru (karena apa-apa perlu proses, tidak instan)
  2. Tidak suka berebut (semua ada proses, semua ada waktunya), seperti matahari berputar sesuai porosnya, jika pagi ia terbit maka malam ia terbenam, tidak mungkin terbalik atau tidak terbit sama sekali, kecuali dunia telah berakhir.
  3. Tetap tenang di tengah ketidakpastian (orang sabar itu orang sadar).
  4. Memberi kesempatan lebih kepada orang lain (tetap positif kepada sesama).
  5. Mampu mengontrol emosi (orang sabar itu orang kuat) tau kapan harus ngegas, kapan harus ngerem, tau waktunya. Maka dari itu perbanyak latihan sabar.
  6. Fokus mencari solusi (orang sabar dalam kerumitan dan kesusahan yang dihadapi tetap bisa fokus dan tenang).
  7. Percaya bahwa semua orang berusaha melakukan terbaik (orang sabar selalu positif thinking kepada orang lain, karena pikiran baik akan mendatangkan hati yang tenang).

Adakah ciri tersebut pada kita? Mari renungi dan intropeksi diri kita. Intinya dalam hidup fokus, sabar dan tenang, hilangkan segala rasa khawatir, karena sifat khawatir akan menjadi was-was dan membuat hidup menjadi tidak tenang.

Selanjutnya, Dr. Faiz menjelaskan terkait dengan sabar yang sering disalahartikan, sehingga beliau meluruskan hal tersebut dengan mengatakan bahwasanya:

  1. Sabar tidak sama dengan pasrah (sabar itu selalu berikhtiar dengan baik karena ia yakin segala sesuatu akan berubah menjadi lebih baik, sedang pasrah itu menyerah, tanpa harapan dan keinginan memperbaiki dengan ikhtiar).
  2. Sabar tidak sama dengan penundaan (sabar itu menjalani proses secara tekun meski selangkah-selangkah, sedangkan penundaan: nanti saja, tanpa menjalani hanya berencana namun tidak action)
  3. Sabar tidak sama dengan pasif (sabar itu tetap berusaha mewujudkan keinginan secara aktif dan produktif, meski lama dan banyak rintangan tetap ia lakukan, sedang pasif adalah tanpa atau kurang usaha).

Orang yang berekspresi sesuai keinginan hatinya adalah hal positif, tidak hanya ikut-ikutan apa yang orang lain lakukan, maka dalam hidup tentukan arah dan cita-cita, supaya tidak bermental budak (terpaku dan terpasung tanpa leluasa melakukan setiap hal hanya bisa mengikuti perintah tuannya).

Hidup ini hakikatnya adalah menunggu (menunggu sukses, menunggu kapan ketemuan jodoh, menunggu kapan harus berperan, menunggu menjadi orang yang matang sehingga dapat berkontribusi dalam masyarakat, sampai menunggu kematian, maka dari itu dikala menunggu berikhtiarlah sebaik mungkin tanpa mengeluh serta tidak gampang kedistrack dengan keadaan sekitar, fokus pada tujuan walau tertatih-tatih asal dilakukan secara baik Insyaallah pasti hasilnya akan baik dan indah pada waktunya).

Berikut Sabar Perspektif Filsafat Islam

• Ibnu Sina (Avicenna) : “Sabar ialah wujud dominasi jiwa rasional atas bagian irasional sehingga memberikan konstribusi terhadap kehidupan yang seimbang dan berbudi luhur".

• Imam Al-Ghazali:

  1. Sabar adalah komponen keimanan dan sarana untuk mencapai kedekatan dengan tuhan (Allah).
  2. Sabar adalah menjaga integritas moral dan kedamaian batin.
  3. Tiga jenis sabar: (pertama, sabar dalam ketaatan kepada Allah; kedua, sabar dalam menghindari dosa dan kemaksiatan dan ketiga, sabar dalam menerima ketetapan ilahi).

• Ibnu Rusyd: "Pintu kesembuhan adalah sabar dan do'a. Kesembuhan itu separuh diberikan oleh ketenangan. Kepanikan itu separuh dari penyakit" maka dari itu jangan menjadi orang panikan, tetap tenang dikala gempuran menerpa".

• Seyyed Hossein Nasr:

  1. Sabar adalah bagian dari maqamat: berawal dari taubat-zuhud-wara-tawakal-sabar-ridha-faqr-ikhlas-mahabbah- hingga mencapai tahap akhir yaitu ma'rifah.
  2. Kesabaran adalah anti tesis dari nalar modern yang serba pragmatis-materialistic dan mengejar kesenangan egoistik belaka. Nauzubillah

Rukun sabar:

  1. Al-Sumt (Tenang dan diam)
  2. Al-Tahamul (kuat menanggung beban kesulitan)
  3. Tark Al-Syakwa (Meninggalkan Keluhan)
  4. Husn Al-Dhann Billah (berprasangka baik kepada Allah)
  5. Kasrat al-Du'a (banyak berdo'a, karena solusi penderitaannya adalah Allah SWT)

Hikmah Sabar:

  1. Mengurangis Stres
  2. Meningkatkan Kualitas Hubungan
  3. Meningkatkan Produktivitas
  4. Membangun Ketahanan

Yang melemahkan kesabaran:

  1. Lemahnya keimanan dan kurangnya keyakinan.
  2. Lemahnya Jiwa
  3. Ketertipuan Oleh Syahwat
  4. 4.Lenyapnya Ridha atas ketetapan Allah (rumusnya Radhiyallahu anhum waradhu anhu)

Sabar dalam kenikmatan:

  1. Al- Intibah (tetap fokus, sadar dan mengendalikan diri)
  2. Menghindari Israf/berlebihan
  3. Ri'ayah Al-tawadhu: Menjaga kerendahan hati (semua anugerah Allah)
  4. Ri'ayah Al-Qalb: Menjaga hati

Nah yang terakhir menjawab pernyataan pada pembahasan awal, apakah sabar ada batasnya?
Jawabannya adalah Ada
Secara natural (kodratnya manusia):

  • persepsi (saatnya harus bergerak tidak diam saja)
  • Konteks dan situasi (Ngalah, Ngalih, Ngamuk)
  • Emosi (Mengatasi rasa sakit, karena level ketahanan masing-masing)
  • Ekspektasi (Harapan orang berubah, tapi tidak berubah-ubah maka saya harus beraksi)
  • Frustasi

Secara Ideal

  • Jangan sabar dalam keburukan, kejahatan, ketidakbenaran, ketertindasan.
  • Ketidakpuasan hidup (jangan sabar dengan hidupmu yang masih banyak kurangnya, kamu harus gerak, kamu harus mengatasi hal tersebut, berjuanglah)
  • Tuntutan ideologi/pandangan hidup

Intinya Fashbir Sabran Jamila (bersabarlah dengan sabar yang baik). Taklukkan Ego Untuk Menghidupkan Sabar, ubah sudut pandang negatif dengan sudut pandang positif. Karena sejatinya Istiqomah dalam kebaikan adalah sebuah kesabaran yang baik.

Demikian rangkuman dan ringkasan pembahasan ngaji filsafat bareng Dr. Fahrudin Faiz dengan tema “kesabaran” pada tgl 29 mei 2024 lalu, semoga bermanfaat.

Wallahu A’lam Bisshowab

Wassalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

WhatsApp Image 2024-06-05 at 10.26.48 (2).jpeg
Pemateri Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag dan Al-Faqir Hidayaturridha

Sort:  

Luar biasa pencerahan yang sangat bermanfaat bagaimana agar kita dapat menjalani sabar dalam keadaan bersyukur

Alhamdulillah, semoga bermanfaat.

Loading...

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 62153.21
ETH 2411.09
USDT 1.00
SBD 2.64