Bitcoin Conference 2022, Akankah Proyeksikan Nasib Cryptocurrency di Masa Depan?
Berbicara soal cryptocurrency tentu tidak lepas dari remeh-temeh konspirasi. Konspirasi sekelas kejahatan internasional semisal terorisme dan perdagangan narkoba antarnegara tak jarang menyeret isu crypto di dalamnya. Sentilan aspek politik juga tak ketinggalan meramaikan isu ini. Seperti yang baru-baru ini terjadi, misalnya, kasus pencurian crypto ulah hacker Korut yang konon hasil curiannya disinyalir untuk mendanai negara tersebut. Kontra dengan ihwal tadi, masih banyak yang optimis akan masa depan mata uang crypto.
Bukti nyata optimisme mereka baru-baru ini terlaksana, Bitcoin Magazine, media berita yang mengusung bitcoin dan aset crypto lain, untuk kedua kalinya menggelar cryptocurrency conference terbesar di Amerika Serikat. Event yang diberi nama Bitcoin Conference ini digelar di Miami Beach, Florida selama empat hari mulai tanggal 6 sampai 9 April 2022. Perhelatan ini tentu saja dihadiri oleh para whale BTC dan tokoh terkemuka lain, sebut saja Michael Saylor, Nayib Bukele, Matt Odell, Jeff Booth, Elizabeth Stark, dan Andrew Yang.
Bitcoin Conference 2022. Sumber
Silakan tonton livestream-nya di sini, sebab saya tak mungkin menjabarkan isi konferensi yang durasinya hampir 10 jam di sini. Yang jelas, para bitcoin enthusiasts itu menawarkan BTC sebagai solusi dari permasalahan yang tak mampu diselesaikan uang fiat. Bahkan, ada seorang pembicara yang dengan beraninya mengeluarkan frasa "fiat ponzi" di tengah-tengah konferensi. Tindakannya sungguh berani.
Meski bitcoin saat ini mencapai titik anjlok, salah seorang whale menyarankan agar trader dan holder tidak gegabah melakukan panic selling. Justru kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk membeli sebanyak-banyaknya. "And you supposed to actually be happy if the prizes goes down, so you can buys more, for the f**king kids", begitu cuplikannya.
Logo Bitcoin Convention. Sumber
Sementara itu, kubu seberang mulai berang dengan masifnya pertumbuhan mata uang crypto belakangan ini. Dalam Berkshire Hathaway Annual Meeting 30 April lalu, Warren Buffet secara mentah-mentah menunjukkan kalau dia denial dengan keberadaan cryptocurrency, utamanya bitcoin. Raja properti itu dengan gamblang menyatakan kalau bitcoin adalah emas buatan yang tidak bernilai, pengembangannya adalah hal yang menjijikkan dan berlawanan dengan prinsip peradaban manusia. "If you owned all of the bitcoin in the world and you offered it to me for $25, I wouldn’t take it", tuturnya.
What! Bisa-bisanya Opa Warren Buffet bilang kalau keberadaan cryptocurrency kontradiktif dengan prinsip peradaban manusia. Itu tidak berlawanan sama sekali, lho, Eyang Buffet. Sebab, kalau berbicara soal peradaban yang umurnya jauh lebih uzur dari umur Buffet, kita berbicara soal sudut pandang evolusi. Dalam sudut pandang evolusi, tidak ada yang namanya baik dan buruk kecuali apa-apa yang mengancam eksistensi spesies kita. Mencarutmarutkan keberlangsungan spesies artinya melenceng dari aturan dasar berperadaban, sisanya tidak. Manusia purba memang tidak mengenal teknologi blockchain yang terdesenteralisasi, sama seperti mereka tidak tahu menahu soal modus operandi saham dan properti.
Potret opa (bukan oppa) Warren Buffet. Sumber: Reuters
Mengingat kedua kubu yang hampir sama powerful-nya, bukan tidak mungkin eksistensi salah satunya akan "tinggal kenangan" alias lenyap. Menurut anda, kubu mana yang akan memenangkan pertarungan ini, crypto-enthusiast atau crypto-hater?
Banyak yang anti Crypto karena salah satunya bisa digunakan untuk pencucian uang, dan kebanyakan negara tidak bisa memperoleh pajak dari hasil crypto.
Belum lagi tinjauan agama dalam memandang crypto sebagai alat jual beli yang sah tidaknya. Sehinggaa polemik pro kontra terus berlangsung dan sedikit banyaknya juga berdampak pada spekulasi dan nilai jualnya.
Kalau soal agama, hana pat bantah asal ada fatwa yang jelas.