Markdown Style Contest: One Day With Your Family - Explore Zero Kilometer Indonesia |

in STEEM FOR BETTERLIFE2 years ago

Nol Kilometer_01.jpg
Taking a photo with the family on the Kilometer Zero Monument in Sabang, Indonesia. The background is the Indian Ocean.


The territory of Indonesia stretches from Sabang to Merauke which is 5,245 kilometers or equivalent to one-eighth of the earth's circumference. Sabang, which is included in Pulau Weh, has the Zero Kilometer Indonesia monument which is now one of the tourist destinations in Aceh.
I have visited Zero Kilometer several times, which is located at an altitude of 43.6 meters above sea level. However, on August 6-8 2022, I had the opportunity to visit a number of tourist destinations in Sabang with my family. One of the destinations we explored was Zero Kilometer.

We went with alumni of 91 STM Negeri Bireuen who held a reunion there. It so happened that Sis Suci, my first child, wanted to return to Banda Aceh because it was nearing college. We took this opportunity to take a vacation together to Sabang and visit Tugu Kilometer Zero Indonesia.


Nol Kilometer_02.jpg
Dek Rafa is looking at the Indian Ocean.


It only takes about 30 minutes from downtown Sabang to the Zero Kilometer Monument. Incidentally we visited not in the holiday season so not many people visit there and the roads are not jammed.

As soon as the minibus we visited stopped at the parking lot, Kak Uci immediately asked for souvenirs at the entrance. The price turned out to be more expensive than the souvenir shop near the Kilometer Zero Monument. It becomes an experience in tourist areas not to rush to buy souvenirs before exploring some souvenir shops.

We climbed to the top of the monument and watched the beauty of the Ocean from a height. I love the location with an exotic tree and beautiful blue sky. Several times I have taken pictures with the background of the tree, the sky, and the Indian Ocean. This time, I had the opportunity to take pictures with my family. Unfortunately, my second child, Kak Amira, couldn't come because she was in school. Bang Atha and Dek Rafa also had to skip school for two days in order to come to Sabang.

After taking pictures above and in front of the monument, I took my family down to the beach. I've been there and the beach looks beautiful. Apparently, the location is now closed because the plank bridge is already fragile.

We decided to go back. My wife bought Acehnese rujak on the way to the bus. I've also bought rujak there several times with the same seller. The taste is appetizing. The price is about 2 Steem only.

I enjoyed the salad on my way home to another tourist destination. The roads in Sabang are small with sharp turns, making drivers have to be careful because previously there were residents who died falling into a ravine. The green scenery on the left and right makes the trip feel more comfortable.

Have you ever been to Sabang? Don't forget to visit Kilometer Zero and share your story here. Thank you for reading to the end.[]


Nol Kilometer_03.jpg
Melamun di depan Tugu Nol Kilometer Indonesia di Sabang, Aceh.


Nol Kilometer_04.jpg
Kak Uci dan Bunda setelah belanja souvenir di Nol Kilometer Sabang.


Nol Kilometer_05.jpg
_Saya dan keluarga berfoto dengan Alumni 91 STM Negeri Bireuen di Tugu Kilometer Nol Indonesia.


Markdown Style Contest: One Day With Your Family - Explore Zero Kilometer Indonesia

Wilayah Indonesia terbentang luas dari Sabang sampai Merauke yang jaraknya mencapai 5.245 kilo meter atau setara dengan seperdelapan keliling bumi. Sabang yang masuk dalam Pulau Weh, memiliki tugu Nol Kilometer Indonesia yang kini menjadi salah satu destinasi wisata di Aceh.

Saya sudah beberapa kali berkunjungi di Nol Kilometer yang terletak di ketinggian 43,6 mdpl. Namun pada 6-8 Agustus 2022 lalu, saya memiliki kesempatan mengunjungi sejumlah destinasi wisata di Sabang dengan keluarga. Salah satu destinasi yang kami eksplorasi adalah Nol Kilometer.

Kami pergi bersama alumni 91 STM Negeri Bireuen yang menggelar reuni di sana. Kebetulan Kak Suci, anak pertama saya, ingin kembali ke Banda Aceh karena sudah mendekati masa kuliah. Kesempatan itu kami gunakan untuk berlibur bersama ke Sabang dan mengunjungi Tugu Kilometer Nol Indonesia.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari pusat Kota Sabang menuju Tugu Kilometer Nol. Kebetulan kami berkunjung bukan di musim liburan sehingga tidak banyak yang berkunjung ke sana dan jalanan tidak macet.


Nol Kilometer_06.jpg
Membeli rujak. Hanya 2 Steem saja harganya.


Begitu minibus yang kami kunjungi berhenti di parkiran, Kak Uci langsung menanyakan souvenir yang terdapat di mulut jalan masuk. Harganya ternyata lebih mahal dibandingkan dengan toko souvenir yang di dekat dengan Tugu Kilometer Nol. Ini menjadi pengalaman di daerah wisata untuk tidak terburu-buru membeli souvenir sebelum mengeksplorasi beberapa toko souvenir.

Kami naik ke puncak tugu dan menyaksikan keindahan Samudra Hindari dari ketinggian. Saya menyukai lokasi dengan sebuah pohon yang eksotis dan langit biru yang indah. Beberapa kali saya sudah berfoto dengan latar pohon tersebut, langit, dan Samudra Hindia. Kali ini berkesempatan berfoto bersama keluarga. Sayangnya, anak kedua saya, Kak Amira, tidak bisa ikut karena sedang sekolah. Bang Atha dan Dek Rafa juga harus bolos sekolah dua hari agar bisa ikut ke Sabang.

Setelah berfoto di atas dan di depan tugu, saya mengajak keluarga turun ke tepian pantai. Saya pernah ke sana dan pantainya terlihat indah. Ternyata, lokasi itu sekarang ditutup karena jembatan papan sudah rapuh.

Kami memutuskan kembali. Istri saya membeli rujak khas Aceh ketika menuju bus. Saya pun sudah beberapa kali membeli rujak di sana sama penjual yang sama. Rasanya menggugah selera. Harganya sekitar 2 Steem saja.

Saya menikmati rujak tersebut dalam perjalanan pulang menuju destinasi wisata yang lain. Jalanan di Sabang yang kecil dengan tikungan tajam, membuat sopir harus berhati-hati karena sebelumnya ada warga yang meninggal terjatuh ke jurang. Pemandangan hijau di kiri dan kanan membuat perjalanan terasa lebih nyaman.

Kalian sudah pernah Sabang? Jangan lupa berkunjung ke Kilometer Nol dan berbagi kisah di sini. Terima kasih sudah membacanya sampai akhir.[]


Nol Kilometer_07.jpg
Bang Atha sudah berada dalam bus, siap untuk pulang.

Sort:  
 2 years ago 

Healing trus nih 😂😁

 2 years ago 

Nggak healing, kok! Malah Adek Rafa yang selalu bilang; "healing kita healing...."

 2 years ago 

Hehe, berarti dek Rafa sama kayak saya 😂

 2 years ago 

Kak Uci sampe nanya, "healing" itu apa, Dek?

Dek Rafa bilang, jalan-jalan liburan....

 2 years ago 

Anak zaman now emang gak ada lawannya 😂

 2 years ago 

Entah dengar di mana dia....

 2 years ago 

Anak2 memang unik dan susah ditebak 😁

I like your post it was an interesting article. Please I am olatoye Kashim, if I want to follow people on steemit.com how would I do it

Coin Marketplace

STEEM 0.33
TRX 0.11
JST 0.031
BTC 67508.70
ETH 3753.40
USDT 1.00
SBD 3.73