Menikam Rindu Ngelayap
Harold Kusher
Bersama kawan SMP yang tinggal di Jabodetabek ketika kelayapan ke Curug Sawer, Sukabumi tahun 2018. Kalau tak salah ingat pose ini kusarankan sebagai gaya ala cover album, hanya saja kawan-kawanku jadi penari latar dah!
Aku tidak begitu paham bagaimana ibuku bisa menyimpulkan bahwa aku "tukang ngelayap" cuma berdasarkan satu pengalaman hilang itu. Begitulah ibu, beliau pasti tahu apa yang tidak kupahami sendiri. Lagi pula, aku memang agak telat dalam menyadari potensi diriku sendiri. Dulu juga kawan-kawan dekat yang mendorongku supaya mendaftar jadi penyiar radio bahkan sampai menemaniku beli radio tape untuk merekam suara, mempersiapkan berkas-berkas hingga mengantarnya ke Radio Prima FM Banda Aceh (awalnya 99,9 lalu berubah jadi 104,4 FM). Mereka bahkan lebih "excited" ketimbang aku. Kalau kuingat-ingat lagi, banyak hal yang kulakukan awalnya bukan karena inisiatif sendiri, tapi karena dijorokin oleh orang-orang disekitarku.
Ini bukan lukisanku, tapi mural yang kulihat ditembok lorong samping Unpam, Pamulang Permai ketika suatu pagi aku dan Maslakoe mengambil rute berbeda ke Situ 7 Muara. Para pelukis itu orang hebat menurutku, mereka mampu menterjemahkan imajinasinya dengan sangat indah untuk dinikmati tanpa harus ke Galeri. Orang-orang yang bekerja merancang smartphone juga. Mereka membuat semua yang sulit diingat jadi mudah dengan merekamnya lewat gambar untuk dinikmati berulang kali. Tuhan Yang Maha Pengasih apalagi? diberiNya kita kehendak bebas untuk memilih dan menikmati mana yang kita inginkan.
Sebelum menikah, aku memang sering pergi sana pergi sini
Setelah menikah aku tidak pernah pergi jauh tanpa Maslakoe. Kecuali pulang kampung. Sering dia mengajakku menemaninya pergi ke sana-sini, dan biasanya butuh waktu cukup lama untuk setuju dan ikut saja. Aku tidak mau mengganggu perjalanannya yang biasanya terkait pekerjaan. Tapi setelah sekian tahun bersama kami jadi saling paham. Maslakoe tahu aku senang pergi ke tempat-tempat yang tidak terlalu ramai dan biasanya bisa "sekali pukul" dengan mengunjungi tempat yang berdekatan seiring dengan pekerjaannya. Aku suka Pohon, Sawah, Laut, Batu, Sungai, Jembatan, Galeri, Perpustakaan, Museum dan Pasar Tradisional Bukan Mall . Tentang Pasar Tradisional, biasanya bukan untuk belanja (kecuali memang ada yang dibutuhkan) tapi hanya untuk cuci mata. Meskipun tak perrnah menolak bila diajak, tapi sering kali dia menghindar dari Pasar Buku, hahaha.
Lalu bagaimana aku mengatasi masalah "kelayapan" yang jarang dilakukan sejak pertengahan tahun 2019? Uhmm.. gampang saja! Aku termasuk kategori orang luwes dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Setidaknya seminggu atau sebulan sekali aku pergi ke tempat-tempat yang agak jauh dari rumah. Kadang-kadang sekedar nyari bahan tulisan atau ngumpulin stok foto dan "makan angin". Jalan Keliling kompleks dan menemukan pohon-pohon yang dulu pernah kulihat di masa kecil seperti Jamblang, Sentul/kecapi, Panjo/Kapuk, Klayu, Buni/Boh Gunci, Bak Bhee, Mbacang/mancang dan Jeumpa gading, kuneng hingga tahu ada jamblang putih. Bisa dipanjat pulak!
Kalau rindu kelayapan jauh-jauh mulai nongol dalam hati, aku buka saja Google Photo Gallery-ku. Ajak Maslakoe duduk disamping lalu setiap ketemu foto lama yang masih tersimpan, kami bertukar cerita tentang pengalaman dan perasaan pada saat foto diambil. Seringnya buka-buka Wedding Album yang tidak pernah dicetak itu.
Kami berpesta dengan cara piknik di Lampuuk dan beberapa tamu ikut menghadiahkan bibit pohon yang kemudian diserahkan untuk penduduk setempat bersama 50-an bibit pohon kelapa. Bila ada umur dan rezeki mungkin 5 atau 10 tahun lagi kami akan kembali ke Lampuuk untuk merayakan ulang tahun pernikahan dan mengajak para tamu yang dulu datang untuk piknik bersama lagi. Piknik kata kerennya, padahal prakteknya "meuramin" hehehe.
Menulis ini adalah salah satu cara menikam rindu "ngelayap" yang menyelimuti tubuh siang dan malam. Tapi siapa yang melarang pikiran dan hatimu ngelayap hingga ke masa lalu?
Yah...kurasa memang tidak pernah ada orang yang "alim" saat ia hanya di negeri sendiri...dari yang aku tahu, semua mereka keluar untuk mencari ilmu...maka "ngelayap" itu perlu.
aaahh iya juga itu, sekarang kutahan-tahan saja keinginan "ngelayap" dengan tubuh dan dompet..hahahaha, berlayar dan berselancar saja sudah meumada lah
Mantap that, ngelayapnsampai makan angin, hehehe
apa lagi kalau bukan makan angin? keliling kota naik sepeda motor berjam-jam... kembung begitu sampai di rumah, kenyang makan angin..hahahah
Hahahak